Semua Bab Jerat Cinta CEO Mesum: Bab 21 - Bab 30
524 Bab
Bab 21. Di Hatimu Nggak Ada Cinta Yang Tulus
Keesokan paginya Gilang sudah siap-siap ke kantor. Laki-laki itu sudah berpakaian rapi, menggunakan setelan jas berwarna abu muda. Apa pun yang dikenakan pewaris FaRiz Group itu selalu sedap dipandang mata.“Pagi, Mi, Pi,” sapa Gilang pada kedua orang tuanya yang sudah duduk di kursi dengan meja persegi panjang di depannya yang sudah tersedia menu untuk sarapan pagi.“Mi, pulang kerja aku mau ke apartemen, mau mengambil barang-barang penting yang tertingal di sana.” Gilang meminta izin kepada sang mami supaya maminya percaya kalau ia mau berubah.“Nggak perlu,” sahut Papi Rizky dengan tegas. “Semua barang-barang kamu sudah diambil Haris dan sebentar lagi dia sampai.”Benar saja apa yang dikatakan sang papi. Baru beberapa menit lalu ia berbicara, Haris sudah datang membawa barang-barang penting milik Gilang dari apartemennya.Laki-laki muda yang berusia dua puluh lima tahun dengan alis yang tebal, ramb
Baca selengkapnya
Bab 22. Bayangan Bos
Gilang bangun dari duduknya sembari menatap sang mami yang pergi begitu saja. "Mi!""Sudah lah, kamu pergi saja ke kantor!" titah sang papi pada Gilang. "Jadi lah laki-laki yang baik dan bertanggung jawab. Papi akan pantau kamu terus, kalau selama tiga bulan ini masih belum berubah, kamu akan Papi coret dari daftar ahli waris."Sang papi pun pergi meninggalkan anaknya sendirian di meja makan. Kali ini Papi Rizky bersikap tegas pada Gilang.Gilang terduduk kembali di kursinya, ia benar-benar merenungi semua ucapan orang tuanya. "Aku akan berubah, Mi," gumamnya. Lalu, bangkit dari duduknya, merapikan jas, kemudian mengayunkan langkahnya keluar rumah.Haris sudah berdiri di samping mobil mewah berwarna hitam pekat. Mobil baru untuk mengantar atasannya.Gilang celingukan mencari keberadaan mobil kesayangannya. "Di mana mobil saya?" tanya Gilang pada laki-laki yang membukakan pintu mobil untuknya."Saya tidak tahu, Tuan," jawab Haris dengan sopan
Baca selengkapnya
Bab 23. Kedewasaan Tidak Diukur Dari Usia
Haris mendadak memberhentikan kendaraannya mendengar perintah sang bos. "Ada apa, Bos?" "Kamu ikuti gadis yang memakai seragam putih abu itu!" suruh Gilang pada Haris sembari menunjuk gadis berseragam sekolah yang sedang berjalan di trotoarjalan. "Baik, Bos." Haris memelankan laju kendaraannya mengikuti gadis berseragam itu.  'Aku kira anak itu udah lulus SMA,' batin Gilang sembari terus memerhatikan gadis yang dia kenal berjalan sembari menenteng kantung plastik berwarna merah.  "Dia masuk jalanan kecil, Bos," ujar Haris yang menghentikan kendaraannya di pinggir jalan. "Apa perlu saya ikuti?" 'Mau ke mana dia? Nggak mungkin 'kan ada sekolah di lingkungan kayak gitu,' Gilang bertanya-tanya dalam hatinya. "Tidak usah. Kita jalan saja! Biarkan dia pergi ke mana pun dia suka."  Sebenarnya Gilang merasa penasaran dengan apa yang akan di lakukan gadis yang dijodohkan dengannya di tempat sepi seperti itu.
Baca selengkapnya
Bab 24. Lubang Keramat
"Kita sudah sampai, Bos," ucap Haris dengan sopan setelah membukakan pintu untuk atasannya. CEO muda itu masih duduk termenung, entah apa yang dipikirkan oleh laki-laki tampan itu. Ucapan orang tuanya atau memikirkan gadis berseragam yang masuk ke daerah kumuh dan sepi. "Bos." Haris kembali memanggil atasannya setelah beberapa menit belum keluar juga. Gilang tersadar dari lamunannya, ia melihat kursi kemudi yang sudah kosong, lalu menoleh ke samping, ternyata asistennya sudah berdiri di samping mobil sembari memegangi daun pintu mobil yang sudah terbuka. "Maaf," ucap Gilang sebelum keluar dari mobil. "Tidak apa, Bos." Haris segera menutup pintu mobil  setelah sang bos keluar. Mereka berjalan beriringan, semua pasang mata para pegawai kantor FaRiz Group terpesona kepada dua laki-laki tampan yang berjalan dengan gagahnya. Laki-laki bernama Haris yang menjadi pusat perhatian pagi itu. Kedatangannya untuk pertama kali ke perus
Baca selengkapnya
Bab 25. Kebanyakan Protes
"Percayalah itu hanya nikmat sesaat, tapi dosanya akan terus mengejar lo sampai ke liang lahat," ujar Sisil dengan serius. Ia sengaja berbicara seperti itu karena Gilang bukan anak kecil lagi yang harus dinasihati pelan-pelan. Ucapan Sisil begitu membuat laki-laki brengsek itu ketakutan. Ia berharap Gilang mau merubah kelakuannya dan segera bertobat. "Serem banget omongan lo," sahut Gilang sembari mengedikkan bahunya.  "Gue serius," sahut Sisil. "Coba senjata lo dibilangin jangan asal masuk lubang." "Bukan senjata gue yang asal masuk, tapi lubangnya sendiri yang manggilin," sahut Gilang sembari tertawa geli. "Emang sengklek lo," sergah Sisil. "Gue nggak yakin lo bisa berubah." "Makanya bantu gue," pinta Gilang pada sekretarisnya.  "Kalau lo sendiri nggak mau berubah ya nggak bakal bisa berubah. Jangan cuma di bibir saja, ingin berubah, tapi lojuga harus menjauh dari lingkungan setan." Sisil sudah mulai emosi berbicara
Baca selengkapnya
Bab 26. Terpesona Dengan Ketampanan Sang Asisten
TOK TOK TOK TOKPemuda tampan yang terlihat seperti eksekutif muda muncul dari balik pintu setelah pintu ruangan CEO terbuka. Ia melangkah menghampiri bosnya dan berdiri di hadapan Gilang dan Sisil.Sisil bangun dari duduknya sembari terus menatap wajah tampan sang asisten. "Dia siapa, Lang? Cakep bener," ucap Sisil tanpa menoleh pada bosnya karena tatapannya tidak lepas dari pemuda tampan yang berdiri di hadapannya."Inget Aldin, Sil! Lo udah punya suami, jangan macam-macam!" Gilang menoleh pada Sisil yang terus memandang Haris sembari mengusap wajah cantik sang sekretaris dengan telapak tangannya."Astaga, Lang. Gue 'kan cuma nanya," ujar Sisil sembari mendelikkan matanya kepada adik sepupu suaminya."Tatapannya biasa aja dong!" ujar Gilang sembari terkekeh melihat Sisil yang terpesona dengan ketampanan asistennya."Wajar, Lang. Gue 'kan masih normal," bela Sisil sembari terkekeh. "Kenalin, ini sekretaris saya. Namanya Sisil."
Baca selengkapnya
Bab 27. Makanan Special
Beberapa jam telah berlalu, Gilang dan Sisil bekerja dengan serius tanpa ada perdebatan seperti ketika mereka sedang membahas masalah pribadi. Kini tiba waktunya untuk beristirahat. "Sil, lo mau makan siang di mana?" tanya Gilang sembari bangun dari duduknya.  "Gue mau makan siang bareng suami tercinta," sahut Sisil sembari tersenyum. Gilang tergelak mendengar ucapan Sisil, "Ya sudah, gue duluan ya." Gilang dengan tergesa-gesa keluar dari ruang kerjanya. Laki-laki itu hendak menemui sahabatnya, mereka berencana makan siang bersama. Gilang menemui Evans karena ingin meminta maaf, sudah mengacaukan pesta nikmatnya. "Saya mau makan siang bersama teman saya, silakan kamu istirahat dan makan siang di mana pun kamu suka," ujar Gilang kepada asisten barunya saat berpapasan di depan ruang kerja sang asisten. "Baik, Tuan," jawab Haris dengan sopan sembari menganggukkan kepalanya. Gilang mengayunkan langkahnya dengan cepat karena te
Baca selengkapnya
Bab 28. Sang Pramusaji
Makan siang special itu benar-benar terjadi. Laki-laki yang sudah berjanji kepada sang mami, terbuai dengan sentuhan-sentuhan menggairahkan dari pramusaji yang begitu cantik dan seksi.Para pramusaji itu lebih hot dari hidangan yang ia bawa. Mereka begitu profesional melayani pelanggannya. Sehingga kedua laki-laki itu melupakan perutnya yang belum terisi makanan.Beberapa meja makan di restoran dengan cahaya remang-remang itu menjadi tempat mereka memadu kasih.Gilang si lelaki yang baru saja berucap ingin berubah demi maaf dari sang mami, kini hati dan pikirannya telah dikuasai nafsu setan. Sehingga laki-laki itu seolah-olah hilang ingatan saat bertemu dengan daging mentah yang menjadi candu para laki-laki.CEO tampan itu begitu lahap menikmati pramusaji seksi yang begitu menggairahkan. Jari tengahnya ia gesekan di liang keramat sang pramusaji, lalu menjilatnya dengan begitu nikmat. Baru kali ini Gilang melakukan hal yang menjijikan seperti
Baca selengkapnya
Bab 29. Tanda Merah
Gilang pulang ke apartemennya lebih dulu sebelum kembali lagi ke kantor. Pemuda tampan yang mempunyai lesung pipi itu membersihkan tubuhnya dan mengganti pakaian kerja yang telah lusuh.Setelah selesai pemuda tampan itu segera pergi ke kantor. Jam sudah menunjukkan pukul dua siang hari, CEO muda yang mempunyai sejuta pesona itu baru tiba di kantornya.Sisil bangun dari duduknya, lalu melangkah menuju pintu saat kenop pintu ruangan itu berputar pertanda ada seseorang yang hendak masuk ke dalam ruangan sang CEO. "Dari mana, Bos?" tanya Sisil sembari memutari tubuh bosnya saat laki-laki itu masuk ke dalam ruangannya. "Kayaknya kamu segar banget, bajunya juga ganti, abis nganu lo ya!" Sisil menarik-narik ujung jas CEO muda di perusahaan tempatnya bekerja."Gue emang selalu segar, selalu tampan sepanjang hari," jawab Gilang dengan jumawa. "Gue ganti baju karena mau meeting dengan klien baru, supaya gue tidak kalah pesona sama asisten baru," lanjutnya men
Baca selengkapnya
Bab 30. Kecolongan
Gilang mengumpat pada dirinya sendiri di dalam hati. Kenapa bisa ia kecolongan seperti ini? Biasanya Gilang tidak akan mengizinkan wanita mana pun untuk membuat tanda merah di mana pun, tapi pertempurannya dengan sang pramusaji yang begitu menggairahkan benar-benar melenyapkan kewarasannya.Bahkan laki-laki itu menjilati cairan daging mentah sang pramusaji. Dari sekian banyak wanita yang telah ia tiduri baru kali ini Gilang mengesampingkan rasa jijiknya."Gue nggak tahu kalau sahabat gue mengajak makan di tempat special itu," ujar Gilang dengan memelas, akhirnya ia jujur kepada sekretarisnya. "Jangan bila-"Ucapan Gilang terhenti saat ada yang mengetuk pintu ruangannya. Haris segera masuk setelah ada sahutan dari dalam. Laki-laki tampan yang terlihat sangat menawan itu mendekati sang bos yang berdiri di depan meja kerja sekretarisnya."Ada apa, Bos?" tanya Haris kepada Gilang."Siapkan berkas-berkas penting untuk meeting bersama investor baru dari
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
53
DMCA.com Protection Status