Semua Bab Dendam Birahi Penakluk Hati: Bab 11 - Bab 20
185 Bab
Tolong Aku
  Airmata yang mengalir di kedua pipinya diseka dengan punggung tangan, hatinya hancur memikirkan masa depannya nanti, dia tidak memiliki sesuatu yang berharga untuk suaminya kelak.   Ibunya selalu memberi dia nasehat untuk menjaga diri selama di tempat orang, menjaga  sikap dan perilaku, tapi kini apa yang dilaluinya? Begitu berat. Kehilangan kesucian hanya karena sebuah dendam yang dia sendiri tidak tahu pasti kesalahannya.Dinar teringat Delia, Zaky,  juga teman-teman lain  yang kerja di restoran, sudah tiga hari dia tidak bisa menghubungi mereka semua, ponselnya diambil oleh Dirham dan dia tidak hafal juga dengan nomor mereka, (saat beginilah baru aku menyesal nggak hafalin salah satu nomor ponsel mereka), dia mengeluh kecil.  Ucapan Dirham tadi malam kembali terngiang, tentang Fathia Assegaff, gadis manis itu rupanya adik Dirham, baru dia sadar nama belakang keduanya sama. Dinar tahu tentang Fathia Assegaff dari c
Baca selengkapnya
Sedikit kebaikan
Dengan perlahan Dinar mendekat kearah pria yang masih menatapnya tajam.‘Dia ini mau apa, tadi kan sudah ku bilang aku mens’ jerit hati gadis itu penuh resah.“Kamu tuli? Aku bilang datang padaku, maka cepat datang! Jangan sampai aku seret dan paksa, atau kamu memang suka dipaksa?”Dirham kembali bersuara keras, matanya tajam menatap Dinar yang masih ragu untuk melangkah. Gadis itu melangkah perlahan dan  berhenti di depan Dirham, hanya berdiri kaku menunggu perintah. “Bantu aku oleskan obat merah ini, mikir apa sih?, lamban!” Dinar memejamkan matanya, napas ditarik lega. Dia sudah berpikir jauh tadi.  Obat merah di tangan Dirham diambil alih dan tangan kirinya memegang lengan pria muda itu. Sentuhan lembut dari jemari Dinar membangunkan sesuatu pada diri Dirham, dari tadi dia menahannya, aroma harum yang menyusup masuk ke indera penciumannya membuat pria muda itu tidak tenang duduk, andai gadis di depannya itu tidak dalam keadaan datang bulan
Baca selengkapnya
I Miss you
Di kantor AAD Group “Mia, masuk keruangan saya dan bawa berkas untuk meeting pagi ini.” Adam Assegaff yang diikuti oleh putranya baru saja sampai di depan ruang kerjanya dan memberi arahan pada Personal Asistennya yang dipanggil Mia itu. “Baik pak.” Mia segera memilah berkas fail yang diminta oleh atasannya, siapa yang tidak kenal dengan Adam Assegaff pria dengan ketegasan  dan aura yang ditakuti oleh para staff dan bawahan serta seluruh pekerja di perusahaan itu.    “Meeting staff pagi ini kamu yang pimpin.”“Tapi pa, Am belum terbiasa, takut ada kesalahan nanti.”“Coba dulu, semua bisa dipelajari dan papa tidak mau ada kesalahan, Dirham Assegaff.” Dirham berdecak pelan, jika nama penuh yang dipakai untuk memanggil berarti memang tidak boleh dibantah lagi. Wajahnya tegas, tampan dan berwibawa. Itu kesan pertama yang akan dilihat dari sosok pria mapan keturunan darah campuran timur tengah dan Indonesia itu.Dirham meletakk
Baca selengkapnya
Rindu dendam
Konten 21+, berbahaya bagi yang masih uderage   Tangan Dirham naik menyentuh bulatan kenyal di balik handuk yang terlilit longgar. Napas memburu dari Dinar seolah memberinya izin untuk terus bergerilya sepuas hati, Desahan gadis itu semakin membuat Dirham tidak sabar, dia mengangkat tubuh ramping itu menuju ke sofa panjang di tepi jendela dan membaringkannya di sana, bibirnya langsung bertemu dengan bibir mungil gadis itu, tidak ada perlawanan sama sekali darinya, bahkan Dinar membalas lumatan itu, lidah saling membelit dan bertukar Saliva, seolah gadis itu menginginkannya juga, decapan erotis terdengar jelas di telinga keduanya, menambah lagi hawa panas di kamar berukuran cukup luas daripada kamar lainnya. Entah setan apa yang merasuki gadis itu, dia begitu liar membalas setiap sentuhan dari Dirham, bahkan kini tangannya sudah membuka satu persatu kancing kemeja pria muda yang kini asik bermain dan menikmati putih lehernya, “Aaaaah.” desahan Dinar t
Baca selengkapnya
Ikhlaskan
Jogjakarta “Buk, kue untuk tetangga baru kita sudah siap belum?” Arfa baru saja pulang dari sekolah, dia langsung menemui ibunya yang masih sibuk di dapur. “Sebentar lagi le, kamu antarkan ya, masih di oven itu belum mateng.”“Buk, kalau misal kita beli oven listrik gimana?, Oven manual ini lambat, kasihan ibuk capek nunggu kue mateng. Waktu juga lebih banyak terbuang. Harus ngatur apinya, kalau pakai yang listrik kan tinggal setting berapa panasnya.” Arfa duduk di meja makan dan minum segelas air dingin. Kinanti hanya menarik napas panjang sambil menatap putra bungsunya itu.“Besok kita beli ya, nanti ibuk tanya kakakmu dulu, juga tanya kabar, sudah seminggu terakhir telepon, ini belum ngasih kabar lagi.”“Kak Dinar sibuk paling Bu.”“Kamu kapan semesternya Le?” “Seminggu lagi buk,”“Jadi ibuk akan ngurangi pesanan biar kamu bisa belajar lebih giat lagi.”“Buat seperti biasa nggak apa kok buk, kan ngantar juga cuma sebentar.”“
Baca selengkapnya
Lari
Dirham segera bergegas keluar dari kamarnya, niat untuk menginap di rumah orang tuanya terpaksa dilupakan. Dengan langkah terburu-buru dia menuruni anak tangga. “Am, mau kemana lagi?” Nora sedang memasak di dapur tapi ketika melihat kelebat anaknya berjalan cepat dia langsung mengejarnya. Dipegangnya lengan putranya itu. “Am belum bisa dinner bareng malam ini ma, sorry, ada urusan sangat penting di rumah sana.” “Urusan apa, bukannya di sana tidak ada siapapun,” “Mmmmm, itu ma, ada orang membobol pintu rumah Am.” Dirham memberi alasan yang masuk akal. “Ya sudah, selesaikan dengan baik, hati-hati di jalan.” “Thank you ma, Am pergi dulu.” Dirham mencium tangan mamanya dan masuk ke dalam mobil.    ART yang mengetahui anak bosnya mau keluar segera membukakan pintu pagar, dan deru suara mobil Dirham membuat Nora menarik napas panjang, putranya itu sangat cepat geraknya, dia hanya bisa berdoa dalam hati, semoga tidak
Baca selengkapnya
Ayo lakukan sekarang
Langkah ketiganya terhenti, Dinar masih tidak mau menoleh kebelakang, tidak ingin melihat wajah Dirham. Tidak mau sakit hati lagi.“Kenapa menghentikan kami bro, ada apalagi?” Din bertanya pada Dirham yang sekarang sudah berdiri tepat didepannya. “Lepaskan gadis itu! karena aku berubah pikiran!” Dinar mendongak mendengar ucapan dari Dirham, dia tidak mau berharap lebih tapi dihatinya tidak mau putus berdoa semoga ada keajaiban untuknya.Andreas dan Din tertawa keras mendengar ucapan Dirham, “Jangan harap kami akan lepaskan apa yang sudah kami dapatkan bro, kau mau mempermainkan ku, sial!” Din meludah ke rerumputan.Din menarik kerah depan baju yang dipakai Dirham, pria itu dengan tenang menepis pegangan tangan Din, dan mengibaskan tangannya pada blazernya seolah najis dengan bekas tangan pria itu. “Sudah aku bilang tadi, bawa gadis itu pergi segera sebelum aku berubah pikiran.”&ld
Baca selengkapnya
Permintaan Diluar Dugaan
Dinar meletakkan bubur diatas meja dan berjalan menuju kearah lemari dimana pakaian-pakaian Dirham tersimpan, hatinya kesal dan dongkol, sementara pria beralis tebal itu mengambil ponselnya dan melakukan panggilan.“Waalaikumussallam ma, Am belum bisa tidur rumah sana, ada beberapa desain yang belum jadi dan harus siap untuk bulan ini, mumpung  besok kantor juga libur, Am akan buat di rumah saja."(O begitu, padahal ada teman mama datang besok, mama undang untuk lunch bareng kita)“Lain kali ya ma, auuuuch.. ” Dirham meringis  kecil.(Kenapa Am?) terdengar suara khawatir dari mamanya di seberang.“Nggak apa-apa ma, cuma kesandung kaki meja.” Dirham meringis karena tanpa sengaja tangannya terkena jahitan lukanya. (Ya sudah, mama mau siapkan air hangat untuk papa, kalau ada waktu harus pulang kesini, rumah sepi banget, mama kesepian, cepat menikah biar anak-anak kamu nanti bisa meriuhkan rumah kita)Dirha
Baca selengkapnya
Bantu aku pakai baju
Dirham masih terpukau dengan permintaan gadis didepannya. Sungguh permintaan yang luar biasa. Sangat diluar dugaannya, sesederhana itu yang diminta? “Ayo, aku bantu kekamar mandi.”“I-iya.”Dinar memapah lelaki itu berjalan, setelah sampai dalam, Dinar terdiam tidak tahu mau berbuat apa.“Keluarlah, aku bisa buka sendiri, tapi nanti saat selesai tolong bantu aku, aku janji tidak akan menyentuhmu.” Dinar mengangguk lalu keluar, dia menuju lemari pakaian Dirham dan mengambil bawahan dan dalaman yang diminta.“Di, aku sudah selesai.” laung Dirham dari dalam kamar mandi, dia sudah menyelesaikan urusannya disana.“Iya sebentar.” Dinar menutup matanya, sambil meraba-raba mendekat kearah Dirham yang berdiri membelakanginya tadi sekarang sudah menghadap ke arahnya.“Hahahaha, aku pakai handuk lah,”Dinar membuka matanya, dia menunduk karena malu, dipukul kepalanya
Baca selengkapnya
Sedikit titik terang
Sudah tiga hari sejak Dinar meminta mukenah dan Dirham menunaikan permintaannya, dia selalu memakainya untuk melaksanakan kewajiban yang sudah lama dia tinggalkan, Dirham juga seakan menjaga jarak dengannya, datang hanya sebentar itupun tidak sampai bermalam, tapi yang dia heran tidak pula dia dilepaskan.  Dini hari Dinar terbangun dari tidurnya, dia bergegas kekamar mandi dan mengambil air wudhu, dia mengerjakan sholat taubat juga sholat tahajud, tiap malam sepinya, dalam sujud dia akan menangis memohon ampun atas segala dosa yang dilakukan selama ini.    Di luar kamar Dirham mendengar doa-doa yang terucap dari bibir gadis ayu itu, isak tangisnya juga pengaduannya, benar-benar mengusik hati lelaki itu, setiap malam sebenarnya Dirham pulang ke rumah, tapi dini hari dia akan keluar untuk pulang keapartemennya. Lama Dirham berhenti di depan pintu, mendengarkan tangis pilu dari celah pintu yang tidak tertutup rapat, heran juga dia, kenapa Dinar ti
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
19
DMCA.com Protection Status