All Chapters of THE DUKE WILLIAM ( 9 ISTRI ): Chapter 11 - Chapter 20
106 Chapters
PERKENALAN DENGAN LAURICE
William!" teriak seorang wanita seumuran Jill, kurang lebih 37 tahun.Mereka berdua berhenti. William dan Beatrix menoleh ke arahnya. Seorang wanita yang cukup cantik dan sangat berkelas. Dia berjalan mendekati mereka dengan tatapan tertuju pada Beatrix Floy."Di mana Jill?""Dia tidak ikut. Kau bisa lihat sendiri 'kan Elena.""Lalu, wanita ini?"Segera Beatrix Floy mengulurkan tangan. "Beatrix Floy, anda cukup memanggil saya Floy!" Elena pun menyambut uluran tangan Beatrix. Namun dari gurat di wajahnya, sangat terlihat jelas banyak pertanyaan yang tertuju pada wanita cantik di hadapnnya."Si-siapa dia William?"William hanya tersenyum dingin. Dia menarik lengan Beatrix untuk mengikutinya."Kenapa kau tak jawab pertanyaan wanita tadi?""Dia teman dekat Jill Anne. Paling besok dia sudah tahu tentang kita.""Ohhh!" Bibir Beatrix membulat sensual. Lalu William berbisik, "Kau bisa tinggalkan
Read more
JANJI MAKAN MALAM
"Panggil aku Nyonya Floy saja, Lady Laurice.""Apakah Nyonya istri Tuan William?"Sesaat keduanya terdiam. Beatrix tak menjawab, begitu juga dengan William."Kalian kok malah diam?"William langsung mengajak Laurice untuk mengambil beberapa makanan. Sampai Elena menghampiri mereka."Lady Laurice?""Nyonya Elena. Senangnya bisa bertemu di sini."Mereka berdua berpelukan hangat. Mengabaikan Beatrix yang berdiri di sebelah William. Dia pun berbisik, "Aku ingin pulang!""Acara belum selesai, Beatrix.""Tapi di sini kamu abaikan aku. Bahkan tak mau mengakui aku sebagai 'istri' kamu!"  "Aku tak ingin kamu dicemooh. Makanya aku tak memperkenalkan dirimu sebagai istri.""Hemmm ...!"Beatrix dengan kesal sedikit menjauh. Namun tatap matanya terus mengarah pada William yang begitu intens mengajak bicara Laurice. Wanita berambut merah. Sepanas senyumannya yang begitu menggoda William.
Read more
KEHADIRAN SOFIA MALVIN
Tiba-tiba ...."Laurice!"Sontak dia berbalik."Siapa lelaki tampan tadi?"Tiba-tiba  Magdalena sudah berdiri di belakang Laurice."Ohhh, Bibi. Dia Tuan William Edward.""Pemilik kasil Edward Lily?""Bibi tau dia?""Aku mengenal dekat istrinya, Jill Anne. Wanita terhormat dan terpandang dengan kecerdasan dia sebagai pebisnis.""Sehebat itu kah istrinya?"Magdalena mengangguk. Lalu keduanya berjalan masuk rumah."Tapi, kenapa William mempunyai wanita lain?""Benarkah?" Wanita tua itu terperanjat."Iya, Bi. Bahkan ke pesta Tuan Jenderal tadi, William bersama wanita itu.""Pasti gundiknya. Memang tabiat William kurang baik. Dia suka bermain wanita."Laurice langsung terdiam. Dia mengerutkan keningnya. Masih teringat ajakan William padanya untuk makan malam besok."Kenapa kamu diam, Laurice?""Aku hanya memikirkan William dan wanita yang dia ajak tadi, Bi. Dia bila
Read more
UNDANGAN MAKAN MALAM
Seketika wajah Sofia merona. Dia tersipu malu saat William mengatakannya. "Lantas tujuan kamu ke sini tadi apa?" "Nyonya Jill Anne menyuruh Tuan, untuk tidur di kamar Tuan William sendiri." "Keterlaluan dia. Apa Nyonya Beatrix sudah tidur?" "Maafkan saya Tuan. Saya belum ke lantai tiga." Sejenak William mengamati wanita itu darai tempat dia duduk. Dia memperhatikan dari ujung rambut hingga kaki. "Kau cukup menarik, Sofia. Apalagi bentuk tubuhmu sangat indah." Sofia Malvin yang dipuji, menundukkan kepala. Dia tahu siapa sosok William. Esmo menceritakan keburukan lelaki tampan yang ada di hadapannya kini. Dia pun tak memberikan reaksi sama sekali. "Kenapa kau diam Sofia?" "Saya tak tahu harus bilang apa, Tuan. Makanya saya diam." "Hemmm ... pribadi yang menarik." Sofia memberanikan diri untuk memohon ijin. "Apa masih ada yang Tuan perlukan?" "Kau buru-buru mau ke mana?" "Ma-
Read more
CEMBURU YANG TERULANG
Pelayan itu menghampirinya."Bukankah Nyonya ingin dekat dengan kekuasaan?""Apa maksud kalimat itu Ester?"Dari arah jendela, Beatrix yang menoleh sekilas padanya. Dia sangat menikmati pemandang di luar kastil yang mengarah pantai. Deburan ombak yang menabrak batu karang. Memberikan magis tersendiri."Boleh saya masuk?""Masuklah!""Di kastil ini, kekuasaan sebenarnya berada pada Nyonya Jill Anne. Dia yang mampu menyelamatkan Tuan dari kebangkrutan saat itu. Bahkan kastil ini sudah hampir terjual.""Lalu?""Nyonya Jill Anne yang menyerahkan semua harta kekayaan yang dimilikinya, untuk menutup semua kerugian dari usaha Tuan William. Nyonya Jill Ane pun berhasil mengelola semua usaha hingga sukses, seperti sekarang. Jadi Nyonya bisa simpulkan sendiri, siapa sebenarnya pemilik penguasa kastil ini?""Dan menurut kamu, kenapa William mengajak aku ke kastil ini?" Kali ini Beatrix memandang wajah pelayannya lamat-lamat.
Read more
JAMUAN MAKAN MALAM
Kembali Jill Anne menyeringai. Seolah kini tengah mentertawakan Beatrix yang termakan api cemburu."Yang cemburu itu sekarang adalah kamu, Floy! Bukan aku!"  Seraya tergelak. "Aku sudah mempan dengan hal seperti ini. Apalagi semenjak kedatangan kamu."Beatrix membenarkan duduknya yang serasa tak nyaman."Sekarang kau bisa menjawabku, Beatrix Floy. Berada di kubu aku atau William?""Kau ingin memusuhi suami kamu sendiri? Kau ingin berbuat licik padanya?"Jill Anne hanya terpaku dengan pandangan yang lurus. Menatap tajam Beatrix Floy. Tak ada sepatah kata yang terucap. Membuat Beatrix merasa rikuh dengan sorot matanya."Apa ... kau tak takut bila aku mengatakan ucapan kamu ini, Jill?""Katakan saja! Aku menunggu hal itu. Tapi, bila suatu saat kau membutuhkan bantuan dari ku. Jangan harap aku akan menoleh padamu.""Kau mengancamku?""Terserah kau mengartikannya seperti apa, Floy!" tegas Jill Anne.Terdengar suar
Read more
KEHADIRAN LAURICE
Mendapat pertanyaan itu William hanya tersenyum dingin. Sorot matanya tajam memandang Laurice yang salah tingkah. Rahang yang kokoh dengan jambang yang menghiasi wajahnya. Membuat William terlihat tampan dan macho."Bisa kah tak membicarakan wanita lain saat aku bersamamu, Lady Laurice?"Wanita cantik berambut merah itu tersipu. Dia memalingkan muka dengan rasa tersipu. Sembari tertunduk. "Kamu sangat cantik, Laurice.""Apa begini cara kau merayu setiap wanitamu?""Kau tak menyukainya?"Kembali Laurice tertunduk. Pipinya merona kemerahan. Terdengar alunan music yang mengalun lembut. William mengulurkan tangannya."Maukah kau berdansa denganku?""Berdansa? Di ruangan ini?""Kenapa? Hanya ada kita, bukan?"  Dengan malu-malu akhirnya Laurice pun mengikuti ajakan William untuk berdansa. Awalnya ragu dan enggan. Namun ternyata William sangat pandai merayu dan membuat hatinya melambung. Hingga dia melup
Read more
PERMAINAN JILL ANNE
Tepat di ruang utama. Telah hadir Beatrix Floy yang sudah diberitahu kedatangan Laurice oleh William."Hai, kita bertemu lagi, Nyonya Beatrix Floy.""Kau bisa memanggilku dengan Floy!" sahut Beatrix Floy ketus."Ohhh, baik Floy. Kuharap kita bisa berteman dengan baik.""Jangan harap!" Suaranya terdengar tegas bercampur ketus. Dia terus berjalan menuju ruang pribadi William."Floy di manakah Jill Anne?"Namun tak ada jawaban yang terlontar. Amarah bergemuruh dalam dada Beatrix saat ini. Sedang Jill Anne dari lantai dua tengah melihat ke arah mereka. Sengaja dia tidak turun. Dari dua sudut bibirnya senyum licik mengmbang."Kau bisa rasakan perasaanmu saat ini, Floy. Apa kau masih bersikukuh dengan pendirianmu?"Jill Anne kembali masuk kamar. Bergegas Sofia menghampirinya."Apa Nyonya tidak turun?"Dia menggeleng."Untuk apa aku turun, Sofia. Hanya akan menurunkan egoku saja.""Apa itu juga istri Tuan W
Read more
DUA KEANGKUHAN
"Kenapa kau menolaknya? Anggap aku tak ada. Dan tak mengetahuinya. Lakukan semua yang ingin kau lakukan bersama William. Tapi dengan satu syarat, Sofia!" "A-apa itu, Nyonya?" "Kau harus melaporkan semua dan mengikuti apa yang aku bilang!" Sofia tertunduk kebingungan. Dia tak tahu harus menjawab apa. Di hadapannya berdiri seorang sosok wanita yang dia kagumi dan segani. "Mengapa Nyonya mempunyai pemikiran seperti itu?" Jill Anne hanya menarik napas panjang. Lalu berjalan menjauhi Sofia. Dia memandang pemandangan laut yang terlihat indah dari jendela kamarnya. "Cinta itu awalnya seindah laut biru yang aku lihat sekarang, Sofia. Ternyata aku tak menyadari jika laut itu pun rentan badai. Saat dihempaskan oleh angin dan terjangan hujan petir. Yang ada hanya sebuah ketakutan. Aku saat ini bukan takut kehilangan seseorang, Sofia. Yang paling aku takutkan kalau cintaku telah berpaling. Dan, itu telah terjadi." "Ta-tapi, Nyonya. Saya me
Read more
PERSETERUAN
Gerak tangan William cepat. Menarik pinggang ramping sang istri hingga merapat ke dalam dekapannya."Lepaskan tangan kamu, William!" sentak Jill Anne.William pun membungkuk. Bibirnya menempel di telinga Jill Anne. Seraya berbisik, "Kau masih istriku! Dan, kau harus mengikuti semua apa mauku, Jill Anne!""Apa maksud kamu, William? Apa kau masih belum puas mengumpulkan para wanitamu itu?""Kenapa kau sulit mengakui kalau mereka juga istriku, Jill?""Mau ... sampai kapan kau begini?!" sentak Jill Anne lantang.Sorot matanya nyalang. Menatap sepasang mata elang milik William.Hembusan napasnya terdengar kencang. Menahan gelora amarah yang terpendam.Dan tanpa terasa, Jill Anne tak mampu menahan air matanya menetes di hadapan William. Masih dalam dekapan William. Jemari tangannya mengusap lembut pipi Jill Anne."Kau masih menangis untukku?""Ini tangisan kebencian untukmu!" teriak Jill Anne, seraya mendorong tubuh William kua
Read more
PREV
123456
...
11
DMCA.com Protection Status