Share

My Dominant CEO (Indonesia)
My Dominant CEO (Indonesia)
Penulis: mayuunice

1. TOLONG AKU!

“Di … di mana ini?” gumam seorang gadis dengan suara parau. Dia mencoba memindai sekelilingnya. Pandangannya masih terlihat samar, terlebih ruangan ini memiliki pencahayaan yang kurang. Hanya ada satu lampu yang memancarkan sinar berwarna orange.

“Eh?” Gadis itu terkejut, ketika mendapati tangan dan kakinya terikat pada kursi yang sedang dia duduki. Untuk seketika dia merasa panik. Ia mengguncangkan tubuhnya, berusaha untuk lepas dari ikatan itu.

“Halo! Apa ada orang?” teriak gadis itu. Mencoba memastikan apakah ada orang di luar sana, sambil terus mengguncangkan tubuhnya.

Sialnya, ikatan itu sangat kencang sekali. Sampai-sampai gadis itu merasakan tangannya panas akibat gesekan dari tali yang mengikat tangan dan kakinya. Selain itu, perlahan pergelangan tangannya terasa perih. Akibat gesekan antara permukaan kulit dengan tali tambang yang keras dan juga kasar. 

“Ahh!” Gadis itu meringis kesakitan, usahanya tidak membuahkan hasil. Dia mengigit bibir bawahnya dan merasakan kecemasan mulai muncul dalam hatinya. Pikirannya berkelana, memikirkan hal yang tidak-tidak. Apakah saat ini dia sedang diculik? Kenapa dia bisa ada di sini?

“Halo! Apa ada orang?” teriaknya lagi. Tembok ruangan itu diberi cat berwarna hitam. Tak ada jendela satu pun, hanya ada satu pintu besi yang terletak tepat di depannya.

“Tolong aku!” lirihnya frustrasi.

Tak lama kemudian, terdengar suara pintu berderit. Pintu besi itu dibuka dan menampakan sosok laki-laki yang mengenakan kemeja berwarna putih dan dasi abu-abu. Laki-laki itu masuk ke dalam ruangan dan menutup kembali pintu itu rapat-rapat.

Sang gadis menghela napas lega. Akhirnya ada orang yang hendak menolongnya. “Pak, tolong saya,” lirih gadis itu meminta pertolongan dengan putus asa.

Laki-laki itu hanya menyeringai dan mendengus kasar. Lalu berjalan menghampiri sang gadis yang sedang terikat pada kursi. Suara hentakan kaki laki-laki itu bergema, mendominasi ruangan tersebut. Sampai akhirnya dia berdiri di depan gadis itu dengan tatapan tajam. Sang gadis mendongak, dia bisa melihat dengan jelas wajah laki-laki itu.

Tatapan tajam dan wajah bringas. Sang gadis tahu, itu bukan tatapan dan ekspresi wajah dari orang yang hendak menolongnya. Tiba-tiba kakinya bergetar hebat, jantungnya berdegup dengan kencang, dan badannya mendadak terasa dingin. Dia menelan salivanya, merasakan kegelisahan yang mulai menyeruak dalam dirinya.

“Tolong? Memangnya saya terlihat seperti orang yang akan menolongmu, hah?” tanya laki-laki yang sedang berdiri di depan gadis itu dengan penuh penekanan.

Benarkan? Laki-laki itu bukan hendak menolongnya. Walau gadis itu sedang duduk, tapi dia mulai merasakan lututnya terasa lemas.

Bagaimana ini? Memangnya apa yang terjadi padanya, sampai dia berakhir di atas kursi dengan keadaan terikat? Matanya kini mulai berkaca. Rasa takut dan gelisah mulai mendominasi hatinya.

“Kamu tahu siapa saya, hah?” sentak laki-laki itu.

Gadis itu menggeleng cepat. Dia tidak tahu siapa laki-laki yang sedang menatapnya dengan tatapan mengintimidasi. “Maaf, saya tidak tahu, Pak,” jawabnya dengan nada bicara yang bergetar.  

Laki-laki itu lagi-lagi mendengus. Lalu dia merogoh saku celananya, mengeluarkan sebuah kartu berwarna biru dengan gambar peta Indonesia di belakangnya. Itu sebuah KTP!

“Namamu Gladys Rafflesia, kan?” tanyanya sambil tersenyum sinis.

Pupil Gladys membulat, ketika laki-laki itu mengatakan nama lengkapnya. Apa itu KTP miliknya? Kenapa laki-laki itu bisa memegang kartu identitas dirinya? Seketika Gladys merasa sangat panik. 

“Kenapa Anda memegang KTP saya?” tanya Gladys dengan lantang. Dia mencoba untuk berpura-pura berani. Walau dalam lubuk hati paling dalam, dia merasa takut pada laki-laki itu. “Kembalikan!” pintanya sambil mengguncangkan tubuhnya.

‘Ah, sakit!’

Gladys meringis kesakitan, sepertinya kini kulitnya terluka akibat goresan antara kulit dan tali yang mengikatnya.

Laki-laki itu menarik sebelah sudut bibirnya. Dia merasa tertantang ketika melihat pemadangan yang ada di depannya ini. Dia juga merasa senang ketika sang gadis memohon dan meringis kesakitan.

“Kamu menginginkan benda ini?”

Gladys mengangguk cepat. Tentu saja dia ingin kartu identitasnya kembali.

“Jangan harap!” ucapnya sambil memasukkan kembali KTP Gladys ke dalam sakunya.

Gladys memberang. Sebenarnya siapa laki-laki ini? Kenapa juga dia terikat di sini? Memangnya apa yang dia lakukan, sampai-sampai bisa ada di tempat asing seperti ini?

Gadis itu mencoba mengingat kembali momen terakhir yang dia lakukan. Seingatnya dia sedang melakukan tugasnya; membersihkan rumah milik Keenan Setyawardhana. Gladys mengernyit, momen terakhir yang dia ingat ketika ada alarm berbunyi di rumah itu. Kemudian para penjaga datang menghampirinya. Setelah itu … dia tidak ingat lagi.

‘Sebentar … jangan-jangan?’

Gladys langsung mendongak menatap laki-laki yang sedang berdiri di depannya. Dia menatap dengan pandangan sayu pada laki-laki itu.

“Maaf, apa Anda Pak Keenan Setyawardhana?”

BERSAMBUNG….

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Taraivini Bosenilotutime
English translation
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status