Lahat ng Kabanata ng Hati Seorang Perempuan (Indonesia): Kabanata 21 - Kabanata 30
48 Kabanata
Chapter 21(mengidam)
"Bagaimana keadaan pasien ini, dokter? Apakah bayi dalam kandungannya sehat-sehat saja? Ibunya bagaimana? Mengapa ibunya tidak sadar-sadar juga?"Sabda kebingungan karena Senja tidak sadar-sadar juga setelah ia membawanya ke rumah sakit terdekat. Wajah Senja tampak pucat sekali. Sabda mengelus pelan pipi kanan Senja dengan punggung tangannya. Dingin namun berkeringat. Sabda gelisah melihat keadaan Senja yang lemah seperti ini."Ibu Senja tidak apa-apa, Pak. Hanya saja perut ibu ini kosong sepertinya. Padahal ibu ini sedang hamil muda. Jadi ibu ini memerlukan nutrisi yang cukup dan juga istirahat yang cukup juga. Saya lihat kantong matanya hitam dan menebal. Sepertinya ibu ini kelelahan dan kurang istirahat."Dokter yang sudah berumur itu dengan sabar menjelaskan keadaan Senja. Ia tahu kalau laki-laki yang entah siapanya pasien ini terlihat begitu khawatir, walau sudah berusaha bersikap tenang.Sejurus kemu
Magbasa pa
Chapter 22(siswa rasa teman)
Senja baru saja bermaksud untuk memesan ojek online, saat sebuah mobil mewah berhenti tepat di sampingnya. Saat ini ia masih berdiri di gerbang bengkel."Hallo, apa kabar Senjahari Semesta Alam?"Terdengar suara maskulin seraya terbukanya pintu pengemudi mobil hitam. Sesosok tubuh tinggi besar sang pengemudi berjalan ke arahnya. Senja mengerutkan kening. Ia merasa tidak mengenal sosok itu. Semakin dekat, Senja seperti mengenal cara berjalan si pemuda. Ternyata pemuda itu adalah Revan Aditama Perkasa. Murid badungnya di Yayasan Bina Bangsa Jaya."Revan? Kamu ngapain di sini?" Senja heran karena Revan ada di tempatnya bekerja. Revan mengedikkan bahu acuh. Gayanya sudah seperti sedang berhadapan dengan teman sebayanya. Bukan gurunya. Tapi memang saat tidak mengenakan seragam sekolah seperti ini, Revan tampak begitu dewasa. Nyaris tidak terlihat kalau usianya terpaut enam tahun di bawah Senja."Saya mau jemput
Magbasa pa
Chapter 23(awkward)
Suasana di meja restaurant Nikmat Rasa terasa begitu hening. Hanya suara dentingan sendok dan peralatan makan saja yang terdengar. Senja tahu, sedari tadi Sabda dan Abi terus saja memandanginya dan Revan dengan tatapan penuh spekulasi. Terutama Sabda. Dari sudut matanya Senja melihat mulutnya membentuk garis lurus yang  rapat. Tatap matanya seolah-olah ingin menelannya bulat-bulat. Sepertinya kebencian Sabda pada dirinya sudah tidak perlu diragukan lagi.Saat menu bebek rica-rica yang pedasnya luar biasa itu dihidangkan, mulut Senja berliur. Tanpa sadar dia bertepuk tangan gembira. Baru saja ia ingin meraih sepotong paha bebek rica-rica, lagi-lagi Revan meraih piring bebek itu dan menjauhkannya dari jangkauannya. Sebagai gantinya, Revan memberikan satu potong paha ayam tanpa kulit ke piringnya."Revan, saya mau makan bebek rica-rica itu. Bukan ayam pop ini!" protesnya. Senja berdiri. Ia ingin meraih kembali piring bebek rica-rica. Dan
Magbasa pa
Chapter 24(hidup yang sulit)
Senja memegang kartu BPJS yang baru saja kemarin selesai proses pembuatannya. Saat ini dia memang ingin memeriksa kandungannya dengan kartu BPJS ke PUSKESMAS yang dirujuk dan bekerjasama dengan BPJS. Dia sebenarnya agak malu dan juga bingung harus mencari dokter kandungan siapa dan jam praktek pukul berapa. Senja yang sama sekali awam tentang masalah alat reproduksi wanita, benar-benar bingung tidak tahu harus berdiskusi dengan siapa. Yang dia tahu kalau seorang wanita itu hamil, maka sudah seharusnya, melakukan check up rutin minimal sebulan sekali untuk memeriksa kesehatan bayi dalam kandungannya. Karena ia tidak mempunyai cukup uang untuk melakukan check up regular, makanya ia berinisiatif untuk menggunakan kartu BPJS saja. Baru saja Senja hendak menyimpan kartu BPJSnya ke dalam tas, sebuah suara maskulin menyapa dari samping kanannya."Mau ke mana kamu?!!"Astaghfirullahaladzim Allahuakbar!S
Magbasa pa
Chapter 25(cemburu)
Senja terbangun tepat saat mobil Sabda berhenti di parkiran sebuah rumah sakit internasional. Satu hal yang membuatnya kaget adalah Sabda tengah bersiap menggendongnya. Mungkin Sabda mengira bahwa ia masih tertidur."Saya masih bisa jalan sendiri, Bang. Tidak usah digandeng-gandeng. Saya ini cuma hamil, bukan sakit stroke," ujar Senja sembari menepis tangan Sabda.Sementara Sabda yang tidak jadi menggendong Senja, memilih untuk menggandeng tangan Senja saja. Ia bersikap seolah-olah tidak mendengar protes keberatan Senja. Senja terpaksa mendiamkannya, karena merasa tidak enak menjadi perhatian orang banyak, kalau ia terus saja menolak."Lho, Bang. Kok kita ke sini? Saya kan minta diantarkan ke PUSKESMAS. Bukan ke rumah sakit ini!" Senja baru menyadari di mana posisinya saat ini."Jangan ke rumah sakit ini, Bang. Nanti saya tidak mampu bayar." Senja mensejajari langkah-langkah panjang Sabda
Magbasa pa
Chapter 26(pengakuan)
Senja sedang mencuci wearpacknya yang penuh dengan noda-noda oli, dengan pemutih pakaian. Iklan itu menyatakan bahwa noda membandel akan hilang seketika. Tetapi ini, sampai telapak tangannya pedih karena terus menerus mengucek, noda itu tetap saja masih betah menempel di sana. Ternyata iklan itu merupakan pembohongan publik semata."Nja, Gue ada berita bagus nih buat lo yang lagi bokek kuadrat." Martha ikut jongkok menyusul Senja yang sedang mencuci pakaian."Hotel tempat gue kerja, lagi ngadain event besar semacam gala dinner gitu, buat para pengusaha-pengusaha seluruh Indonesia. Nah karena ini event akbar, hotel gue butuh menghire beberapa waitress lepas. Lo mau kagak ikutan jadi waitress disana. Feenya lumayan gede. Lagian acaranya dimulai pukul tujuh malam. Jadi kan nggak ganggu kerjaan lo di bengkel," ujar Marta."Masalahnya, gueNggak tega ngeliat ibu guru kayak lo, m
Magbasa pa
Chapter 27(dosa masa lalu)
Suasana di salah satu ruang president suite yang disediakan Arya, tampak tegang. Arya mengatakan bahwa ia ingin berbicara berdua saja dengan Senja secara pribadi, baru mereka akan menyelesaikan benang kusut yang sudah tersimpul-simpul akibat dari kesalahfahaman yang terus menerus berakumulasi. Keluarga Fajar Ramadhan dan keluarga Sugeng hanya mengangguk mengiyakan. Mereka semua sebenarnya juga begitu penasaran. Bagaimana ceritanya seorang Senja yang sudah yatim piatu tiba-tiba saja bisa mendadak mempunyai seorang ayah. Tidak masuk akal, bukan?Saat ini Senja sudah duduk saling berhadap-hadapan dengan Pak Arya dan hanya dibatasi oleh sebuah meja. Senja sedari tadi terus saja berupaya untuk menenangkan debaran jantungnya. Ia senang sekaligus takut mendengar tentang jati dirinya yang sebenarnya. Satu hal yang disadarnya adalah, dia ada di dunia ini, karena adanya laki-laki paruh baya yang gagah di depan matanya ini."Bagaimana carany
Magbasa pa
Chapter 28(tipu daya)
"Cak, Mbak pengen makan sambal matah pedas gila ini ya? Perasaan enak kali lah Mbak tengok, ya Cakra ya? Ya ya ya?" Senja mengguncang-guncang lengan kekar adiknya saat mereka makan siang di salah satu restaurant yang menyediakan menu khas Bali. Semenjak tahu bahwa Senja adalah kakaknya apalagi sedang hamil, Cakra menjadi begitu protektif terhadap kakaknya. Cakra yang selama ini mengira kalau dirinya itu anak tunggal kesenangan karena ia rupanya masih memiliki seorang saudara. Tidak heran kalau ia betul-betul ingin menjaga dan melindungi kakaknya."Ya salam, Mbak. Tadi pagi sarapan mie rebus pedasnya Wak Keling. Dan ini sekarang masih aja pengen makan sambal matah pedas gila. Itu dedek bayinya bisa goyang dumang sambil kayang ntar di dalem, Mbak. Gue yang ngeliat Mbak makan aja langsung mules, apa kabar debay yang lagi bobo cantik di dalem ya? Pokoknya nggak! Sekali nggak tetep nggak! Titik!"Cakra mengembalikan buku menu
Magbasa pa
Chapter 29(aneh tapi nyata)
"Senjahari Sabda Alam, silahkan masuk ke ruang periksa. Mari, Bu."Senja segera mengekori langkah suster yang memanggil namanya tadi, menuju pintu yang bertuliskan nama dr. Arshaka Abiyaksa SpOg. Seperti janjinya via line tadi, begitu mendaftarkan namanya pada nurse station, Sabda keluar dari rumah sakit dan akan menunggu di pos SATPAM katanya.Dan Sabda masih saja tidak mengkoreksi kesalahan nama belakangnya! Namun perkiraan Senja salah. Sabda tiba-tiba sudah muncul saja."Lho Abang! Katanya tadi nggak akan ikutan masuk dan nunggu di pos SATPAM depan aja. Ini kenapa tiba-tiba Abang ada di sini? Abang kok ingkar janji sih?"Senja langsung manyun melihat Sabda yang tiba-tiba saja muncul di depan matanya."Lho tadi kan Abang janjinya tidak akan masuk sekarang. Lihat itu Abang janji pada saat pukul 03.30 WIB. Ini sekarang pukul berapa coba? Pukul 05.00 WIB kan? Bera
Magbasa pa
Chapter 30(cemburu menguras hati)
Astagfirullahalazim! Sedang apa kalian semua di sini?"Fajar Ramadhan, pemilik rumah sakit Harapan Kita, dan merupakan ayah kandung Sabda, shock melihat pemandangan ala ala streaptease yang sedang berlangsung di ruang praktek dokter Saka.Sedangkan Abimanyu yang juga ikut masuk secara bersamaan dengan mertuanya ke ruang praktek dokter Saka, membuka mulutnya kemudian menutupnya kembali. Ia kehilangan kata-kata. Hanya wajahnya saja yang merah padam bahkan sampai ke telinga-telinganya yang mewakili betapa marahnya dirinya saat ini.Senja yang sedang mengelus-elus lengan kekar dokter Saka, sontak melompat karena kaget mendengar bentakan Fajar Ramadhan. Ia kemudian refleks bersembunyi dibalik punggung kokoh Sabda. Ia malu terlihat berkelakuan aneh seperti ini."Saya tanya apa yang sedang terjadi di sini? Ada yang bisa memberi jawaban yang masuk akal pada saya? Sabda? Dokter Saka?" ben
Magbasa pa
PREV
12345
DMCA.com Protection Status