All Chapters of My Secret Wife: Chapter 21 - Chapter 26
26 Chapters
Bab 20 Kembali Seperti Dulu
"Jangan pergi! Tetaplah seperti ini, menjadi Aruna yang selalu perduli. Aku mohon."•Arsen Ganendra•๐ŸŒบ๐ŸŒบ๐ŸŒบWaktu sudah menunjukkan angka 01.30. Aruna tersenyum getir sembari menatap jarum jam yang terus berputar. Konyol, kata itu yang pantas diberikan kepada sang gadis.Aruna tahu jika Arsen tidak akan pulang, tapi dia masih nekad menunggu suaminya. Kecewa, sudah pasti. Tetapi, apa yang bisa dia lakukan selain meratapi nasibnya.Keinginan Aruna tak banyak, hanya ingin agar Arsen menghargainya. Walaupun belum ada cinta, apa sulit sekedar menghargai istri sendiri? Aruna rasa tidak.Mata yang masih terjaga itu akhirnya menitikan bulir bening. Sungguh, sakit jika berjuang sendiri dalam sebuah hubungan. Aruna ingin menyerah, benar-benar menyerah.Dia menangis di pagi buta karena cinta yang tak tersambut. Cukup lama, Aruna ingin melepas semua
Read more
Bab 21 Sebelum Hari Kelulusan
"Hanya tinggal menghitung hari sebelum pergi. Semoga kau bahagia dan aku pun bisa melepasmu dengan ikhlas." •Aruna Ardhani• ๐ŸŒบ๐ŸŒบ๐ŸŒบ  "Kak Wildan?" Tampak kekagetan dari wajah Aruna, tapi tak lama kemudian seulas senyum terbit. Wildan langsung menghampiri Aruna dan Arsen. Dia menatap keduanya secara bergantian. "Kalian sedang apa di belakang aula?" tanya Wildan, menyelidik. Baru saja Aruna membuka mulut, Arsen terlebih dahulu bersuara. "Bukan urusan lu. Sedang apa lu di sini? Lu bukan warga sekolah ini," ungkap Arsen, kesal. Dada Arsen bergemuruh, hebat. Jelas saja dia tak suka pada Wildan, karena laki-laki itu terang-terangan akan merebut Aruna darinya. Bertambah kesal kala Aruna tampak senang dengan kehadiran
Read more
Bab 22 Semakin Berjarak
"Semua semakin jelas. Jarak di antara kita pun sudah tak terelakkan. Aku harus ikhlas dan terbiasa. Benar-benar harus ikhlas."•Aruna Ardhani•๐ŸŒบ๐ŸŒบ๐ŸŒบHara menatap iba pada Aruna yang diam menunduk. Setelah kejadian di kamar mandi, Aruna terpaksa bercerita. Bagaimana tidak? Saat kejadian, Hara ada di kamarnya."Kamu gak apa-apa, 'kan?" tanya Hara sembari mengusap punggung Aruna.Aruna mencoba tersenyum, walau masih ada gurat kesedihan. Namun, dia tidak mungkin membiarkan Hara ikut campur terlalu jauh."Ya, aku gak apa-apa. Udah lupain aja yang tadi. Mendingan kita ngomongin persiapan besok. Gimana?" Aruna sengaja mengalihkan obrolan.Gadis itu berharap, suasana hatinya membaik. Ya, besok hari kelulusan dan hari berangkat menuju puncak. Jadi, karena itulah Hara ada bersama Aruna.Hara berencana menginap hari ini sekalian p
Read more
Bab 23 Luka
"Kau menghancurkanku berkeping-keping hingga yang tersisa hanya puing kesakitan. Inikah maumu? Kalau begitu, aku mundur." •Aruna Ardhani• ๐ŸŒบ๐ŸŒบ๐ŸŒบ Lelaki berkacamata dengan tubuh tegapnya tengah menatap tajam pada kedua orang berbeda jenis di depannya. Sesekali dia menghela napas pendek sembari menggelengkan kepala. Tak jarang senyum mengejek diberikan pada anak muda itu. "Apa dia termasuk murid yang tercatat di sini?" tanya Wildan pada Arsen yang diam dengan tatapan tak suka. "Bukan," jawabnya lugas.  Tangan kirinya masih menenteng ransel, sedangkan tangan kanan masih digelayuti oleh Karisa. "Lalu, kenapa dia ikut ke sini? Saya mendapat mandat dari guru kalian untuk menjaga kalian semua. Kalau begini, saya tidak bisa izinkan kamu untuk ikut
Read more
Bab 24 Bukan Alasan Menjauh
"Egomu menutupi mata hati, hingga kau keliru dengan kenyataan. Aku masih di sini, menanti kau berbalik dengan sisa-sisa kepercayaanku." •Aruna Ardhani• ๐ŸŒบ๐ŸŒบ๐ŸŒบ Sepoi angin menerpa wajah cantik Aruna yang tampak sendu. Wildan tahu apa yang terjadi. Laki-laki itu mengamati Aruna sedari acara makan dimulai. Waktu baru saja menunjukkan pukul 12.05, tapi hawa sejuk menyelimuti tempat itu. Berbeda sekali dengan di Jakarta. Aruna beberapa kali menarik napas dan mengembuskannya. Dia seolah mencari kelegaan dan ketenangan di sana. Mungkin, melihat pemandangan hamparan hijau di depannya bisa mengurai sesak karena kejadian tadi. "Bagaimana, sejuk kan?" tanya Wildan sembari menarik kursi untuk Aruna. Aruna tersenyum kikuk. Bukan karena pertanyaan Wildan, tapi sikap laki-laki itu yang belum perna
Read more
Bab 25 Ternoda
"Aku marah. Semua perhatian yang kuharapkan malah tercurah untuk laki-laki lain. Kamu milikku, Aruna. Hanya milikku."•Arsen Ganendra•๐ŸŒบ๐ŸŒบ๐ŸŒบArsen mengeratkan genggaman pada punggung kursi. Hati dan pikirannya sudah dipenuhi dengan emosi. Dia tidak terima Aruna berlaku seperti tadi, terlebih di depan teman-temannya. Karisa yang duduk takut pun mencoba mendekati Arsen. Ini kesempatan langka, di mana dia bisa menyaksikan Arsen bertengkar dengan istrinya. Karisa akan gunakan peluang itu untuk menghasut pujaan hatinya. "Sayang, tadi itu istrimu, kan?" tanya Karisa, tangannya mengelus pundak Arsen lembut. Arsen tak menjawab, tatapannya tetap tajam ke depan. Kalau dia bersuara, takutnya akan menambah masalah dengan Karisa. Setidaknya, dia masih bisa mengendalikan amarah. "Em, aku pikir istrimu perempu
Read more
PREV
123
DMCA.com Protection Status