All Chapters of Istri Simpanan Sang CEO: Chapter 21 - Chapter 30
87 Chapters
21. Pertemuan Ahem Dengan Istrinya
      Cahaya lampu mobil Ahem dengan jelas menerangi betis dan paha Ishita yang sedang mengalir darah segar.     "Apakah dia sedang hamil? Kenapa dia minta dibawa ke rumah sakit dan minta menyelamatkan anaknya? Dan ini pendarahan, apa yang terjadi?" gumam Ahem tak percaya.    "Dia melompat dari lantai atas Bos!" sahut Wahyu.    "Sungguh gadis gila."    "Bahkan dia berlari tanpa alas kaki, kakinya penuh luka Bos." Sahut Wahyu lagi.    "Kenapa kalian bengong? Cepat bantu aku masukkan dia ke mobil!" bentak Ahem kepada Wahyu dan Jono.    Bergegas Ahem membopong tubuh mungil Ishita dan Wahyu membukakan pintu mobil. Dibaringkannya tubuh Ishita di bangku belakang.   "Wahyu kamu bawa mobilmu, dan ikuti kami dari belakang." Perintah Ahem kepada Wahyu.    Ahem memilih duduk dibangku belakang dan kepala gadis malang itu ditidur
Read more
22. Mereka Saling Berbicara
     Ahem tertidur di bibir tempat tidur Ishita dengan wajahnya tertelungkup dan duduk disamping ranjang.      "Dimana aku? Bagaimana dengan bayiku?" pekiknya begitu tersadar dan membuka matanya.     Rintihan Ishita membangunkan Ahem, sontak dia mengangkat kepalanya dan bangun.     "Kamu sudah sadar?" tanya Ahem sambil tersenyum bahagia.     "Bagaimana dengan bayiku?"tanyanya memekik.     "Tenanglah bayi kita, eh maaf bayi kamu sehat semua." Ujarnya hampir keceplosan.     "Maksutnya semua, apa?" tanya Ishita penasaran.     "Pasti kamu belum tahu kan kalau bayi kamu kembar tiga?"      "Hah? Apa, kembar tiga?" tanya Ishita sesaat terperangah tak percaya.     "Makanya kamu harus banyak istirahat, tidak boleh capek." Saran Ahem.     "Kenapa kamu peduli? Bukankah kamu menyekapku karena
Read more
23. Teman Tapi Mesra
     Ahem keluar setelah Ishita menutup sambungan teleponnya. Dia melihat Ishita sedang melamun setelah menerima telepon dari Intan. Seolah ada beban pikiran yang berat.     "Ishita, ada apa?" tanya Ahem begitu keluar dari persembunyiannya.     'Tidak ada apa-apa, Pak Raden."     "Ishita, kamu bilang kita sahabat kan? Bagaimana kamu tidak mau berbagi masalahmu, terus apa gunanya kita bersahabat?" gumam Ahem mendesak.     "Aku malu, Pak Raden. Kehidupanku begitu rumit tak pantas diceritakan. Aku takut kamu akan menertawakannya bahkan mengejakku." Ujar Ishita ragu.     "Ya tidak mungkinlah, Ishita. Kita hadapi bersama-sama suka maupun duka, bercerita lah aku siap mendengarkannya!" pinta Ahem.     "Pak Raden, besuk aku dijemput oleh sopir suamiku." Kata Ishita bersedih.     "Ya baguslah, kenapa kamu bersedih? Kan sebentar lagi bertemu dengan suami
Read more
24. Afandy Menyatakan Perasaannya Lagi
    Setelah mengetahui Ishita bekerja di hotelnya, Ahem dari jauh menjaganya.      "Pasti Intan juga tahu kalau Ishita sebenarnya bekerja di hotelku. Pasti dia bermaksut menyembunyikannya." Pikir Ahem dalam hati. "Dengan keadaannya yang lagi mengandung kembar tiga, dia tidak boleh terlalu capek disana. Aku harus memindahkan dia kerja di dalam, agar aku lebih mudah mengawasinya." Lanjutnya.     "Afandy, kemarilah!" panggil Ahem lewat kabel telepon.     "Baik Pak Bos." Jawab Afandy tegas.      Sepuluh menit kemudian, Afandy sampai di hadapan Ahem.      "Selamat siang Pak Bos?" sapa Afandy lelaki muda dan tampan.     "Duduklah!" perintah Ahem.      'Terima kasih Bos!"      "Afandy, ada anak buahmu yang bernama Ishita kan?" tanya Ahem tanpa basa basi.     "Benar Pak Bos, ada." Jawab Afandy ber
Read more
25. Sandiwara Ahem
     Pagi sekali seperti biasa, Ahem turun dari mobilnya tepat didepan pintu masuk hotel. Dia hanya mengenakan kemeja putih dengan dasi karena jas dan rompi sedang di mobil, Jono yang akan membawakan ke ruangannya.      Ahem berjalan santai di loby sambil menikmati suasana dan udara segar pagi. Tiba-tiba berlari kecil, dan tergesa-gesa Ishita, karena dia berada di tempat kerja yang baru. Dia tidak boleh datang terlambat karena teman-teman barunya akan menghukumnya.     Tanpa hati-hati dia bersenggolan dengan Ahem dan membuat tasnya terjatuh dan berhamburan isinya.     "Gimana sih kamu, jalan jangan meleng aja dong! Punya mata tuh dipake!" hardik Ahem. Sedang Ishita gugup memberesi isi tas nya yang berserakan.     "Maaf Pak, saya tidak sengaja! Saya buru-buru!" katanya sambil bangkit dari jongkoknya. Dan betapa terkejutnya baik  Ahem maupun Ishita yang dipertemukan dengan cara seperti itu
Read more
26. Ahem Masih Bersandiwara
     Akhirnya tak lama kemudian Ahem sudah menyusul dan bertemu di perempatan traffic light. Dia turun dan membukakan pintu mobil buat Ishita.     "Segera masuklah, kalau tidak mau viral." perintah Pak Raden.     "Kalau sampai viral lagi, aku tidak mau klarifikasi lagi, tau!" kelakar Ishita setelah Pak Raden duduk di sebelahnya.     "Kamu tidak perlu melakukan apapun untukku. Kita bersahabat, jangan sampai ada yang terlukai. Kita harus saling mendukung dan saling menguatkan. Aku akan selalu ada disaat  suka maupun dukamu. Kuharap demikian juga dengan kamu, selalu ada untukku!" Kata Ahem penuh harapan.     "Kamu serius amat sih...jadi Melo nih!" sahut Ishita.     "Serius Ishita!" seru Pak Raden.     "Iya serius." Jawab Ishita.     "Kita cari makan dimana?" tanya Pak Raden kemudian. "Coba tanyakan ketiga putraku, Ishita. Mereka pingin makan
Read more
27. Cinta Suci Afan
     Ahem sudah membawa Enggar ke hotelnya. Enggar adalah teman sepermainan Ahem waktu kecil, dia sudah seperti saudara laki-laki.      "Istirahatlah dulu di kamarmu! Nanti malam kita ke rumahku, kita makan malam di rumah." Ujar Ahem.     "Iya, aku juga lama nggak ketemu Intan. Aku ikut sedih dengan apa yang menimpa istrimu, Ahem. Kamu jangan khawatir, kamu bisa angkat anak yatim piatu, Ahem. Tidak harus melahirkan sendiri untuk mendapatkan anak." Ujar Enggar menghibur.     "Iya kawan, aku optimis." Katanya sambil menepuk pundak Enggar. "Sudah, istirahatlah dulu, aku meneruskan pekerjaanku sebentar!" lanjutnya, kemudian meninggalkan Enggar di kamar hotel.      Ahem ingin segera masuk ke kantornya, agar bisa menatap wajah Ishita dari jauh. Dia ingin menyaksikan sendiri bahwa Ishita benar-benar baik-baik saja.      Semakin lama menatapnya semakin dia jatuh cinta.&nbs
Read more
28. Sandiwara Ahem Terbongkar
Selamat membaca!  Novel ini berisikan perang antara hati dan pikiran yang bisa mengacak-acak emosi kita.                               ***     Tiga orang tamu baru datang memesan VVIP juga. Kebetulan letaknya tak jauh dengan Ishita dan Afan duduk.      "Ahem, Enggar, duduklah!" titah Intan sambil menarik kursinya.     "Enggar, maaf tadi renacananya mau dimasakin sendiri sama istriku, tapi tiba-tiba penyakit malasnya kambuh, nggak jadi deh!" kelakar Ahem sambil tertawa diiringi  Ishita dan Enggar.     "Tidak perlu, jadi merepotkan, begini  sudah cukup....santai aja!" bantah Enggar.      Ishita terbelalak kaget, dia mengenal sekali suara mereka. Suara yang familier sekali, dia sangat mengenal suara itu. Perlahan Ishita menoleh ke belakang dan,      "Hah!" peki
Read more
29. Ishita Bersandiwara
      Ishita masih menunduk menangis, seolah tak percaya dengan apa yang baru saja dilihat. Seorang sahabat, satu-satunya orang  yang dipercaya ternyata dia pengkhianat yang menyusup.       "Ungkapkanlah seluruh kekesalanmu padaku. Aku siap dan setia  mendengarkannya! Agar nanti kamu sampai di rumah, sudah tenang dan bisa tidur dengan nyenyak. Ayo bicaralah aku mendengarkannya!"  pinta Afan sambil memarkirkan mobilnya di taman kota.       Ishita menangis semakin histeris. Dan Afan meraih tubuh Ishita, di rebahkan kepalanya ke pundaknya.  Dia membiarkan tangis itu semakin menjadi.     "Menangislah... keluarkan apa yang yang membuat sesak didadamu. Aku akan menemanimu dan mendengarkanmu!" ujar Afan menghibur.      "Aku tidak menyangka kalau dia yang ku anggap sebagai sahabatku, ternyata dia adalah suamiku. Aku selalu menangis kepadanya saat aku merindukan Kak
Read more
30. Tamparan Intan Buat Ishita
       Intan terbelalak kaget, dia tidak mengira kalau Ishita akan dengan tegas mengatakan hal itu. Padahal selama ini dia terlanjur bahagia yang tiada tara, akan mendapat tiga bayi mungil sekaligus.     "Apa maksutmu, Ishita?" tanyanya tak percaya.     "Mbak Intan menginginkan satu anak dari saya kan, saya akan berikan. Bukan tiga!" hardiknya.     "Tapi kamu hamil kembar tiga anak suamiku, Ishita. Tidak mungkin kamu mengasuh dua anak dari suamiku kan?  Dia tidak akan membiarkan itu terjadi!" hardiknya.     "Memangnya kenapa, apa mbak Intan lupa kalau aku adalah ibunya....apa Mbak Intan lupa kalau Kak Ahem suamiku?" hardiknya balik.      Plag!     Tamparan yang tiba-tiba mendarat di pipi Ishita dengan kerasnya.       "Dasar sundel!" umpatnya berteriak.      "Intan?" pekik Indrayana dan istrinya. P
Read more
PREV
123456
...
9
DMCA.com Protection Status