All Chapters of SI CULUN DAN PANGERAN KAMPUS: Chapter 11 - Chapter 20
95 Chapters
Sebelas
Hari sudah beranjak malam Mentari masih berada di apartemen Benji, pria itu tidak memperbolehkanya pulang. Pintu di kunci olehnya sehingga Mentari tidak bisa keluar.Dia di biar kan duduk sendirian di sofa, sementara Benji sibuk di ruang kerjanya sedari siang tadi.Terus ngapain dia di sini, perutnya sudah sangat lapar dia hanya makan mie tadi siang. Dan belum makan lagi sampai sekarang.Ting... tong...Suara bel membuyarkan pikiran Mentari. Dan tak lama Benji keluar dari ruang kerjanya."Mandi sana di kamar tamu, di sana juga ada baju ganti" suruh Benji dengan melewati Mentari."Nggak aku mau pulang" ucap Mentari dengan berdiri, ini kesempatanya untuk bisa keluar. saat Benji membuka pintu dia akan langsung berlari keluar."Mandi gue bilang" Benji menaikan nada bicaranya dan menatap Mentari tajam."Gue patahin kaki lo kalau sampai berani k
Read more
Dua belas
Benji meraih tubuh Mentari ke dalam pelukanya, walau gadis itu terus menolak. "Hiks.. hiks... aku mohon jangan giniin aku" ujar Mentari dengan terus menangis. Dia sangat kesal ketika Benji membentak dan memarahinya. "Maaf gue nggak tau mau ngomong apa, tapi yang jelas gue serius sama lo gue harap lo bisa buang semua pikiran buruk tentang gue. Karena gue sedikit pun nggak ada niat buat nyakitin lo, dan jangan suruh gue buat jauhin lo" ujar Benji tulus. Bagaimana cara nya dia bisa menjauhi orang yang dia sukai. Mentari terdiam di pelukan Benji dia, masih tak percaya dengan ucapan Benji. Dia menggelengkan kepalanya"Nggak nggak mungkin" ujarnya dengan berusaha mendorong dada Benji. Mentari nggak percaya kalau Benji menyukainya, nggak mungkin lelaki seperti Benji bisa menyukai perempuan seperti dia. Bukan bermaksud untuk merendahkan dirinya sendiri,
Read more
Tiga belas
Sampai kapan lo mau diem, nanti bisu beneran baru tau rasa"ujar Benji karena sedari di rumahnya sampai sekarang udah di mobil, Mentari masih diam saja.Mentari tak peduli dia tetap mengacuh kan Benji. Dia terus memandang ke luar jendela. Tapi syukur Benji mau mengantarnya pulang tanpa harus dia guling-gulingan dulu."Jangan buat gue marah" ucap Benji serius, wajahnya kembali datar.Mentari menelan ludahnya susah payah. Dia sangat takut kalau Benji sudah begini."Lihat gue sekarang" perintah Benji.Mentari menoleh kan wajah nya perlahan ke arah Benji. Benji menatapnya tajam."Gue udah bilang cukup jadi pacar yang penurut itu aja yang gue minta sama lo, apa itu susah?" Tanya Benji geram."Tapi aku juga nggak mau..""GUE NGGAK MINTA JAWABAN LO" bentak Benji dengan memotong ucapan Mentari.Mentari terperanjat kaget matanya sud
Read more
Empat belas
Mentari menelungkup kan wajahnya di meja, sambil menunggu mata kuliah pertamanya di mulai. matanya  bengkak akibat kemarin dia terus menangis.Tak...Seseorang menendang meja Mentari.Mentari tak peduli dia tetap menelungkup kan wajahnya. Itu paling teman kelasnya yang sering menganggunya.Lebih baik dia tidak usah menghiraukan nya.Tak...Orang itu terus menendang meja  Mentari."Eh cupu bangun lo jangan pura-pura tidur" ucap orang itu.Mentari tetap tak menggubris dia sangat hafal suara siapa ini. Itu suara Danu salah satu teman cowok di kelas nya  yang sering menganggunya.Danu menarik kerah baju belakang  Mentari. "Budek lo ya, gue bilang bangun" ujar Danu kesal.Mentari memegang lehernya yang sedikit tercekek karena ulah Danu, dia memperbaiki kaca matanya
Read more
Lima belas
Mentari telah menyelesaikan mata kuliahnya, dia segera membereskan bukunya dan segera keluar. Untuk menemui Benji di parkiran.Karena pria itu bilang akan mengajak nya ke suatu tempat, dia sempat menolak tapi yang namanya Benji tidak akan bisa di bantah.Pria itu tetap akan memaksanya, Benji akan melakukan berbagai cara agar Mentari ikut dengannya.Dan dengan terpaksa Mentari mengikuti kemauan Benji.Brak...Seseorang menggebrak meja dengan keras.Mentari meghembus kan napasnya lelah."Apalagi ini..." batinya.Di sana sudah berdiri Veve dan teman-tamanya, Veve menatap Mentari tajam.Veve dan teman-temanya selalu saja mengusik Mentari, padahal Mentari tidak pernah punya salah sama mereka."BERANI-BERANINYA LO DEKETIN BENJI. Lo NGGAK SADAR DIRI, APA LO NGGAK PUNYA KACA DI RUMAH" bentak Veve mur
Read more
Enam belas
Mereka berhenti di rumah mewah. Bukan rumah lebih tepatnya mansion.Mentari terkagum-kagum melihatnya, mansion ini seperti ada di novel-novel yang sering dia baca.Sangat luas, bahkan mungkin sepuluh kali lipat lebih besar dari rumahnya."Ini rumah siapa kak?" Tanyanya."......."Mentari menoleh kan wajahnya saat Benji tak kunjung menjawab pertanyaanya. Dia mengerutkan kening nya saat melihat Benji seperti gelisah dan khawatir. dia tidak pernah melihat Benji seperti ini sebelumnya.Mentari menyentuh pundak Benji pelan."Kak..." ucapnya.Akhirnya benji menolehkan wajahnya,Dia tersenyum kecil seperti terpaksa."Ayo kita masuk" ujarnya, Dengan memegang tangan Mentari. Benji menarik napas dalam-dalam, lalu menghembus kan nya.Mentari mengangguk setuju, Mereka pun keluar dari mobil.Mentari terus melihat ke arah Benji, pria itu sedari tadi terus menghembus kan napas. Ada apa sebenarnya.
Read more
Tujuh belas
Mentari masih asik mengobrol dengan omanya Benji sedari tadi."Oh iya apa Benji pernah cerita soal keluarganya ke kamu?" Tanya oma pemasaran.Mentari menggelengkan kepanya sebagai jawaban.Oma tersenyum"Wajar kamu terlihat kaget tadi.." ujarnya saat melihat ekspresi bingung Mentari di dalam tadi."Emangnya ada apa oma?" Tanya nya bukan bermaksud lancang, cuman jujur dia penasaran kenapa keluarga Benji seperti tidak menyukai pria itu."Mmm jadi begini Benji itu anak dari istri kedua papinya.."ucap oma Benji mulai cerita.Mentari melebarkan matanya kaget. Wajar saja wanita yang ada di meja makan tadi tidak mirip dengan wanita yang ada di foto, yang di lihatnya di apartemen Benji.Ternyata dia ibu tirinya Benji."Yang kamu lihat di dalam tadi itu istri pertama papimya Benji namanya Laras, dan yang cowok sama cewek itu adik tirinya Benji" jelas oma."Dulu papinya Benji menikahi mamahnya Benji karena Laras tidak bisa hamil, pad
Read more
Delapan belas
Mentari memilih menunggu Benji di luar. dia duduk di sebelah mobil Benji yang sedang terparkir.Mentari menghapus air matanya, agar Benji tidak melihatnya. Dia berharap semoga Benji tidak mengetahui kalau tadi dia menguping pembicaraan Benji dan papinya.Dia juga tidak pamit pada oma bukanya tidak sopan, namun tidak enak kalau harus mengganggu oma yang sedang istirahat.Mentari menghembus kan napasnya dia tidak menyangka bahwa hidup Benji sesedih ini."Masuk" ujar Benji yang baru saja keluar dan langsung masuk ke mobil.Mentari mengikutinya masuk ke dalam mobil.Tidak ada yang bicara mereka sibuk dengan pikiran masing-masing.Mentari menoleh ke arah Benji memperhatikan wajah pria itu. Masih sama terlihat datar seolah tak terjadi apa-apa."Jangan lihatin gue kayak gitu, gue nggak suka" ujar Benji dingin. Dia tidak suka ketika Mentari menata
Read more
Sembilan belas
Mentari terbangun dari tidurnya dia menoleh kesampingnya Benji sudah tidak ada."Dasar jelangkung" guman Mentari.Semalam dia tidak berhasil mengusir Benji. Terjebak dengan ucapannya sendiri waktu itu.Ngomong-ngomong gimana ke adaan Romi. Dia masih kepikiran walaupun dia benci sama pria itu, tapi tetap saja dia masih punya hati. Apalagi semuanya terjadi juga gara-gara dia.Benji tidak tanggung-tanggung kemarin, dia memukul Romi hingga babak belur. Membuat Mentari menjadi sangat khawatir.Ting...tong....ting....tong...Seseorang menekan bel dengan tidak sabar."Astaga siapa lagi.." ujar Mentari lelah, perasaan hidupnya tidak pernah tenang lagi akhir-akhir ini.Semenjak kenal sama Benji semakin banyak orang yang mengganggunya, terutama di kampus.Dia turun dari ranjangnya lalu masuk ke kamar mandi untuk gos
Read more
Dua puluh
"Hallo"sapa ibu Mentari ke pada orang di sebrang telpon."Datang kesini kamu kerumah saya, jangan main-main sama anak gadis orang ya" ujar ibu Mentari dengan kesal.Mentari hanya berdiri kaku dia nggak tau harus berbuat apa. Mila sudah mencerita kan semuanya ke ibunya saat tadi sore ibunya pulang. dan ibunya sangat marah mendengar hal itu.sekarang ibunya sedang menelpon Benji dan memarahi pria itu. Mentari berharap semoga Benji tidak emosi dan mencelakai ibunya. Tau sendiri kan betapa nekatnya Benji, Mentari takut Benji akan marah dan memukul ibunya."Nggak mungkin kan dia kasar sama orang tua"batin Mentari."Nih.." ibunya mengembalikan handphonenya."Gimana bu, apa katanya ibu nggak di marahin kan?" Tanya Mentari penasaran. Sekaligus takut dengan reaksi Benji.Mira melotot kan matanya."Kok ibu yang di marahin orang dia yang salah, kamu ini
Read more
PREV
123456
...
10
DMCA.com Protection Status