Semua Bab JODOH SEJAK DALAM KANDUNGAN: Bab 11 - Bab 19
19 Bab
Membelikan pembalut Hani
Lagi-lagi tangan Mas Tama menumpang di atas perutku. Tapi entah mengapa, rasa risi yang biasa kurasakan kini berubah menjadi rasa nyaman. Seketika teringat artikel yang pernah kubaca, bukankah aku dan Mas Tama telah halal? Tidak berdosa 'kan jika aku membalas pelukan suamiku sendiri. Aku tersipu malu. Dengan ragu, kurapatkan tubuhku, memangkas jarak di antara aku dan Mas Tama. Perlahan kujulurkan tanganku di atas tubuh suamiku, kutahan menggantung di udara, karena aku ragu melakukannya. Dapat kuhidu aroma khas parfum yang telah bersatu dengan keringatnya, membuat darahku seakan berdesir lebih cepat. 
Baca selengkapnya
Mertua julid
"Ini, Han." Segera kuserahkan barang keramat itu kepada Hani.  Ia menerimanya dan segera masuk ke toilet.  "Han, aku berangkat ya, takut telat," pekikku agar terdengar olehnya.  "Iya, Mas, hati-hati," balasnya dari dalam toilet. *****     Aku masih tak percaya, kenapa Mas Tama mau membelikan barang yang aku sendiri pun terkadang malu membelinya.  Aku membersihkan diri dan sekalian mandi.Syukurlah, kakiku sudah membaik, dan sudah tak terlalu sakit. 
Baca selengkapnya
Tersesat
Duduk di bawah pohon adalah solusi terbaik saat ini. Seingatku, aku tak membawa uang sepeserpun.Aku menepuk jidatku, saat ingat kalau uang pulsa milik Mama tadi masih ada kembaliannya, empat puluh lima ribu.   Aku segera menuju penjual minuman tak jauh dari tempatku berteduh. "Bu, beli es kelapa muda satu, ya," "Iya, Neng, silakan duduk dulu!" jawab Ibu penjual es itu, ramah. "Kok, hanya jalan kaki, Neng, memangnya dari mana, mau kemana?" tanyanya. "Saya di sini baru beberapa hari, Bu, ikut suami. Tadi saya pergi ke konter tap
Baca selengkapnya
Tersesat 2
Seseorang yang entah aku pun tak mengetahui siapa itu menjadi bulan-bulanan dua preman hingga babak belur.   "Halo, Pak, Pak Polisi sudah dekat? Oke, langsung ke sini saja,Pak." Aku menempelkan tanganku ke telinga. Dua preman itu lari kocar-kacir setelah sebelumnya saling pandang beberapa saat. Aku hanya mendekat ke lelaki itu tanpa menolongnya berdiri.  "Terima kasih sudah menolongku,"  Ia mengulurkan tangannya hendak bersalaman denganku, sembari mengucap namanya.  "Guntur ... " Aku segera mengatupkan kedua tanganku di hadapanku. "Hani ... "  Ia menarik kembali tangannya dengan ekspresi tak enak hati.  "Kenapa sendirian malam-malam begin
Baca selengkapnya
Kembali pulang
" Kamu kemana saja, Hani. Aku khawatir banget sama kamu." Mas Dirga mengatupkan kedua tangannya di pipiku, sembari menatapku dengan mata yang berkaca.   "Maaf, Pak. Istri anda tersesat dan melapor ke Kantor kami. Kami dapat melacak alamat rumah ini dari nomor ponsel yang Ibu Hani berikan kepada kami," ucap Pak Polisi. "Terima kasih banyak, Pak. Sudah mengantar istri saya sampai rumah dengan selamat." ucap Mas Tama.  "Sudah tugas kami untuk membantu, Pak. Kami permisi, selamat siang."  "Siang, Pak. Sekali lagi terima kasih banyak,"  Setelah mobil Polisi menjauh, aku kembali menatap Mas Tama. Ada yang merembes dari sudut mataku. Kupeluk erat tubuh suamiku, dan menumpahkan ketakutan serta kerinduanku. Ia membalas peluka
Baca selengkapnya
Tidak tinggal diam
"Hani, maafkan aku jika selama ini bersikap dingin kepadamu, bukannya aku menolak perjodohan kita, aku hanya merasa pernikahan ini terlalu cepat,"     "Aku pun merasakan hal yang sama, Mas, tapi aku yakin bahwa jalan yang Allah beri ini adalah yang terbaik,"     " Aku baru sadar, setelah kamu hilang, ada separuh jiwa aku yang kamu bawa, aku merasa hampa, kosong, dan linglung saat aku pulang tapi kamu sudah tidak ada di rumah,"     "Maafin Hani, Mas, Hani kurang hati-hati sehingga membuat Mas Tama khawatir,"       "Lain kali jangan pergi jauh-jauh lagi ya, untung saja kamu bertemu dengan orang-orang baik,"       Aku mengangguk, masih tak menyangka kalau saat ini aku suda
Baca selengkapnya
Jebolnya pertahanan
"Hani, kamu tidak apa-apa, kan?!" "Tidak, Mas." Aku bergegas meninggalkan Mas Tama.Ada rasa nyeri pada ulu hati saat mengingat Mas Tama berduaan dengan Pricilia.Dengan alasan apapun, mengapa Mas Tama sampai mau diajaknya ke taman belakang? Tujuan utamaku adalah kamar. Tempat paling nyaman di rumah ini bagiku. Derap kaki mengikutiku dari belakang, "Hani, dengarkan penjelasanku dulu!" Aku mencoba meredam amarah yang berkecamuk dibagian dalam tubuhku. Namun sulit, gemuruh kian meraja lela di dalam sana.  Kupercepat langkahku, kaki yang terasa nyeri seolah tak terasa, kalah oleh nyerinya hatiku.  Bahkan, aku istri sahnya belum berani semesra itu menggandeng tangannya, menyandarkan kepala ini di bahunya.  Air mata
Baca selengkapnya
Perubahan pada tubuhku
Aku segera bangkit dengan tubuh polos yang hanya berbalut selimut.Aku tidak bisa berjalan seperti biasanya karena organ kewanitaanku terasa semakin sakit saat melangkah.  Aku melangkah perlahan, kakiku seperti tidak menapak di lantai, aku berjalan seperti habis sunat.  Sesekali aku menengok Mas Tama. Rupanya ia tengah asyik menertawaiku, dipikir sedang nonton lawak apa.   "Mas, kok malah ketawa, sakit, nih!" "Jalanmu lucu, Han. Kayak habis sunat." Mas Tama melanjutkan tawanya.   Meskipun terasa sakit, aku tetap berjalan sewot, menuju kamar mandi.  Aku berdiri di bawah deraian air dari shower. Membuat tubuhku terasa rileks.Masih menari-nari dalam ingatanku, bagaimana Mas Tama membawak
Baca selengkapnya
Perubahan pada tubuhku2
"Kalian lanjutkan makannya, ya! Papa sudah selesai, mau lanjutkan kerjaan kantor yang tadi belum kelar, " ucap Papa.   "Iya, Pa," jawab Mas Tama.    Setelah Papa meninggalkan meja makan, Mas Tama menatapku lagi dengan senyuman yang berhasil membuatku tersepona dengan ketampanannya. Eh ... Terpesona.    "Rupanya istriku ini pandai masak, ya!"   Aku tersipu mendengar pujian dari suamiku itu.   "Ah, Mas Tama bisa saja. Di kampung, aku sudah biasa masak, Mas,"  "Berarti lain kali boleh dong kalau aku minta kamu masakin aku setiap hari, khusus untukku!" ucapnya, sambil mengerlingkan.  "Tentu boleh dong, Mas."&nb
Baca selengkapnya
Sebelumnya
12
DMCA.com Protection Status