Semua Bab Salah Kamar: Bab 21 - Bab 30
55 Bab
21. Kehamilan yang tidak diharapkan
"Aku akan menggugurkannya saja," tukasku dengan tatapan kosong. "J-jangan, Non," sambung Taka dengan gugup dan wajah teramat pucat. Dia masih berdiri di depanku dengan kedua kaki gemetar. Menunduk dan sama sekali tidak berani menatap ke arahku. Kesialan yang sepertinya tidak pernah berujung dan kenapa harus aku? Aku menggigit kuku jari dengan tatapan kosong. Aku tidak tahu harus berkata apa pada kedua orang tuaku. Julian pasti membeberkan hal ini ke khalayak ramai. Bahwa anak pemilik hotel Shangrila hamil dan bukan anak suaminya. Ke mana aku harus bersembunyi? "Lalu, aku harus apa jika tidak menggugurkannya? Bayi ini tidak berdosa, tetapi kita yang membuatnya ada karena tidak memiliki pilihan. Dia tidak mungkin lahir, Ka. Tidak!" "Non, saya mohon. Aborsi itu tidak baik. Selain menurut agama, dari segi kesehatan juga tidak baik untuk Non. S-sebaiknya kita pikirkan cara lain. Saya mohon, jangan menggugurkannya." "Lalu ak
Baca selengkapnya
22. Ngidam Melihat Taka
Jangan ditanya bagaimana perasaan ini. Sangat kesal dan kecewa. Bisa-bisanya tekanan darahku yang tidak pernah tinggi, mendadak melonjak, sehingga niatan untuk melakukan aborsi, tidak bisa dilakukan. Aku tidak tahu harus marah kepada siapa lagi? Mungkin aku hanya bisa marah dan mengumpat diri sendiri, karena tidak antisipasi sebelumnya. Aku sama sekali tidak ingat, jika saat itu aku benar-benar baru selesai datang bulan dan masuk masa subur. Jika sudah seperti ini, maka berteriak bagai orang gila pun percuma.Mau tidak mau, aku pulang ke rumah dengan perasaan hampa sekaligus bingung. Ingin kembali ke apartemen, tetapi tidak berani. Aku terlalu takut Julian datang dan kembali menggauliku dengan tidak berperasaan. Jadi keputuskan untuk kembali ke rumah Papa dan Bunda saja. Semoga mereka belum tahu keadaan sebenarnya dari Julian dan mereka juga tidak curiga padaku yang mulai pagi ini mulai morning sick.Mang Darto membukakan pagar tinggi rumahku, saat bunyi klakson dari m
Baca selengkapnya
23. Ngidam Part 2
POV TakaHati ini tak bisa dilukiskan bagaimana keadaannya, saat tahu bahwa aku akan menjadi seorang ayah. Ya, ayah dari istri orang. Aneh dan terdengar sangat menjijikkan. Aku bukan pebinor, apalagi pelakor. Jijay ... Aku hanya kebetulan memiliki garis takdir dengan Anes. Wanita cantik, berpendidikan, dan mempunyai jabatan sangat bagus di kantor.Sayangnya, dia istri orang dan aku terjebak dengannya hanya satu malam. Namun, satu malam itu aku yakin akan mengubah satu masa. Ingin sekali meringankan bebannya atas masalah yang dia hadapi, tetapi aku tidak tahu harus mulai darimana dan seperti apa. Segala tindak-tandukku begitu terbatas, karena pekerjaanku hanya sebagai kacung hotel. Malam ini aku masih setia jongkok di pinggir pohon sambil menahan sepeda agar tidak jatuh. Yah, sepeda tetangga yang kupinjam untuk pergi ke rumah Non Anes. Wanita itu sedang hamil anakku dan aku tahu, dia tidak bisa tidur. Aku jadi ingat saat Teh Arum hamil anak pertamanya yang
Baca selengkapnya
24. Mira Bersama Pria Lain
POV Author"Apa kamu yakin Anes hamil anak lelaki itu? Saat kamu pacaran dengannya, apa kamu dan Anes tidak pernah ....""Hentikan pertanyaan konyol seperti itu, Ra. Anes itu kolot. Aku cium pipinya saja ngambek. Heran juga, kenapa malah bisa hamil sama lelaki lain? Ck, tapi tenang saja, dengan kehamilannya aku jadi bisa bernegosiasi," ujar Julian pada Mira. Lelaki itu menyesap kopi buatan istri mudanya dengan begitu nikmat, seakan tiada kopi lain yang seenak buatan Mira."Kopi buatan kamu selalu terbaik. Sedangkan Anes, masak mi instan saja bisa gosong," puji Julian sambil tertawa kecil. Ingatannya kembali pada mas pacaran bersama Anes. Waktu itu berada di apartemen Julian dan Anes diminta untuk memasak mi rebus. Namun yang terjadi adalah Anes membuat mi itu gosong. "Serius? Memangnya Anes tidak bisa di dapur? Waktu akan menikahinya kamu memujinya habis-habisan. Sekarang, kamu menjelekkannya. Tidak baik, Lian. Bagaimana pun dia istri kamu juga, sam
Baca selengkapnya
25. Merajuk
"Siapa yang suruh Mbak Nana? Katakan pada saya!" Taka muncul dari balik persembunyian. Dua wanita itu kaget dan bola mata bergerak liar karena takut. Bahkan gadis yang bernama Nana, bersembunyi di balik punggung teman bicaranya tadi. "Eh ... Mas Taka. Ada apa? Suruh apa? Saya tidak paham?" Ekspresi wajah gadis yang bernama Nana membuat Taka hampir saja meledak tawanya. Mirip sekali dengan hantu pasar malam yang kepergok tengah merokok saat pengunjung datang.  "Sudah, jangan berbohong. Saya tanya, siapa yang suruh Mbak Nana masukin serbuk minuman untuk saya?" tanya Taka lagi masih menahan emosi sambil mengepalkan tangan di belakang tubuhnya. Pemuda itu mendekat beberapa langkah, lalu Nana dan temannya mundur takut.  "Siapa?" tanya Taka lagi, kali ini dengan ekspresi sangat serius. "Mm ... saya gak bisa bilang, Ka, sori." Nana berbalik badan dengan cepat. Untunglah Taka berhasil menahan lengan Nana dan menariknya dengan sedikit kasar.
Baca selengkapnya
26. Bukan Mauku, tapi Mau Anakmu
Arum memperhatikan Taka dan Anes yang duduk di depannya dengan saling membuang pandangan. Keduanya bungkam dan tidak berani meneruskan ucapan mereka. Arum yang sudah mulai bisa menyeret kakinya untuk berjalan, seketika penasaran saat mendengar ada kegaduhan di teras antara Taka dan juga Anes. Walau suara keduanya tertahan hingga tidak ada tetangga yang menyadarinya. Namun wanita itu dapat mendengar dengan baik.“Jadi, ada masalah apa antara kalian berdua? Siapa yang hamil?” tanya Arum dengan sorot mata tajam memperhatikan keduanya bergantian. Taka dan Anes masih diam seribu Bahasa. Masih saling membuang pandangan.“Gak mungkin Taka yang hamil’kan? Saya lihat soalnya waktu Taka sunat. Lucu deh bentuknya.” Kekonyolan yang diucapkan Arum, sontak membuat Anes merasakan hangat di pipinya, hingga memunculkan warna merah di pipinya. Sedangkan Taka sudah melotot tidak percaya dengan apa yang barusan diucapkan Arum.“Teteh … bic
Baca selengkapnya
27. Kissing
"Pinjam ponsel kamu, cepat, Ka!" bisik Anes tak tak sabar. Taka mengeluarkan ponsel dari saku, lalu membuka kunci layar dengan cepat."Duh, lama deh!" gerutu Anes yang langsung menyambar ponsel dari tangan Taka. Pemuda itu hanya bisa tersenyum dalam diam, sambil bergumam,"ibu hamil galak banget!"CeklekCeklekCeklek"Loh, ini kok gak bisa kameranya? Gimana sih?" omel Anes saat tak bisa memotret dua orang yang akan masuk ke dalam mobil mewah."Kamera belakang rusak, Non. Bisanya Selfi aja," sahut Taka sambil menahan tawa. Anes melotot dengan bibir maju beberapa centi. Dia terpaksa mengambil potret dengan pose Selfi pada objek fotonya. Lumayanlah, daripada tidak dapat sama sekali.Anes menghela napas lega dan di saat yang sama. Dia baru sadar, wajahnya tepat di dada Taka. Semburat merah di wajahnya kembali muncul. Keduanya diam tak bergerak."Non, kita mau nginep
Baca selengkapnya
28. Skandal yang terungkap
"Apa ini?" Julian menatap foto yang tidak terlalu jelas di dalam ponsel milik Anes."Lihat saja. Masa kamu tidak mengenali postur tubuh istri dan juga papa kamu?" Anes duduk di samping Julian. Membiarkan suaminya memperbesar gambar. Memang tidak begitu jelas, mengingat ponsel yang digunakan untuk mengambil potret itu adalah ponsel Taka. Ponsel jadul yang bentuknya seperti roti kopi yang banyak dijual di mal."Tidak mungkin! Papaku sangat mencintai Mama. Dan ... Kak Mira ...." Julian mentransfer foto dari ponsel Anes ke dalam ponselnya. Dengan wajah gusar, Julian bangun dari duduknya dan berjalan keluar dari kamar.Ya, lelaki itu pergi dengan rasa marah yang menggumpal di dadanya. Lalu Anes? Wanita itu tersenyum puas. Puas akan takdir Tuhan yang menetapkan tangannya tidak perlu dikotori untuk mencari bukti siapa dalang di balik ini semua."Ah ... akhirnya Tuhan yang membuka  kebenaran itu. Tidak perlu
Baca selengkapnya
29. Ada apa dengan Julian?
Lelaki itu terdiam di kursi kerjanya. Wajahnya berantakan begitu juga dengan pakaiannya. Entah sudah berapa bungkus rokok dia habiskan dalam lima jam ini. Jangan ditanya bagaimana keadaan kantornya. Semua barang dirusak, bahkan semua dokumen penting perusaan dirobek hingga menjadi sampah di dalam ruangannya.Mau alkohol juga begitu menyengat memenuhi isi ruangan. Tidak ada siapapun yang berani menegurnya, termasuk sang sekretaris yang sudah kembali ke rumahnya, karena ketakutan oleh sikap Julian.Pintu ruangan lelaki itu dikunci dari dalam. Terkadang dia tertawa terbahak-bahak. Terkadang juga menangis dan meracau tak menentu. I marah pada takdir Tuhan. Ia kecewa dengan orang tuanya dan patah hati dengan Mira. Wanita yang juga sangat ia cintai setelah mamanya, lalu Anes.Sekarang, semua berubah dan berbalik menghukumnya. Istrinya bermain api dengan papanya. Istri yang ia banggakan dan sangat ia sayangi. Meskipun wanita itu
Baca selengkapnya
30. Julian Amnesia
Julian sudah kembali terlelap di brangkarnya. Lelaki itu benar-benar tidak mengingat kejadian apapun, selain hari pernikahannya dengan Anes. Kepalanya yang tiba-tiba sakit, membuat Julian akhirnya terlelap lagi dan membiarkan Anes tengah kebingungan sekarang.Julian yang ia kenal pertama sekali, muncul lagi. Sikapnya manis dan sangat lembut bertutur kata padanya. Lalu, bagaimana bisa dia tiba-tiba menceraikan suaminya? Tunggu, bukankah dengan hilangnya ingatan Julian, pertanda semua masalah selesai dan Juliannya kembali padanya seperti sedia kala?Dokter mangatakan,bahwa cedera kepala dan stres menjadi salah satu penyebab terjadinya amnesia pada seseorang. Benturan yang terjadi pada kepala Julian contohnya. Lelaki itu akan sulit mempelajari informasi baru setelah terjadinya amnesia. Serta kesulitan mengingat peristiwa masa lalu dan informasi yang sebelumnya diingat.Kebanyakan orang dengan amnesia memiliki masalah dengan i
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
DMCA.com Protection Status