All Chapters of Pendekar Pedang Naga: Chapter 291 - Chapter 300
310 Chapters
291. Mereka Menyebutnya, Ketempelan
“Kamu kenapa, Nak?” tanya lelaki setengah baya setelah Asoka membuka mata. Wajahnya was-was, dia prihatin terhadap kondisi Asoka yang sekarang, bagai orang linglung.Asoka hanya termenung. Pikirannya masih kacau balau. Kesadarannya juga belum sepenuhnya pulih. Sedari tadi, matanya tidak berhenti membelalak menatap ke depan.Pemuda berkuncir masih ingat betul bagaimana dia bisa duduk di kursi yang dikusiri oleh seorang siluman. Bau anyirnya masih terasa, tapi sebisa mungkin Asoka menghilangkan pikiran buruknya tentang itu.Bahkan, saat disapa lelaki paruh baya itu, Asoka seolah tidak sadar dia berhasil selamat dari kusir siluman dan pindah ke dunia nyata.Lelaki tersebut khawatir dan membopong Asoka ke pemukimannya.“Tolong... ada pemuda pingsan di tengah hutan!”Salah seorang warga melihat lurah mereka berlari membawa seorang lelaki dari atas gunung. Sontak, dia memukul kentongan dengan nada dua dua menandakan ada berita besar di desa.Di sana, para warga sudah berkumpul menunggu. Sep
Read more
292. Malam Satu Suro
“Aku juga merasa demikian, Mbok. Tapi aku belum bertanya ke mana tujuannya setelah ini.” Laki-laki paruh baya coba menjelaskan kepada Mbok Walijah yang dianggap sebagai sesepuh penghuni desa kecil sekitar Alas Lali Jiwo.Bisa dibilang, dia adalah juru kunci yang siap sedia membantu mereka yang diganggu oleh siluman penghuni alas.“Coba ajak dia bicara dan ceritakan sedikit tentang Alas Lali Jiwo. Kalaupun tujuannya memang ke puncak Arjuno, beritahu dia pantangan setiap pendaki yang ingin naik ke sana.”“Baik, Mbok.” Ando mengangguk dan pamit untuk menemui Asoka.“Tunggu, Ando,” lirih Mbok Walijan. Wajahnya seperti ragu dan khawatir.“Tiga hari lagi merupakan malam satu suro. Para dedemit dari seluruh penjuru akan berkumpul dan membuat perayaan besar. Yang pasti, akan ada seorang lelaki yang menjadi tumbal ‘ngunduh mantu’ mereka.”Ando mengangguk dan tidak berani bertanya lebih lanjut. Di pikirannya, dia masih bertanya-tanya tentang maksud dari kata mereka. Mereka siapa? Para penunggu
Read more
293. Mayat Arka Ditemukan
Pagi menyongsong. Asoka membantu Lurah Ando untuk memanen padi. Setelah itu, dia beristirahat di gubuk dan berkumpul dengan pemuda desa lain.“Bagaimana ceritanya kau bisa diculik oleh penunggu Alas Lali Jiwo?” Tanya seorang dengan perawakan lumayan besar.“Hanya keteledoranku. Untung ada Pak Lurah yang menolong.”“Wah bener itu, Soka. Coba saja tidak, kau pasti dijadikan mantu oleh raja siluman penunggu Alas Lali Jiwo.”“Maksudmu ngunduh mantu?” Tanya Asoka penasaran.“Benar. Apalagi lusa sudah masuk malam satu suro. Para dedemit akan mengadakan pesta pernikahan untuk putri raja. Jaga dirimu, putri raja siluman biasanya sangat cantik, lho!”“Halah, cantik tapi punya batang sama saja,” desis Asoka.“Gundulmu berbatang!”Sebenarnya tradisi ngunduh mantu sudah berlangsung lama dan sangat familiar di telinga orang Jawa pada umumnya. Semua paham jika malam satu suro adalah hari petaka. Oleh sebab itu, diadakan syukuran dan makan bersama.Tak lupa, sesajen dan suguhan tersebut diberikan ke
Read more
214. Tidak Bisa Diselamatkan Lagi
Sontak, semua orang desa berlari sambil membawa kentongan. Beberapa perempuan juga ikut lari, tapi sisanya tetap di desa untuk menjaga tiga kawan Arka.“Kita di sini saja, Soka. Biarkan Lurah Ando yang memimpin mereka. Beliau orang sakti mandraguna. Jangan lupa, beliau juga anak kandung dari juru kunci gunung Arjuno.”Sepuluh menit berlalu dan para warga menggotong jasad Arka. Matanya masih terbuka, tapi nyawanya sudah tiada. Mbok Walijah keluar dari gubuknya dengan mata nanar. Tangis air matanya tak berhenti menetes.Beberapa kali Mbok Walijah memastikan cucunya hidup atau mati. Naas, Arka sudah tidak bernafas lagi. Denyut nadi di lehernya juga tidak terasa. Hanya saja, mata Arka masih terbelalak.Lurah Ando mengusap wajah Arka dan menutup matanya. Tetap tidak bisa. Hingga percobaan ketiga, barulah mata Arka bisa tertutup dan sore nanti akan diadakan sesi pemakaman.“Bagaimana nasibku nanti? Apa aku harus berakhir seperti cucu Mbok Walijah?”Asoka bertanya-tanya dalam hati. Masalahny
Read more
215. Sepele, Tapi Fatal
Asoka ikut menuju liang kubur dan melihat prosesi penggalian makam. Seluruh warga desa ingin memastikan siapa yang dimakamkan tiga hari lalu. Malam itu juga, para warga menggali makam dengan gotong royong.Semua terkejut saat makam terbuka. Ternyata bukan mayat Artka, itu hanyalah gedebog pisang yang terikat. Ando segera berlari menuju lumbung dan mempersilakan Arka kembali ke rumah.Arka memeluk neneknya. Dia menangis haru dan hampir satu menit mereka berpelukan. Sementara di luar, para warga sudah menunggu cerita dari Arka. Lelaki itu keluar dan duduk di tikar lebar yang digelar di depan rumahnya. Tiga kawan pendakinya juga ikut menyimak.“Saat aku kencing, ada seseorang tua dengan jenggot menjuntai sampai ke tanah menatapku marah. Ketika mata kami bertatapan, tiba-tiba aku pingsan dan tidak tahu ada di mana.”Setelah bangun, Arka mendapati teman-temannya bergerombol. Mereka memasang wajah cemas. Tapi untuk kedua kalinya, Arka menuju pohon tempatnya kencing. Semua di luar kontrol Ar
Read more
216. Ratu Penguasa Lautan
Saat larut malam, orang-orang kampung bergantian meronda untuk mengantisipasi datangnya siluman Kudajiwo yang bisa saja datang untuk menculik Asoka.Terutama Ando. Sang lurah itu tidak tidur semalaman dan tetap mengelilingi desa sambil membawa sabit pusaka yang diberikan ayahandanya selaku juru kunci gunung Arjuno.Hingga menjelang tengah malam, siluman Kudajiwo belum juga datang dan Ando tampak mengantuk. Sesaat sebelum fajar, Ando hampir saja tertidur. Namun, suara tapal kuda membangunkannya.Semua orang di pos kampung bergidik ngeri. Kali ini yang datang bukan lagi Kudajiwo, melainkan siluman ular raksasa dengan kepala manusia.“Di mana pemuda itu, Ando?” Teriaknya menggertak.“Ra-Ratu Kencana Sari,” Ando gemetar dan tidak bisa berkutik. Yang ada di hadapannya adalah sosok ratu yang menguasai seluruh pantai di tanah Jawa.Dalam babad kuno para raja dan orang-orang sakti sebelum masa Bunar Kumbara, ada banyak cerita tentang Ratu Kencana Sari. Tapi perlahan, nama itu terkikis hingga
Read more
216. Mitos Kawah Condrodimuko
Salah satu dari mereka ada yang berniat buruk. Pasalnya, Ratu Kencana Sari hampir tidak pernah memperlihatkan wujud manusianya yang paripurna. Ando menyadari hal itu. Dia bergeming pelan.“Sekali lagi aku minta tolong kepada kalian agar jangan menceritakan kejadian malam ini. Aku takut kalian akan jadi batu seperti yang Jainul alami,” Ando sedikit terisak. Dia teringat masa lalunya dulu hingga membuatnya dikenal oleh sang ratu.“Ba-baik, Paman,” seru tiga orang itu bersamaan.“Jika nanti orang-orang mencariku, katakan saja aku lagi berburu di dalam hutan.”Sesudah fajar terbit, Arka masuk ke rumah Ando. Dia membangunkan Asoka, tapi agak sulit. Tidak lama, lelaki itu bangun, tapi matanya sangat sulit untuk dibuka.Pagi itu juga, Ando mengajari Asoka tentang segala sesuatu yang berkaitan dengan Alas Lali Jiwo. Baik itu sejarah, etika, hingga siapa saja penghuni di sana.Langit masih agak gelap dan matahari b
Read more
217. Kedatangan Sang Prabu
“Terus hubungan Arjuna dengan penamaan gunung dan empat mustika legendaris Bunar Kumbara, Pak?” Asoka masih penasaran.“Penamaan gunung tersebut tentunya karena kejadian di masa lampau. Jika tidak ada Arjuna sang pertapa, niscaya gunung itu hanya menjadi gundukan mati tanpa aura mistis.”Asoka dan Arka akhirnya paham kenapa gunung itu dinamai Arjuno. Orang Jawa tidak terlalu suka dengan huruf ‘A’ dan menggantinya dengan ‘O’ karena dirasa lebih enteng, terutama saat pengucapan.“Perihal mustika, nenek moyang kita yakin kalau keempatnya terlempar saat Semar memotong puncak gunung. Mustika tersebut hilang sampai akhirnya Bunar Kumbara berhasil menemukannya.”“Mungkin Raden Kusuma menyuruhku ke sana untuk menemui pertapa yang menjaga kawah ya, Pak? Kalau seperti itu, aku jadi bersemangat. Pertapa itu pasti kuat.”“Semangat boleh, tapi gegabah jangan. Ingatlah empat pantangan
Read more
218. Dihadang Siluman Kera
Dalam sekejap mata, angin tiba-tiba berhembus kencang. Semak-semak di sekitaran Asoka kembali bergoyang hebat. Suara tapak kaki yang tadinya terdengar jauh, sekarang menghilang.Wush!“Aku tidak boleh mati...!” Asoka berteriak keras. Tanpa sengaja, energi alam dalam hutan masuk ke tubuhnya. Energi itu dirasakan Asoka dan membuat kaki kanannya bisa digerakkan kembali.Sekuat tenaga pemuda itu menarik kaki kirinya. Dua tangan Asoka ditapakkan ke tanah dan dia menggunakan pukulan pemecah angin agar mendapat dorongan udara ke atas.Pukulan tersebut berfungsi. Tanah di bawah Asoka muncrat dan memperbesar lubang di kaki kirinya. “Ajian Angin Tandus,” teriak Asoka sekali lagi. Dia bertaruh dengan ajian tercepat yang bisa digunakannya.Suara remukan kayu terdengar jelas. Asoka berhasil menghindari serangan musuh, tapi tenaganya harus terkuras karena mengeluarkan jurus yang sebenarnya hanya boleh digunakan kalau Gatra sudah mengizink
Read more
219. Maafkan Aku, Bapak!
Lelaki yang membawa kapak mengangguk. Dia berubah wujud menjadi seekor kera dengan kepala manusia. Berbeda dengan kembarannya, Nanang memiliki lebih hitam pekat dari pada Ganang.Dua siluman kera itu meloncat dari satu pohon ke pohon lain, lalu menghilang di rimbunan daun di balik pohon beringin. Mereka merencanakan sesuatu agar membuat Asoka tunduk.Setelah berlari agak jauh dan tidak lagi merasakan aura atau kekuatan yang membuntutinya, Asoka menyempatkan diri beristirahat di dekat sebuah gubuk terbengkalai.Dia memperhatikan betul wejangan Ando dan Arka bahwasanya setiap barang atau peninggalan manusia yang ada di gunung Arjuno dilarang untuk disentuh.Hari sudah beranjak siang, artinya sisa enam jam lagi waktu Asoka harus mencapai puncak. Dia kembali terngiang pesan terakhir lurah Ando saat mencegatnya di perbatasan hutan dan desa.“Ingat, Le, kemungkinanmu selamat hanya sepersekian persen. Maksudku, penduduk Alas Jiwo pasti mencarimu kal
Read more
PREV
1
...
262728293031
DMCA.com Protection Status