Semua Bab LOVE is YOU, Ra!: Bab 31 - Bab 40
230 Bab
Bab 28-1 Memasang Perangkap
“Gua gak mau tau, lo harus bantuin gua kabur. Gua gak mau dijodohin, Nin!” bohong Amel pada sahabatnya. [Iya, iya. Lo tenang dulu. Gendang telinga gua udah geter, hampir pecah denger teriakan panik lo. Emang lo mau dijodohin sama siapa, sih?] “Ada pokoknya, anak rekanan bokap gua. Mentang-mentang adek gua udah nikah, eh, sekarang malah maksa-maksa gua buat nikah juga.” [Kapan rencananya lo mau gua bantuin kabur, Mel? Kabur ke mana?] “Tar malem, lo tunggu di perempatan dekat rumah. Pas mereka udah pada tidur, gua keluar. Ke mananya, kita obrolin pas udah di luar aja. Btw, trims ya, Nin. Lo emang best friend gua.” [Iya, sama-sama.] Amelia menyeringai puas. Rencananya meminta bantuan Hanin untuk kabur, berhasil. Rumah ini sudah tidak aman lagi baginya. Terlebih setelah tadi siang Maura memperdengarkan rekaman percakapannya dengan Bayu. Sebelum Bayu buka mulut lebih lebar lagi, sebaiknya dia pergi jauh. Di tengah aktivitas
Baca selengkapnya
Bab 28-2
Peluh membasahi dahi dan punggung Maura. Kembali ke tempat Amel menyekap dan menyiksanya, membuat bulu kuduk Maura meremang. Ditambah lagi, tubuhnya juga terikat, persis seperti hari itu. “Bos, saya sudah berhasil membawa Maura ke tempat biasa.” Karta melapor via sambungan telepon. [Serius? Bagaimana bisa? Kamu memang sesuatu, Karta.] “Terima kasih, Bos. Lalu apa yang harus saya lakukan selanjutnya?” [Tunggu, saya meluncur sekarang. Eits, kasih saya bukti bahwa kamu tidak sedang menipu saya.] Karta mendekatkan ponselnya ke arah Maura. “Ayo, bicara!” bentaknya kasar. “Amelia bangs*t! Lepaskan aku!” teriak Maura marah. [Hahaha, gak sia-sia saya bayar kamu, Karta.] Amelia tergelak senang mendengar teriakan marah Maura. “Gimana, Bos?” [Oke, saya ke sana sekarang.] Satu jam kemudian, Amelia berlari kecil masuk ke dalam gedung kosong. Tidak disangka, dia masih berkesempatan bertemu Maura sebelum meninggalkan J
Baca selengkapnya
Bab 29-1 Memaafkan
Penthouse Maura baru saja keluar dari kamar mandi, ketika bel pintu berbunyi. Mimiknya berubah kaku saat dilihatnya bibir Rangga bergerak mengatakan ‘papa’ tanpa suara, sebelum membuka pintu. Tanpa sadar, tangannya mengeratkan tali bathrobe yang membungkus tubuhnya. “Mana Maura?!” tanya Armand dengan nada marah. Rangga tidak repot menjawab, hanya bergerak menepi, memberikan ruang untuk Armand dan istrinya lewat. “Apa maksudmu dengan semua ini?!” tanya Armand saat melihat Maura mematung. “Mas, kita duduk dulu.” Soraya menarik lengan Armand dengan tangannya yang gemetar. “Maura, jawab Papa!” “Maaf, Pa. Maura hanya melakukan apa yang harus Maura lakukan,” sahut Maura singkat. “Memasukkan kakakmu ke penjara? Itu yang kamu sebut dengan hal yang harus kamu lakukan? Kamu ini kenapa sebenarnya?! Amel itu saudaramu, Ra!” “Saudara tidak akan mencelakai ssaudaranya, Pa.” Maura tetap berkeras. “Pa,
Baca selengkapnya
Bab 29-2
Kediaman Armand“Mas, bagaimana ini? Tolong selamatkan Amelia. Masa depannya akan hancur kalau dia punya catatan kriminal. Tolong, Mas.”Armand hanya diam, tidak menggubris perkataan istrinya. Ia begitu marah pada Amelia dan kehilangan mukanya di depan anak kandung dan menantu barunya. Armand begitu marah pada Maura saat mendapatkan telepon dari kantor polisi yang mengabarkan bahwa Amel sedang ditahan karena laporan Maura.Namun ternyata, Amelia yang sejatinya akan dia bela, malah melemparkan kotoran ke wajahnya. Anak tirinya itu telah mengakui perbuatannya pada Maura dalam rekaman video yang Rangga tunjukkan padanya. Kini, apapun yang Armand lakukan, tidak akan bisa menyelamatkan Orion dan nama baik keluarganya.“Mas, kenapa diam saja? Jawab aku, Mas Armand.” Soraya mengguncang lengan suaminya yang masih saja diam.“Apa yang kamu ingin aku lakukan? Mengorbankan Maura lagi? Kamu sudah melihat sendiri rekaman tadi. Amel
Baca selengkapnya
Bab 30 Keputusan Berat
Sidney, Australia“Selamat pagi.” Seorang gadis kecil menyapa dengan wajah berbinar, berlari menuju meja makan.“Hai, Sayang. Selamat pagi.”“Ma, mana Papa?”“Papa sudah pergi ke kantor, Sayang. Hari ini Yuki pergi ke sekolah diantar sopir, ya.”Gadis kecil dengan ekor kuda itu mengangguk patuh. “Apa semalam kalian bertengkar lagi?” Yuki menatap ibunya dengan mata bulatnya.Vivian berhenti mengunyah roti di mulutnya. “Bertengkar? Tidak, kami tidak bertengkar semalam. Apa kamu dengar sesuatu?”“Emmm, tidak. Mungkin aku hanya bermimpi,” elaknya cepat ketika matanya melihat sorot khawatir di mata ibunya. “Ayo, kita makan lagi.”‘Sayang, maaf. Mama terpaksa bohong padamu.’Beberapa bulan belakangan ini, Vivian memang sering bertengkar dengan Damian. Kondisi perusahaan suaminya yang sedang di ujung tanduk, membuat emosi
Baca selengkapnya
Bab 31-1 Belajar Menerima
Setelah Rissa pulang, Maura berbalik menatap Rangga sambil bersedekap, menuntut penjelasan. “Ada yang ingin kamu jelaskan, Kak?” “Duduklah, kasihan leherku bila mendongak dalam waktu yang lama.” Maura mengikuti kata-kata Rangga, duduk di sofa seberang berhadapan dengan suaminya. “Katakan apa yang belum aku tahu.” “Ini adalah cara yang aku dan Reno gunakan untuk menyelamatkan Orion. Yaitu dengan mengekspos berita penggelapan dana operasional untuk mengaburkan kasus pidana yang sedang Amel hadapi. Dengan begitu, saham Orion tidak akan terjun bebas.” “Aku juga sengaja memberitakan tentang keguguranmu untuk mengalihkan perhatian direksi dari kasus Amel. Dan sampai kondisi Orion stabil, Reno yang akan menggantikanmu.” “Lalu, aku?” “Diam di rumah, belajar menerimaku menjadi suamimu.” Wajah Maura memanas karena kalimat Rangga. ‘Bisa-bisanya pria ini membahas tentang hal sensitif dengan wajah datar.’ Maura segera berdehem untuk mengata
Baca selengkapnya
Bab 31-2
Reno duduk di balkon luar apartemennya, menikmati semilir angin ibukota sambil mengisap batang tembakau yang tersisa di sela jarinya. Matanya menerawang langit malam. Pikirannya gelisah sejak mendapat telepon dari nomor tidak dikenal beberapa hari lalu. Dia harus segera menemukan cara yang tepat menyelesaikan masalahnya sebelum berubah makin besar dan rumit untuk ditangani. Cerita cinta masa lalu yang hadir kembali, seperti bom waktu yang akan menghancurkan masa sekarang bila ia salah melakukan penanganan. **** Alarm berbunyi nyaring saat jarum menunjuk tepat pukul enam pagi. Vivian segera turun dari ranjang dan membenahi selimut Yuki yang berantakan di bawah kaki kecilnya. Putrinya itu masih tertidur lelap sambil memeluk boneka jerapah kesayangannya. Vivian bergegas ke dapur, menyiapkan sarapan dan bekal untuk Yuki ke sekolah. Rumah masih sepi, Damian jarang pulang sejak bertengkar dengannya minggu lalu, memperlebar jarak antara mereka. Beberapa kali
Baca selengkapnya
Bab 32-1 Membuka Hati
Maura turun dari ranjang dengan tergesa. Semalam, ia gelisah dan tidak bisa tidur karena pertama kalinya tidur satu ranjang dengan Rangga. Ranjang dan pria yang sama dengan malam itu, minus kejadian memalukannya. Entah bagaimana, akhirnya ia tertidur bahkan sampai kesiangan.Suasana sepi, tidak ada suara orang beraktivitas. Maura bergegas memeriksa kamar mandi dan ruang kerja, kosong.ketika berbalik hendak kembali ke kamar, matanya menangkap sesuatu tersaji di meja lengkap dengan secarik kertas terselip di bawah nampan.[Pagi, Ra. Ini aku buatkan sandwich dan segelas susu untuk mengganjal perutmu. Aku berangkat ke kantor.] Begitu bunyi pesannya.Maura menarik kursi dan duduk, mengamati dua tangkap sandwich dan segelas susu di depannya. Matanya basah. Teringat mendiang ibunya yang selalu menyediakan sarapan seperti yang Rangga siapkan untuknya, sederhana namun bermakna.Tangannya meraih ponsel di samping gelas dan menekan nomor suaminya.
Baca selengkapnya
Bab 32-2
“Bagaimana kamu bisa tahu? Apa kamu memasang CCTV di dalam kamar?” “Tidak, penthouse adalah satu-satunya blind spot di gedung ini. Aku hanya menebak dari bibirmu yang cemberut.” “Apa semua wanita yang pernah bersamamu juga melakukan hal yang sama sepertiku?” Tangan Rangga yang memegang pena, berhenti seketika. “Tidak.” “Berapa banyak wanita yang bangun kesiangan dan ketahuan oleh pegawaimu saat keluar dari lift khusus milikmu?” Rangga tertegun. ‘Apa maksudnya dia bertanya seperti ini?’ “Kenapa diam, Kak?” “Apa yang pegawaiku lakukan padamu hingga kamu bertingkah begini?” “Tidak ada, mereka hanya memandangku dengan tatapan sinis dan merendahkan. Mungkin mereka mengira aku adalah teman wanitamu yang ke sekian. Maka aku tanya begitu padamu.” Nada ketus Maura membuat Rangga keluar dari balik meja, meraih lengan Maura dan menariknya keluar dari ruang kerja presdir. “Kak, apa yang kamu lakuka
Baca selengkapnya
Bab 33-1 Cerita Masa Lalu
“Siapa?” ulang Rangga meyakinkan dirinya.“Vivian Setiadi.”Rangga bergegas meninggalkan aula.“Siapa yang datang?” tanya Maura pada Wina.“Maaf, Bu. Saya kurang tahu. Mari, saya kenalkan Ibu dengan kepala bagian yang sudah hadir.”Maura terpaksa mengikuti acara yang sudah Rangga atur untuknya. Antusias yang hadir membuatnya mengabaikan Rangga yang tak kunjung kembali. Saat Maura meletakkan piring kosong bekas makannya, Rangga baru kembali dengan wajah cemberut.“Mau aku ambilkan makan?” sambut Maura.“Tidak, nafsu makanku hilang. Sebaiknya kita segera pulang setelah kau selesai.”Beberapa kepala bagian datang mendekat, berbasa-basi dengan presdir sebelum berpamitan kembali ke tempat masing-masing.“Siapa yang datang menemuimu?”“Seseorang dari masa lalu. Ayo, kita pulang.” Rangga meraih tangan Maura dan melangkah kelua
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
23
DMCA.com Protection Status