Lahat ng Kabanata ng LOVE is YOU, Ra!: Kabanata 51 - Kabanata 60
230 Kabanata
Bab 38-2
Bug. “Aku sudah bilang, aku akan menghajarmu kalau kamu gagal lagi.” Desh! “Kenapa dia bisa datang kemari, hah?! Bagaimana kamu mengurusnya?!” Rangga berteriak marah tepat di depan wajah Reno. “JAWAB!” “Maaf, Bos.” “Maaf tidak bisa menyelesaikan semuanya, Ren.” Rangga mendorong Reno dengan keras. Srett. Srett. “Di mana dia sekarang?” “Saya sudah mengirimnya terbang ke Bandung.” “Siapa yang dikirim ke Bandung? Astaga! Ada apa denganmu, Ren?” Alina berlari menghampiri Reno yang sibuk menyembunyikan wajahnya. “Sini, biar aku lihat.” Maura mendekati Rangga yang wajahnya masih merah padam. “Ada apa, Kak? Kenapa memukul Reno?” Rangga bergeming. Tidak menjawab atau menatap Maura. Saat kakinya akan melangkah pergi, tangan Maura mencekal lengannya. “Kak, apa yang terjadi?” “Tidak ada, hanya membuat Reno paham bahwa keputusannya salah.” Rangga melepaskan tangan Maura, menatapnya meminta wan
Magbasa pa
Bab 39 Pengakuan Cinta
Mereka berdiri cukup dekat, tapi tidak sampai bersentuhan sepenuhnya, membuat Alina tersiksa. Dua tangan gadis itu berpegangan erat di bahu kokoh Reno. Alina menggigit bagian dalam mulutnya untuk menjaganya tetap sadar dan tidak melakukan tindakan yang akan membuatnya menyesal. Satu lengan Reno melingkari pinggang Alina, satu lagi menopang punggungnya. “Lepaskan aku.” Alina mendorong bahu kokoh di bawah telapak tangannya. “Sudah terlambat untuk mundur, Al. Dengarkan aku baik-baik, karena aku tidak akan mengulangnya.” Alina membuka mata dan telinganya lebar-lebar. Merekam setiap kata yang akan keluar dari mulut Reno, mulut yang tidak pernah lepas kendali sekeras apapun Alina mencoba memprovokasi. Jantungnya berdetak cepat, bersiap mendengar kalimat penolakan yang lebih resmi dan menyakitkan. “Alina, aku tidak pernah ingin menyakitimu. Aku kira dengan menjauh dan mengabaikanmu, bisa membuatmu bosan dan berpaling. Semua sikapku padamu selama ini bukan ka
Magbasa pa
Bab 40 Menenangkan Diri
“Apa kau akan ikut kakakku ke Munich?” tanya Alina saat Reno memberitahunya untuk menemani Maura tinggal beberapa hari lagi.“Sepertinya begitu, Nona. Ada yang bisa saya bantu?” Reno berusaha tetap bersikap formal dan sopan setelah mendapat telepon dari Galih. Dia baru saja teringat bahwa Alina yang sedang berdiri menatapnya, adalah putri dari bos besarnya.“Apa kita bisa bicara sebentar?” Alina menatap Reno yang berusaha menghindari pandangan matanya.“Sepertinya tidak bisa untuk saat ini. Maaf, saya permisi ke toilet.” Reno melangkah pergi menuju kamar mandi yang tidak jauh dari tempatnya berdiri. Bernapas lega saat ekor matanya tidak menangkap ada pergerakan dari Alina.“Ada apa denganmu sebenarnya? Kau berubah begitu cepat. Kembali dingin dan jauh. Teruslah menghindar, Ren. Kamu akan menyesal bila melakukannya,” ancam Alina dengan nada marah.Reno tidak menghiraukan ancaman Alina, mala
Magbasa pa
Bab 41 Pelajaran Berharga
Kediaman Keluarga Danutirta“Akhirnya, sampai juga,” desah lega keluar dari bibir merah Alina.Jajang turun lebih dulu, membantu mengeluarkan koper dari bagasi disusul Alina dan Maura.“Kok rumah sepi, Mang? Pada ke mana?”“Bapak dan Ibu sedang keluar, Neng. Ada reuni dengan teman SMA Bapak, kalau tidak salah.” Jajang menarik dua koper besar masuk ke dalam rumah.Maura masuk mengikuti Alina yang menggamit lengannya. Sejak keluar dari kamar resor, Alina seolah enggan berpisah dengannya.“Kamu kenapa, Al?”“Kata Bang Rangga, kali ini aku tidak boleh membiarkanmu lepas dari pandangan mataku, Kak. Aku sendiri juga trauma dengan kejadian penculikanmu, jadi lebih baik aku selalu menempel padamu.”Maura memutar bola matanya dengan kesal. “Gak perlu sampai begini juga, Al.”“Hmm,” gumam Alina sambil menggeleng cepat.“Selamat datang,
Magbasa pa
Bab 42-1 Bocah Lucu
Ketiga bocah itu terlonjak kaget karena teguran Maura, dua gadis kecil segera bersembunyi di belakang bocah laki-laki yang paling besar.“Umm,”“Cepat katakan, minta bolanya.” Gadis dengan bintik cokelat di wajah mulai mendorong bocah laki-laki di depannya.“Ish, jangan dorong!”“Masih mau berdebat?” tanya Maura lagi.Gadis dengan ekor kuda mengintip takut-takut dari balik punggung. “Maaf,” ucapnya lirih.Maura menelengkan kepalanya dan melambaikan tangan. “Gadis kecil, kemarilah.”Gadis itu terlihat ragu sejenak sebelum akhirnya memisahkan diri dari dua temannya dan mulai maju menghampiri Maura.‘Gadis pemberani,” batin Maura menahan senyuman.“Coba katakan padaku apa yang sudah kalian lakukan.”“Umm, kami sedang bermain bola dan Jason tidak sengaja menendang bolanya dengan keras. Apa sangat sakit?” tanya g
Magbasa pa
Bab 42-2
“Siapa ini, Al? Temanmu?” tanya Oma Tuti saat tangannya memeluk Alina sedang matanya menatap Maura yang berdiri canggung.“Ini istrinya Bang Rangga, Oma.” Alina menarik Maura mendekat. “Perkenalkan dirimu,” bisik Alina lirih.Mata tua itu menatap tajam ke arah Maura, penuh rasa ingin tahu. “Istri Rangga? Cantik.” Oma mengulurkan tangannya.“Senang berkenalan dengan Oma, saya Maura.”Tangan kurus terbalut kulit keriput itu menggenggam erat tangan Maura, tetap seperti itu selama beberapa saat. “Kau wanita berpendirian kuat, cocok bersanding dengan Rangga.” Bibir yang tadi sinis dan kaku, kini menyungging senyuman hangat.Alina menyikut lengan Maura dan mengerlingkan sebelah matanya. “Dia menyukaimu.”“Ayo, masuklah. Aku sudah menyuruh Euis memasak makanan kesukaanmu, Al.”Alina dan Oma saling berpandangan. “Nasi liwet, bakakak hayam, sa
Magbasa pa
Bab 43 (Bukan) Pertemuan Pertama
Reno menarik lengan Vivian keluar dari vila keluarga Danutirta. Kali ini, Vivian sudah kelewat batas. Reno terus menarik sepupunya itu menjauh dari vila. “Lepas!” Vivian mengibaskan lengannya. “Sakit, Kak!” “Eve, kali ini kau terlalu jauh melewati batas. Apa maumu dengan bersikap begini? Aku sudah memperingatkanmu untuk menjauhi Maura.” “Bukan aku yang mengatur ini, takdir yang mengaturnya,” bantah Vivian. “Aku tidak tahu kalau vila mereka bersebelahan dengan vila Oma Tuti, nenek Cleo dan Jason. Mereka yang mengundangku dan Yuki untuk berlibur bersama mereka.” Reno menyugar rambutnya kasar. “Rahasia yang berusaha kau tutupi sekuat tenaga, akhirnya terbuka dengan sendirinya. Sudah waktunya semua tahu bahwa Yuki adalah anakku dan Rangga.” “EVE!” “Apa? Kau mau aku bagaimana kali ini? Pergi ke mana? Mengirimku ke mana?” Vivian meraih jemari Reno, mencoba membujuknya. “Kak, hanya kau yang aku punya. Harusnya kau menolongku, bukan be
Magbasa pa
Bab 44-1 Tamu Tak Diundang
Alina sedang menonton siaran pemilihan ratu sejagad di televisi sambil memangku setoples berondong jagung mentega yang masih hangat, saat Rangga dan Alina turun dengan penampilan memukau. “Rapi banget. Kalian mau ke mana?” tanya Alina penasaran. “Maura mengajakku makan malam romantis.” Rangga nyengir saking antusiasnya. “Keren?” “Kak, aku ikut, ya?” tanya Alina memelas. “Boring, nih.” Alina meletakkan toples kaca ke atas meja dan memakai sandalnya dengan tergesa. “Ya, ya, ya?” “Sejak kapan kencan rame-rame, Al? Kamu ajak aja Reno keluar.” Rangga mengulurkan kartu debit warna hitam. “Nih, unlimited. Balikin kalau sudah selesai pakai.” “Ogah, mending aku ajak Kang Asep bikin api unggun di belakang. Bakar jagung dan ikan,” ucap Alina kesal. “Masih belum baikan, Al?” tanya Maura lembut lalu maju selangkah dan berbisik, “Buka telinga dan hati, bicarakan baik-baik. Anggap kami keluar untuk memberimu ruang bicara leluasa dengan Reno.
Magbasa pa
Bab 44-2
“Silakan, saya siap mendengarkan.”“Dari reaksimu saat melihatku tadi, aku duga kau sudah tahu tentang kami di masa lalu.” Vivian berdiri dengan banggasaat berhadapan dengan Maura.“Ya, tentu. Saya tahu tentang bagaimana Anda meninggalkannya di hari pernikahan kalian karena kabur bersama Damian. Saya juga tahu Anda datang ke hotel beberapa saat setelah pesawat Anda mendarat. Dan saya tahu, Anda sengaja datang ke Bali untuk menemui suami saya.” Maura membalas serangan Vivian telak.“Rupanya Rangga tidak menyembunyikannya darimu.”“Kami sudah menikah, apalagi yang perlu disembunyikan. Kami menerima kekurangan dan kelebihan masing-masing. Itu tandanya kami saling mencintai, bukan begitu?”Vivian mencibir kenaifan Maura memandang sebuah hubungan. “Jangan senang dulu, Maura. Menikah tidak membuat seseorang menghapus kenangan masa lalunya dan itu akan terus melekat bersamanya,” ujar
Magbasa pa
Bab 45-1 Sukarela Atau Terpaksa?
Alina masih duduk di depan TV, dengan kacamata bulat besar menggantung di hidungnya dan mulut mengunyah berondong jagung ketika ekor matanya menangkap bayangan orang berjalan menuju dapur.“Mau apa kemari?” tanyanya sinis.“Kang Asep meminta saya mengantarkan makan malam untuk Anda.”Brak.Alina meletakkan toples kaca dengan keras dan berjalan cepat ke depan Reno, memojokkan pria itu di antara kulkas dan dirinya. “Apa maumu sebenarnya?”Reno mendorong bahu Alina menjauh. “Jangan seperti ini, Nona. Akan menimbulkan kesalahpahaman bagi yang melihat.”“Biarkan saja, aku yang akan menjelaskannya nanti. Sekarang, jelaskan padaku kenapa sikapmu berubah?”“Nona, kejadian di Bali murni kesalahan saya. Saya minta maaf.”Plak.Alina menampar Reno dengan keras. “Pengecut!” Alina mundur dua langkah. “Oke, sesuai janjiku saat kita di Bali. Itu t
Magbasa pa
PREV
1
...
45678
...
23
DMCA.com Protection Status