Semua Bab Istri Yang Dilupakan CEO: Bab 11 - Bab 20
55 Bab
Ch. 11 Bianca Milikku
Dia harus segera pulang dari pulau ini, kalau tidak dia bisa lepas kendali. Dia tak suka jika tak memegang kendali. Setelah mandi, Noel segera keluar dan mencari Emily. Wanita itu sedang menata meja makan saat dia menemukannya. “Emily, saya harus kembali ke Jakarta, pekerjaan saya jadi terlambat semua,” ujarnya tegas. Emily meletakkan susu dingin di meja lalu menunduk tidak enak. “Mengenai pekerjaan, Andi akan datang dan membawakan yang harus Bapak periksa siang ini, tapi Madam tidak mengizinkan siapapun kembali pulang ke Jakarta sebelum dia mengatakan boleh.” Wanita itu melirik sedikit ke arah ujung meja makan, ternyata ada Bianca disana. Wanita itu duduk sambil mengoleskan mentega di roti. Wajah Noel langsung memerah teringat akan kejadian semalam. Dia segera mengambil sebuah roti dan apel. “Saya, sarapan di kamar, buatkan saya americano dan jika Andi datang suruh dia segera ke ruangan saya.” Pria itu segera berbalik kembali ke kamarnya dengan kaku. Bianca menatap suaminy
Baca selengkapnya
Ch. 12 Kenapa Kamu Membenciku?
Langkah wanita itu terasa ringan, dengan deburan ombak di sebelah kanannya, Bianca menyusuri pulau kecil itu. Sebenarnya, dia hanya seperti memutari kastil kecil itu, karena ada jalan setapak berpola lingkaran yang memutari pulau itu. Bianca terus berjalan sampai ke daerah belakang kastil. Anehnya ada bangunan yang modern, tempat para pekerja dan pengurus kastil tinggal. Bianca berhenti sebentar, lalu mendekati bangunan itu. Ada kehebohan yang terjadi, dengan penuh rasa ingin tahu, Bianca mendekat hanya untuk mendengar suara Karen ditaruh di pengeras suara. “Afrodisiak adalah zat yang mampu meningkatkan gairah seksual. Kemarin saya sudah buat daftarnya, bagaimana kalian bisa berkata kalau kalian tidak tahu apa yang harus dimasak!” Suara Karen menggelegar di dapur. Semua sibuk bekerja namun tidak ada suara lain. Bianca tertegun mendengarkan itu. Karen sangat serius mengenai malam pertama mereka, sepertinya Bianca benar-benar harus hati-hati memainkan perannya. Namun bagaimana bisa
Baca selengkapnya
Ch. 13 Suka Atau Benci?
Bianca kembali memuaskan dirinya untuk berenang sore itu. Setelah makan siang, dia berdiam diri dengan bosan di kamarnya, setelah matahari mulai memerah dia segera berganti baju dan berlari ke kolam renang. Kali ini dia melakukan pemanasan dulu, tidak boleh dia sampai mengalami kram seperti kemarin, tanpa sadar dia menyentuh bibirnya. Lalu teringat senyuman tipis pria itu saat mereka bermain piano. "Ish, kenapa aku jadi menjadi memikirkan pria es batu itu," dengusnya mengambil handuk untuk mengeringkan tubuhnya. Namun anehnya tiba-tiba muncul perasaan seperti dia sedang diawasi. Dia menoleh dan mendongak. Pandangan mereka bertemu dan hatinya berdesir. Pria itu berdiri menatapnya dengan pandangannya yang tajam. Wajahnya yang tampan serius dengan rambutnya yang panjang tertiup angin. Tanpa sadar Bianca menahan napasnya. Tapi hanya sekilas saja, tanpa aba-aba pria itu berbalik dan menghilang dari pandangan. "Kenapa hatiku terus seperti ini kalau melihatnya, ada apa dengan diriku?"
Baca selengkapnya
Ch. 14 Kenapa Kamu Membenciku?
Noel tahu kalau perbuatannya salah, Noel sama sekali tahu tentang hal itu, namun entah kenapa dia masih bertahan dan menatap Bianca. Wanita itu masih tertidur. Jantung Noel berdebar kencang saat dia mengulangi ciumannya lagi. Kali ini lebih lama, dan lebih egois. Noel yang dari tadi menahan dirinya tak sanggup menahan hasrat yang bergejolak dalam dirinya. Wanita itu mendesah dan meresponnya, bibirnya terbuka begitu pula matanya. Tapi Noel tidak menghentikan perbuatannya, dia malah semakin memperdalam ciumannya. Bianca tak percaya saat dia membuka matanya, dia ternyata dalam pelukan Noel. Pria itu menciumnya, tidak hanya asal mengecupnya, tapi menciumnya dengan penuh gairah. Dan, anehnya Bianca otomatis meresponnya, seakan bibir pria itu sudah menghipnotisnya. Dia tidak mau ciuman itu berakhir, Bianca menutup matanya kembali secara perlahan sambil merangkulkan lengannya ke pundak kekar suaminya. Pria itu semakin bersemangat menciumnya, bibir mereka saling bertaut dan tanpa sa
Baca selengkapnya
Ch. 15 Pria Es Batu
Pria itu berbalik dan menatapnya dengan bingung. "Ya agar kamu bisa kembali ke kamarmu," jawab Noel heran seakan sedang mengajarkan Bianca satu tambah satu. "Ya, tapi kenapa aku harus kembali?" Noel semakin bingung. "Ya, karena itu kamarmu, nanti saat kita kembali ke rumah, juga akan seperti begitu." Pria itu seperti tak sabar menjawab Bianca. Bianca merasa lehernya ada batu karena penolakan pria itu. Pria itu lalu dengan gusar keluar dari kamarnya. "Kenapa dia sangat membenciku? Lalu, kalau kamu membenciku, semalam itu apa?" keluh Bianca sedih mengikuti pria itu berjalan menuju ruang makan. Karen sedang mengatur makanan apa yang akan dimakan oleh pasangan pengantin baru saat melihat wajah Noel yang masam dan wajah Bianca yang sedih. "Apakah mereka bertengkar?" tanya Mama Karen dalam hati. "Sayangku Bianca, kamu suka makan bubur? Mama bawain telur phitan, ini bagus buat kamu dan bayimu nanti." Bianca mendesah tajam sambil melihat Noel. Pria itu pura-pura sibuk duduk di ku
Baca selengkapnya
Ch. 16 Menyentuhmu
Jantung Noel segera berdebar cepat. Nada dan wajah mamanya kembali ke mode itu. Wajah mama yang kecewa karena dia tidak memenangkan festival piano di sekolah musiknya. Wajah tanpa ekspresi ketika percobaan sains Noel gagal saat pameran di sekolahnya. Wajah Karen yang tegang dan bibir yang dikatupkan dengan penuh emosi membentuk garis lurus sangat melekat di benak Noel. Kali ini wajahnya sama, hanya saja sudah ada surai uban di rambut mamanya yang tertata rapi. Namun, mata wanita paruh baya itu tetap menatap tajam menusuk hati Noel. Dia merasa seperti kambing yang hendak dibawa ke lapangan penyembelihan saat mengikuti mamanya duduk di beranda, yang menghadap ke arah kolam renang. Angin memainkan rambut mamanya saat dia mulai berbicara tanpa menatap Noel. "Kamu tidak menyukainya?" Noel mendesah pelan. "Awalnya aku tidak peduli, tapi lalu aku jadi terlalu memikirkannya, kini aku harus membencinya, amit-amit, jangan sampai aku menyukainya apalagi … mencintainya," pikir Noel bergidik d
Baca selengkapnya
Ch. 17 Mandi Bersama
Wanita itu mendongak dan menatap Noel dengan heran. “Mandilah, kamu nggak dengar apa kata Mama kamu tadi?” ucap Bianca separuh kesal tapi separuh geli juga karena melihat wajah Noel yang panik. “Oh...iya,” ucapnya dengan wajah memerah. “Astaga pria ini lucu sekali,” pikir Bianca menatap suaminya. “Apakah dia benar-benar belum pernah berhubungan dengan wanita sama sekali? Dengan wajah setampan ini?” tanya Bianca dalam hati. “Sudah sana mandi, kenapa malah melihat wajahku?” ketus Noel menghela napas kasar. “Aku hanya ingin memandang wajahmu, kamu lucu, merah seperti tomat.” “Aku nggak seperti tomat,” balas Noel cepat. Tapi Bianca hanya mendengus geli dan mulai membuka ikatan di lehernya. Noel menggertakkan rahangnya, pemandangan di depannya justru adalah yang dia paling harus hindari. Tapi dia hanya bisa mengalihkan pandangannya. Noel segera sok sibuk membaca rincian dari botol pelembab Bianca. Namun dari sudut bola matanya, dia masih dapat melihat tubuh Bianca yang molek s
Baca selengkapnya
Ch. 18 Hanya Memberikan Losion ++
Bianca mengerutkan keningnya saat pria itu semakin mendekat kepadanya dan mulai menyusuri tangannya dengan lembut. "Astaga Bianca, dia hanya memberikan losion di tubuhmu, mengapa kamu jadi berdebar seperti ini," pikir Bianca dalam hati menahan napas saat pria itu menyentuh tangannya yang sebelah lagi. Desah napas pria itu terasa hangat saat dia lebih mendekat untuk meraih pundak Bianca. "Kulitmu begitu halus," desah Noel entah berupa pujian atau hanya mengomentari. Tapi mendengar suaranya yang lembut membuat Bianca untuk pertama kalinya bersyukur atas perawatan berlebihan yang diberikan oleh Mama Alice untuk kulitnya. Sebenarnya semua sudah selesai diberikan losion oleh Noel, bahkan sampai leher jenjang milik Bianca pun tak terlewatkan, sepertinya sudah setengah botol losion Noel habiskan. Tapi pria itu masih belum mau melepaskan sentuhannya atas tubuh Bianca. Terlebih saat kedua tangan dan jemarinya sudah sampai di rahang Bianca. Tatapan mereka beradu, dan waktu terasa t
Baca selengkapnya
Ch. 19 Ditinggalkan
Emily menendang pintu rumahnya dengan kesal. Sekali wanita tua itu datang, semua keharmonisan yang ada di pulau itu semua menghilang. Wanita itu mendesah, dia hanya punya waktu beberapa jam sebelum Madam Karen itu mulai bertitah lagi. Dia mencari kuncinya di kantong celananya, hanya di rumah kecil pinggir pantai itu dia bisa menyendiri dan beristirahat. Tiba-tba perutnya dirangkul erat disertai kecupan manis di lekukan lehernya. “Aku tahu dia menyebalkan, tapi kamu harus bertahan ya?” Emily tersenyum saat merasakan pelukan hangat pacarnya lalu memutar tubuhnya. Pria itu jangkung dan kurus, namun bisa memberikan kehangatan yang Emily butuhkan. Dia segera masuk ke dalam pelukan Andi. Pria itu mengecup puncak kepalanya sambil mengelus punggun Emily dengan lembut. “Kapan dia pulang?” “Yang pasti hari ini dia menginap. Coba kamu bayangkan jika kamu menjadi Pak Noel.” Emily mendengus. Wanita mana yang datang ke kamar anaknya yang sedang berbulan madu? “Astaga jangan sampai, mamaku b
Baca selengkapnya
Ch. 20 Obati Aku
"Maaf pak, kami belum bisa menemukan Miss Bianca, handphone-nya tidak dapat dihubungi, kami juga sudah menyusuri pantai dia tidak terlihat. Apakah dia ada informasi ke Bapak?" tanya Andi terlihat sekali berusaha untuk tidak panik. "Dia masih belum bisa ditemukan?" Kini Noel yang tiba-tiba merasa panik. Dia berdiri dan berjalan keluar dengan cepat, tidak mempedulikan mamanya untuk pertama kalinya. "Di mana wanita itu?" pikir Noel mencoba berpikir. Kemarin Bianca memang selalu kembali ke kastil karena mereka tidak ada masalah apa-apa. Tapi, tadi siang, dia pergi karena memang ada sesuatu. Dia terlihat marah saat Noel berdiri tadi. "Apakah dia melarikan diri? Tapi ini pulau, mau lari kemana dia?" pikir Noel sambil mulai juga menyusuri bibir pantai. Dia mencari istrinya dengan seksama, perasaan campur aduk, dia merasa kesal, namun ternyata di hatinya juga merasa takut dan bersalah. “Di mana dia?” Ini pertama kalinya dia turun ke pantai setelah dia sampai di pulau itu. Air pasan
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
DMCA.com Protection Status