All Chapters of Ksatria Pengembara Season 1: Chapter 81 - Chapter 90
1822 Chapters
4. Bagian 17
Sore itu ditempat kediaman Gusti Adipati Pandan Arum, tepatnya ditaman belakang rumah kediaman tersebut, terlihat sosok Gusti Ayu Pandansuri tengah bersama seorang wanita yang juga tak lain adalah ibu kandungnya sendiri. Kedua tampak begitu menikmati keindahan taman bunga yang ada dihadapan mereka. Pandansuri memang sangat dekat dengan ibunya hingga kedua anak dan ibu ini terlihat begitu saling menyayangi satu sama lain. Pandansuri terlihat begitu memanjakan dirinya dengan menjatuhkan kepalanya dipangkuan ibunya, sang ibu hanya membelai lembut rambutnya yang terurai indah. “Ibu lihat akhir-akhir ini kau sangat bahagia Pandan”. goda sang ibu lagi. “Ya Pandan memang bahagia bu, karena romo dan ibu sudah kembali rukun”. “Apa bukan karena raden Bintang ?”. kembali ibunya menggoda, Pandansuri hanya terlihat tersenyum sesaat mendengar hal itu. “Bagaimana menurutmu Raden Bintang itu ?” ucapan ibunya kali ini cukup membuat Pandansuri terperanjat dan s
Read more
4. Bagian 18
“Tapi hamba benar-benar minta maaf gusti, hamba tidak bisa menerima kehormatan ini”. ucapan Bintang berikutnya tentu saja sangat mengejutkan bagi Gusti Adipati Pandan Arum dan istrinya, seketika wajah keduanya berubah. “Saat ini diluar sana masih banyak orang-orang yang membutuhkan pertolongan hamba, dan tugas hamba sebagai seorang pendekar masih begitu panjang gusti, oleh karena itulah hamba mohon maaf karena tidak bisa menerima kehormatan yang gusti berikan kepada hamba” “Tapi Pandansuri bisa ikut dengan Raden untuk membantu tugas raden”. ucap Gusti Adipati Pandan Arum. “Justru itulah yang hamba khawatirkan gusti, pengembaraan hamba selalu menempuh bahaya yang hamba sendiri tidak dapat membayangkannya, hamba tidak ingin gusti ayu Pandansuri hanya akan menderita bila ikut bersama hamba, bahkan hamba tidak berani menjamin keselamatan gusti ayu Pandansuri jika ikut bersama hamba”. ucap Bintang lagi, ucapan Bintang kali ini cukup membuat Gusti Adipati Pandan Ar
Read more
4. Bagian 19
“Nah sekarang kau jauh lebih tampan Bintang”. ucapan Mbah Suro cukup membuat Bintang tersenyum. “Sekarang sudah saatnya aku akan memberikan sesuatu yang aku janjikan padamu, aku akan memberikan sebuah ajian yang kunamakan ajian Terawang Jagat”. “Ajian Terawang Jagat”. ulang Bintang lagi terkejut. “Benar ajian Terawang Jagat, mungkin dari namanya kau sudah dapat menebak kegunaan dari ajian ini, dengan ajian ini pula aku dulu bisa mengetahui Mantra Pulung Batu yang menimpa Gusti Ayu Pandasuri, juga dengan ajian ini pula tadi aku bisa mengetahui siapa dirimu dan semua tentang dirimu Bintang”. ucap Mbah Suro lagi hingga membuat Bintang terkagum-kagum mendengarnya. “Ajian Terawang Jagat ini kudapatkan langsung dari gusti Hyang widhi dari hasil pertapaanku selama puluhan tahun.....dan kurasa kau pantas untuk mendapatkannya Bintang”. ucap Mbah Suro lagi. “Sekarang pejamkanlah matamu, aku akan segera menurunkan Ajian Terawang Jagat ini padamu”. ucap M
Read more
4. Bagian 20
“Tapi kakang rasa sebaiknya saat ini Pandan jangan dulu ikut dengan kakang, saat ini ayah dan ibumu sangat membutuhkanmu untuk berada diantara mereka, karena kau memiliki kesempatan untuk kembali menyatukan hubungan mereka yang terputus Pandan, apakah kau tak ingin ayah dan ibumu bersatu kembali ?”. ucap Bintang lagi. Pandansuri terlihat diam mendengar hal itu, ucapan Bintang memang dibenarkannya, tapi keinginannya untuk ikut dengan Bintang mengembara tak bisa diurungkan begitu saja. “Selagi lagi maafkan kakang Pandan, bukannya kakang tak ingin mengajakmu, tapi ini semua demi kebaikanmu, tapi kakang janji nanti setelah ayah dan ibumu sudah menyatu kembali, Pandan bisa mencari kakang dan kakang yakin bukanlah hal yang sulit untuk mencari kakang”. “Baiklah kakang, tapi kakang harus berjanji untuk mengajakmu berkelana” “Pasti, pasti Pandan, kakang akan ajak Pandan berkelana kemana saja yang Pandan inginkan”. ucap Bintang tersenyum, Pandansuri ikut tersenyum mend
Read more
4. Bagian 21
“Tunggu ki”. Bintang cepat menahan gerakan langkah silelaki tua saat ingin meninggalkan kamar itu. “Ada apa den ?” “Sebenarnya apa yang terjadi didesa ini ki”. ucap Bintang lagi dan Bintang semakin terkejut saat melihat wajah lelaki tua itu terlihat pucat pasi. “Sebaiknya besok saja kita bicarakan hal ini den”. ucap lelaki tua itu lagi hingga Bintang tak bisa berkata apa-apa lagi kecuali menganggukkan wajahnya. “Oh ya den, kalau bisa malam ini raden jangan membuka jendela kamar apalagi sampai keluar”. ucap lelaki itu lagi berpesan, dan ini semakin membuat Bintang penasaran, tapi Bintang tentu tidak dapat memaksakan keinginannya untuk segera mengetahui apa yang sebenarnya terjadi didesa tersebut. “Baik ki”. hanya itu yang terucap dibibir Bintang. Malam itu Bintang benar-benar sulit untuk memejamkan kedua matanya karena rasa penasaran dihatinya akan apa yang terjadi didesa itu.   *** Disaat mentari baru saja menampak
Read more
5. Teror Manusia Penghisap Darah
Suasana mencekam meliputi sebuah desa dimana telah satu pristiwa mengerikan yang mengakibatkannya jatuhnya korban. Dan yang lebih mengerikan lagi adalah setiap korban yang ditemukan selalu tewas dengan adanya luka gigitan dileher mereka dan tubuh mereka kering karena kehabisan darah. Banyak yang menduga kalau pelaku dari semua kekejian itu adalah sebangsanya lelembut. Desa Tawungsari, demikian nama desa ini kini selalu berada dalam ketakutan tersebut dan sebagaimana kita ketahui pada kisah sebelumnya (Gerombolan Bayangan Setan) Bintang yang saat itu tengah melewati desa tersebut juga dibuat terkejut melihat keadaan desa Tawungsari yang seperti desa mati, karena pada malam hari, tidak seorangpun dari penduduk desa Tawungsari yang terlihat berkeliaran diluar rumah. Dan pagi itu kembali masyarakat desa Tawungsari digemparkan dengan ditemukannya kembali satu mayat yang juga mengalami hal yang sama pada korban-korban sebelumnya, tewas dengan tubuh kehabisan darah. “Korban
Read more
5. Bagian 2
Malam akhirnya datang, diangkasa rembulan tampak bersinar cukup terang malam itu, bintang-bintangpun tampak banyak tertaburan disana sini menemani sang rembulan dengan setia. Seperti malam-malam sebelumnya, Desa Tawungsari terlihat bagaikan desa mati, tidak seorangpun yang terlihat keluar dari rumahnya bila malam telah datang, diantara rumah-rumah yang ada didesa Tawungsari yang rata-rata berada didalam kegelapan, hanya satu rumah yang tampak sangat berbeda. Rumah yang berdiri cukup besar dan megah, puluhan obor tampak berjejer mengelilingi tempat itu hingga tempat itu terlihat cukup terang benderang dengan cahaya obor-obor tersebut, tiga orang lelaki yang sepertinya adalah merupakan penjaga rumah tersebut terlihat berjaga dengan penuh kesiagaan. Sesekali keduanya terlihat menatap dengan tatapan penuh was-was keberbagai penjuru rumah. Dipinggang ketiganya tersampir golok besar yang setiap saat bisa digunakan. Dan tanpa seorangpun yang mengetahui, sepasang mata tampak terus m
Read more
5. Bagian 3
Pagi baru saja datang menyapa, sang mentaripun baru saja menampakkan dirinya diufuk timur, terpaan cahaya kuning keemasannya terasa begitu menghangatkan kulit. Sementara itu di Desa Tawungsari terlihat kehidupan kembali berjalan seperti biasanya, hanya saja pagi itu ada satu cerita yang menjadi cerita hangat diantara penduduk desa, karena pada hari itu tidak ada korban dari manusia penghisap darah yang selama beberapa hari ini telah menebarkan teror kematian di desa Tawungsari. Bahkan kabar yang tersebar menyebutkan kalau hal itu terjadi karena seorang pendekar yang telah berhasil menggagalkan teror simanusia penghisap darah. Karena kabar itulah kini rumah penginapan ki Tawuk terlihat begitu ramai dikunjungi oleh para pengunjung, mereka ingin melihat langsung sosok pendekar yang malam tadi berhasil mengalahkan si manusia penghisap darah. Bintang yang pagi itu memang sudah kembali berada di penginapan ki Tawuk sedikit terkejut melihat sambutan masyarakat desa Tawungsari kepad
Read more
5. Bagian 4
“Silahkan duduk tuan, saya akan memberitahukan kedatangan tuan kepada Nyai”. “Terima kasih ki.”. Ki Tayub segera meninggalkan tempat itu, dan Bintang terlihat menatapi seluruh ruangan tersebut, walau megah dan mewah, tapi hati Bintang masih bertanya-tanya, karena tidak seorangpun terlihat pelayan dirumah itu, padahal rumah sebegitu luasnya tentulah seharusnya memiliki banyak pelayan. Tak lama kemudian Ki Tayub muncul kembali, ditangannya terlihat sebuah nampan yang berisikan minuman. “Silahkan diminum tuan”. ucap Ki Tayub lagi mempersilahkan Bintang. “Tolong jangan panggil aku seperti itu ki kedengarannya sangat kurang pantas, panggil saja Raden atau denmas”. Ucap Bintang lagi tersenyum ramah. “Baik denmas, sebentar lagi Nyai akan segera datang” “Maaf ki, kalau saya tidak salah lihat, sepertinya tidak ada seorangpun pelayan dirumah ini”. ucap Bintang akhirnya mengungkapkan rasa herannya. “Benar den, semua pelayan disini sudah berhenti karena t
Read more
5. Bagian 5
Langkah-langkah halus terdengar melangkah dibelakang Bintang, dan Bintang segera berpaling. “Ki Tayub”. ucap Bintang lagi tersenyum saat sosok Ki Tayub yang kini sudah ada didekatnya. “Ini saya bawakan kopi hangat dan singkong rebus den, biar tidak mengantuk”. ucap Ki Tayub lagi dengan ramahnya. “Waduh, ngerepotin Ki Tayub saja”. “Ah tidak repot denmas”. maka bersama Ki Tayubpun Bintang segera menikmatinya hangatnya singkong rebus dan kopi hangat buatan Ki Tayub. “Sepertinya manusia penghisap darah itu tidak berani lagi muncul setelah denmas kalahkan kemarin”. ucap Ki Tayub lagi. “Mudah-mudahan saja ki”. ucap Bintang lagi. “Oh ya ki, apakah saya boleh bertanya sesuatu. ?”. “Oh tentu, tentu den” “Apakah benar Nyai Kembangsari tidak pernah memiliki musuh ?”. ucap Bintang lagi hingga membuat Ki Tayub terdiam dan Ki Tayub terlihat memikirkan pertanyaan Bintang itu. “Sepengetahuan saya sih tidak ada den, dan
Read more
PREV
1
...
7891011
...
183
DMCA.com Protection Status