Semua Bab Kesayangan Mami: Bab 51 - Bab 60
71 Bab
Bab 51
 Tujuh hari berlalu, dan aku masih jua mendekam diri di rumah boss Putra. Ibunya yang baik, membuat diri begitu kerasan di sini.Namun, kejadian hari ini. Seakan mengusik kenyamanan yang ada, Pak Rt dengan dua orang Bapak. Datang menyambangi rumah, dengan menanyakan status tamu pada diriku.Tubuhku menegang, ini memang salahku! Bertamu hingga berhari-hari, lupa bahwa kami hidup bermasyarakat. Bukan hanya seorang diri, tanpa memikirkan tanggapan orang lain."Kalau mau barengan terus, ada baiknya nikah aja, Neng. Tahu sendirilah, mulut Ibu-ibu. Pedas macam cabe," seloroh Pak Rt. Yang gemar berbicara, seakan ingin mengusir ketegangan.Aku menggigit bibir, begitu pusing dengan kata nikah. Yang terdengar mudah saat diucap, apa mereka tidak tahu bahwa aku masih sangat trauma dengan pengkhianatan? Kutekan kepala yang makin berdenyut, celotehan Pak Rt dan kedua temannya. Sama sekali tak memberi solus
Baca selengkapnya
Bab 52
  "Mami pikir, kamu nggak bakalan pulang. Hm, ternyata bossmu lumayan juga." Aku mendengkus sebal, saat mendengar ucapan Mami. Dan apa katanya tadi, lumayan? "Cakeeep bingit Mami, bukan hanya lumayan." Anne ikut menimpali, dengan mulut penuh nasi. Sarapan yang amat memuakkan! Aku mulai menghidu, jangan-jangan keduanya ada rencana untuk merebut apa yang tengah berada dalam genggaman. Tidak! Semoga, boss Putra cukup kuat. Tahan iman, tak meski tergoda dengan wanita macam Anne! "Tapi, sayang. Udah jadi milik kak Anna," ucapnya lagi. Tak lupa memasang wajah cemberut, sok imut! Terus, kalau bukan milikku kamu mau? Atau, memang ada rencana untuk kembali merebut? Ish, nggak ada kapoknya ternyata. Meja makan, begitu ramai oleh celoteh kedua manusia. Tanpa merasa malu, dengan kehadiranku dan Papi.Benar-benar mereka belum berubah sepenuh
Baca selengkapnya
Bab 53
 "Karena yang akan menjalani adalah Anna, jelas kita semua menunggu jawaban darinya." Pipiku kembali merona, menahan malu. Karena semua mata tertuju, dan seakan tak sabar ingin tahu keputusan mana yang akan dipilih.Hari ini, boss Putra membuktikan ucapannya. Untuk memboyong kedua orang tua, dalam rangka melamar. Katanya ingin cepat menikah, membangun mahligai rumah tangga.Di ruang tamu, juga telah hadir Mami dan Anne. Keduanya tampak membisu, dan sama sekali tak ada raut bahagia yang harusnya terpancar."In Syaa Allah, Anna siap." Usai berucap, aku menunduk. Merasakan debaran jantung, yang kian bertalu.Semua yang hadir, mengucap kata hamdallah dengan suka cita. Tentu saja, dengan Anne dan Mami yang tetap terdiam. Tanpa sepatah katapun, terlontar dari bibir.Netraku dan boss Putra, sempat beradu. Kami seolah berbicara melalui pandangan, begitu bahagia karena akhirnya bisa menyatukan cinta yang semp
Baca selengkapnya
Bab 54
  Hari ini ... Rumah kedatangan tamu tak diundang, siapa lagi kalau bukan Angga dan Ibunya. Tengah duduk santai, sembari mengobrol dengan Papi.Aku mengembuskan napas kesal, semoga kedatangan mereka tak lain hanya untuk bertemu dengan Anne dan Mami. Bukan lagi membahas tentang masalah kami, yang sudah tidak mungkin disatukan!Melangkah gontai, terpaksa aku temui sang tamu. Mengukir senyum, meski terpaksa. Lagian, kenapa Papi harus seramah ini terhadap mereka? Lupaaa, dengan kejadian beruntun yang pernah kualami.Di tengah mereka, juga telah hadir Anne dan Mami. Keduanya tampak malas, jua menatap penuh benci."Akhirnya ... Kamu datang juga, Anna." Bu Dena tersenyum manis, seakan amnesia bahwa kami pernah bertengkar.Lagi, aku terpaksa mengulum senyum. Meski tak ikhlas, sebab menghidu kabar tak baik."Kami datang, untuk melamarmu. Menikahlah dengan Angga, Anna." Damn! Dahiku mengern
Baca selengkapnya
Bab 55
 Sah!Sah!Sah!"Alhamdulillah." Jantungku berdebar tak karuan, air mata menetes. Usai ijab qobul dilaksanakan, harapku tak banyak hanya ingin langgeng hingga akhir hayat memisahkan.Kucium punggung tangan boss Putra, yang telah resmi menjadi suami. Ada getaran cinta, yang membumbung tinggi. Rasanya, masih tak menyangka akan menikah dengan dirinya.Semua yang hadir. Tampak bahagia, terkecuali Mami dan Anne. Keduanya merenggut, seakan dunia hendak kiamat!Banyak karyawan boss, yang berdatangan. Memberi selamat, jua untaian doa tiada henti. Termasuk Nindy, teman sekaligus sahabat selama masih bekerja di sana."Enak banget jadi kamu, Ann. Selalu dikelilingi pria tampan dan kaya, bagi tipsnya dong." Aku menggeleng lemah, ia masih saja seperti dulu. Ketika kami masih bersama, dalam bidang pekerjaan yang sama.Karena banyaknya tamu, tak sempat kuhiraukan celotehan ceria dari mulut Nin
Baca selengkapnya
Bab 56
Aku meringis, merasakan perih di sekitar wajah. Dengan bringas, Tante Mita membuat deretan luka di sana.Sedang tubuh, seakan dibuat tak berdaya dengan dua cengkeraman manusia yang tak lain adalah saudara satu darah. Miris!Mami ...  aku adalah anakmu juga, terlahir dari rahim yang sama. Kenapa bisa hanya karena penyakit, dirimu berlaku seperti hewan. Ingin menghabisi, darah daging sendiri tanpa memikirkan banyak hal lainnya.Tuhan, izinkan diri untuk tetap hidup. Jelas tak mau, meninggalkan sang kekasih hati yang baru dinikahi hari kemarin.Dalam resah, aku terus melafalkan doa. Ada banyak harapan yang terselip, semoga akan ada bantuan untuk mencegah kejahatan mereka."Luka yang kamu rasakan, tak sebanding dengan apa yang kami alami selama ini!" teriak Tante Mita, penuh penekanan. Sambil mencengkeram, daguku keras.Kukunya yang panjang, lagi-lagi membuat kesakitan di sana. Perih bercampur sedih, seakan bercampur m
Baca selengkapnya
Bab 57
 Aku merenggut, sebisa mungkin memalingkan wajah ke arah manapun. Asal, tak perlu bertatapan dengan Papi. Pria yang telah membuat hati remuk redam, menghilang disaat diri begitu membutuhkan.Berkali-kali suami meyakinkan. Bahwa beliau tengah sibuk, mengurus laporan terkait tiga manusia yang mendadak menjadi seorang pembunuh!Beruntung, aku masih bisa hidup. Menikmati udara, walau sesaknya belum jua pergi. Lukanya masih menganga, pasti dalam kurun waktu yang panjang.Tepat, di hari kedua setelah kepulangan diriku. Papi, datang. Wajahnya tampak kusut, lelah yang bukan hanya menggerogoti tubuh. Namun, jua hati serta pikiran. Semua seakan terlibat!"Anna, maafkan Papi." Beliau berucap, setelah sekian lama kami terjebak dalam keheningan. Maaf, tidak akan cukup untuk mengobati segala rasa kecewa!"Mereka ... Belum jua ditemukan. Ketiganya kabur, hilang entah ke mana."Bibirku mengatup rapat. Pintar sekali kalian, usai menusuk. Sekaran
Baca selengkapnya
Bab 58
 Pagi yang mendung, terpaksa menahan aktivitas gerakku bersama suami. Lebih betah di dalam kamar, dalam keadaan tubuh sama-sama polos.Honeymoon kali ini, sangat berkesan. Usai menjebloskan mereka ke dalam penjara, hati sedikit lebih tenang jua damai.Tubuhku terasa lemas, kami bercinta persis seperti orang kesurupan. Tak mengenal waktu, dan terpuaskan hingga semalaman suntuk.Tepat pukul 09.00, perutku terasa lapar. Kami sibuk memuaskan hasrat, lupa dengan perut yang harusnya terisi.Ibu dan Bapak mertua, jua Papi. Memaksa kami untuk honeymoon, berharap akan ada bayi usai perjalanan ini.Aku mengulum senyum, sembari mengguncang tubuh sang suami. Merasa malu, dengan kejadian tadi malam."Hm, jadi berapa say?" tanyanya, sambil sesekali mengucek mata yang enggan untuk terbuka."Sembilan, aku lapar." Dengan manja, aku berucap pelan. Merenggut malas, sebab tak ingin ke mana-mana.Sang pujaan berusaha untuk membuka mata
Baca selengkapnya
Bab 59
 Ruangan lengang, masih mencerna informasi yang dibawa Papi. Gurat wajah beliau, menunjukan bahwa ia tidak sedang baik-baik saja. Kenapa, sudah menikahpun pria itu masih saja mengganggu?Dulu, mungkin aku pernah mencintainya. Berpikir untuk mati saja, kala ia bersanding dengan Anne. Sekarang, perasaan itu berubah seiring berjalannya waktu. Dan semua terjadi, bukan karena salahku melainkan ada andil dia di dalamnya.Makan sore terasa hambar. Bukan tidak enak, Putra bahkan bilang rasa masakanku mulai membaik. Kedatangan Papi, dengan membawa kabar tersebut."Kita lupakan dulu masalah Angga, kabar kehamilanmu Anna. Itu jauh lebih penting," ucap Papi. Tersenyum getir, meski guratan khawatir belum benar-benar hilang."Itu benar, Ann. Semua akan baik-baik saja, ada aku, Papi, dan semua yang sayang kamu. Pasti akan melindungi sepenuh jiwa dan raga." Putra menepuk dadanya, tampak semangat.Aku terkikik. Menggemaskan sekali suamiku ini, kenapa n
Baca selengkapnya
Bab 60
 "Lama di penjara, ternyata tidak sama sekali merubah sifatmu Anne." Aku mendengkus sebal, kenapa takdir seakan mempertemukan kembali?Kembaranku itu terkikik. Dia datang seorang diri, "Memang. Apa yang kamu harapkan dariku? Damai? Pelukan hangat? Aww, itu ... Hanya ada dalam mimpimu sayang."Aku mendesah. Menatap seluruh bunga cantik, yang kurawat sepenuh hati. Inilah istanaku sekarang, tidak lagi tinggal bersama mertua ataupun apartemen.Dikaruniai dua anak kembar, perempuan. Empat tahun usia mereka, sedang Anne masih menyendiri. Mungkin, sulit baginya untuk kembali menikah setelah kejadian bersama Angga.Si kembar tengah bermain, mereka tampak akrab dan saling menyayangi. Jauh berbeda denganku dulu bersama Anne, wanita itu kerap merebut semua yang kupunya.Aku meremas kedua tangan, mengingat kejadian dulu. Pemandangan di depan, seakan memutar kenangan dulu bersama Anne. Bedanya mereka akur, kami tidak sama sekali!Didik
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
345678
DMCA.com Protection Status