All Chapters of PERNIKAHAN TERLARANG DENGAN MUSUH KELUARGA: Chapter 101 - Chapter 110
160 Chapters
BUKAN ANAK KANDUNG
Arsya berada di ruang kerjanya bersama dengan Fikri, tadi ia sempat terkejut mendapati kedatangan Fikri secara tiba-tiba. Yang membuatnya lebih terkejut ialah Sera yang berada di rumah sakit. Ia ingin ke sana namun tak diperbolehkan oleh Fikri sebab beliau akan membicarakan kasus Sera bersama dengan dirinya.  "Apa langkah yang kau ambil?" tanya Fikri.  "Mencari bukti lebih banyak. Sebab musuh kali ini orang terdekat anda," jawab Arsya.  "Siapa?" tanya Fikri dengan alis berkerut.  "Apa anda sama sekali tak tau sedikit pun?" tanya Arsya balik.  "Saya menetap di luar negeri bersama dengan istri saya. Jadi saya kurang tau keadaan di sini," jawab Fikri jujur.  Arsya berpikir sejenak, haruskah dirinya memberitahu semuanya? Memberitahu bahwa musuh keluarga sendiri ialah Citra? Takutnya nanti Fikri jantungan mendengarnya. Namun bolehkan
Read more
SEBUAH PESAN DALAM MIMPI
Malam hari pukul 9 malam Sera terbangun, ia menggeliat pelan dan menoleh ke samping. Arsya tertidur di atas sofa, ia pun melihat ke arah langit-langit kamar. Ia kasihan melihat wajah Arsya yang kelelahan, hingga tiba-tiba lampu mati dan yang menyala hanya lampu kecil di sudut ruangan.  "Arsya," panggil Sera ia tak bisa melihat sebab ruangan ini gelap gulita dan hanya bisa melihat remang-remang di sudut ruangan.  "Arsya?" panggil Sera sekali lagi.  "Kau tak akan bisa lari dariku Sera!" Tiba-tiba Sera mendengarkan suara itu, ia berkali-kali memanggil nama Arsya namun tak kunjung ada jawaban. Siapa orang yang berbicara itu? Tadi dirinya juga sempat mendengarkan suara seorang membuka pintu.  Sera semakin takut saat merasa ada orang yang mendekat, ia ingin turun dari kasur namun tak bisa. Ia merasakan ada yang menahan tubuhnya suka ya tetap di atas ranjang. Ia berk
Read more
KABUR MEMBAWA BUKTI
Di salah satu ruangan yang ada di kantor polisi terdapat Arsya, Rian, dan juga Robet. Mereka tak hanya bertiga di ruangan ini, terdapat 2 polisi laki-laki juga 2 polisi perempuan yang membuat Sera masuk rumah sakit. Suasana di sini terkesan menyeramkan, polisi tersebut hanya mampu diam menunduk sebab ditatap oleh 3 orang berpengaruh di negara ini.  Arsya, Rian, Ribet duduk berhadapan dengan para polisi. Mereka semua duduk di kursi dan di tengah-tengah mereka terdapat satu meja panjang. Dengan sengaja Arsya meminta agar lampu dimatikan dan perbuatannya itumenambah kesan menyeramkan.  "Saya bisa saja menuntut kalian berdua." Tunjuk Robet kepada 2 polisi perempuan.  "Jangan tuan," lirih salah satu di antara mereka dengan nada memelas.  "Seharusnya polisi mencari tau semuanya, namun mengapa malah korban yang ditangkap dan pelaku di bebaskan?" tanya Rian tanpa ekpresi. 
Read more
PSIKOPAT!
Arsya berada di ruang bawah tanah markas Balck Rose, ruangan ini berisikan penjara dan hanya diterangi oleh api di sudut ruangan. Teriakan orang kesakitan menggema di ruangan ini. Di sini tak hanya ada dirinya, terdapat Rian juga Robet.  Kini ia berada di depan penjara para polisi yang berani-beraninya melakukan Sera. Dengan kode singkat, bodyguardnya segera membuka penjara itu dan ikut masuk dengan dirinya. Rian dan Robet menunggu di depan penjara.  "Tolong bebaskan kami." "Jangan menyiksa kami lagi, kami minta maaf." Arsya terkekeh sinis mendengar rintihan mereka. "Tidak semudah itu! Kalian harus membayarnya dengan nyawa!" desis nya.  "Ini sakit hiks hiks, tolong." "Padahal ini belum seberapa, kalian akan mendapatkan 'hadian' yang lebih besar dan tentunya menyakitkan," ujar Arsya tanpa beban sedikitpun.  Ia mengambil
Read more
RENCANA BUSUK
Kini Citra berada di sebuah rumah mewah yang ada di luar negeri bersama dengan Liora, mereka baru saja sampai di sini setelah menempuh perjalanan yang melelahkan. Mereka duduk di sofa panjang berhadapan dengan beberapa orang asing berjenis kelamin laki-laki juga berbadan kekar.  Mereka merupakan bawahan dari Hesa yang menetap di negara sini. Mereka bertugas untuk menjaga keberadaan Liora dan Citra, sedangkan Hesa dan Abimanyu dalam perjalanan menuju ke sini.  "Laksanakan tugas kalian, jangan sampai ada yang curiga keberadaan saya di sini! Tetap patuhi perintah kami dan jangan ada yang berkhianat!" ujar Citra.  "Baik nyonya, kami permisi," pamit mereka lalu pergi di hadapan Citra dan Liora.  Kini di ruangan itu hanya tersisa Liora dan Citra. "Tante, bagaimana kalau mereka menemukan kita?" tanya Liora khawatir sekaligus cemas.  "Kamu tenang aja, mereka tida
Read more
PENYERANGAN
Keesokan harinya Arsya bertemu dengan Rama, ia bertemu di perusahaan Louwen. Rama sendiri tampak kacau mendengar penjelasan bahwa Sera bukanlah anaknya. Juga ternyata istrinya yang berpura-pura baik selama berpuluh-puluh tahun. Ya! Arsya memberitahu semuanya kepada Rama tanpa terkecuali.  Tentu saja Arsya menjelaskan semua ini disertai bukti-bukti kuat agar Rama percaya. Sekarang dia duduk bersender di tembok dengan pikiran berkecamuk. Semuanya seolah tak dapat dipercaya, namun semua bukti yang Arsya berikan benar adanya.  "Mereka pergi tanda pamitan sama om?" tanya Arsya.  "Saya baru mengetahui mereka pergi dari bodyguard, saya tak habis pikir dengan jalan pkiran mereka berdua," jawab Rama.  "Mereka merencanakan hal buruk untuk keluarga kita," ungkap Arsya.  Rama mendekat ke arah Arsya. "Terima kasih sudah menjaga Sera dan menyelesaikan kasus ini," ujarn
Read more
TEPAT WAKTU
Arsya mengendarai mobil dengan kecepatan di atas rata-rata, sebab baru saja ia mendapat kabar bahwa rumahnya di serang dan Sera berada di rumah hanya dengan Lita. Setelah mengendarai mobil secara ugal-ugalan, akhirnya Arsya sampai di depan mansionnya.  Ia melepas sabuk pengamannya dan segera keluar dari dalam mobil. Matanya melhat kondisi rumah bagian depan berantakan, bodyguard yang terbaring lemah di atas dinginnya lantai. Ia masuk ke dalam dan membantu para anggota black rose menghadapi penyusup.  Bugh Bugh Bugh "Berani-beraninya kau datang ke sini?!" bentak Arsya seraya membabi buta om salah satu di antara mereka.  "Uhuk, uhuk, kau akan mati!"  "Kau yang akan mati terlebih dahulu!" desis Arsya.  Bugh Bugh Bugh Arsya kembali mem
Read more
BELUM TAHU
Sera bertemu dengan Rama di kediaman Louwen, sepasang ayah dan anak itu berpelukan menyampaikan perasaan bersalah satu sama lain. Sera yakin kalau Rama sudah berubah, dan ia percaya dengan Rama. Setelah sekian lama ia bisa merasakan pelukan Rama kembali.  Ia menangis bahagia, namun ada perasaan janggal di hatinya yang entah ia tak tau penyebabnya apa. Di ruang tamu cukup sepi, ia bisa menangis tanpa orang asing dengar. Sampai akhirnya ia melepaskan pelukannya dari Rama.  "Mama ke mana, pa?" tanya Sera dengan suara pelan.  "Mama pergi tanpa kasih tau papa," jawab Rama berbohong. Rama sudah berjanji kepada Arsya untuk tak mengungkapkan semuanya kepada Sera dalam waktu dekat ini.  "Papa sama mama bertengkar?" tanya Sera.  Rama mengangguk kaku. "Mama lebih memihak Liora, padahal dia pura-pura baik," jawabnya.  "Papa jangan sedih, mam
Read more
BERDUKA
Giory dan Louwen berduka, tertua keluarga mereka meninggal dunia sejak pagi tadi. Arsya menangis mengetahui fakta ini, dan sekarang ia berada di mansion. Di depannya sudah ada 2 peti yang berisi jenazah kakek dan neneknya. Bodyguard Giory turut sedih, mereka tak kuasa menerima berita ini.  Karangan bunga ucapan bela sungkawa berjejer rapi di depan mansion. Ini benar-benar mengejutkan, bahkan yang lebih mengejutkannya lagi opa dan oma Sera meninggal karena kecelakaan sewaktu hendak menemui Sera. Ia dan Sera berduka, dan sekarang Sera berada di mansion Louwen.  "Kek, nek, bangun hiks hiks, Arsya mohon," lirih Arsya memeluk peti mati itu.  Reta dan Alif mendekat ke arah sang anak. "Ikhlaskan nenek dan kakek, jangan buat mereka sedih sayang," ucap Reta yang kini sama-sama terlukanya seperti Arsya.  "Mereka enggak boleh pergi hiks hiks, Arsya masih butuh mereka, Bun," sahut Arsya. 
Read more
SALING MENGUATKAN
Di samping 2 gundukan tanah Arsya berada, kakek dan neneknya sudah di makamkan secara tertutup. Tak ada wartawan yang bisa masuk ke dalam pemakaman ini. Tatapannya kosong, berharap ini cuma mimpi. Rasa bersalahnya menyeruak ketika ia tak berhasil menemukan mereka.  Ia tak menangis, namun sorot matanya sendu tak kala teringat peristiwa manis saat bersama dengan kakek dan neneknya. Alif dan Reta jongkok di samping kanan dan kirinya, mereka tak henti-hentinya menguatkan dirinya lewat elusan. Ia benar-benar lemah sekarang.  "Yuk kita pulang," ajak Reta.  Arsya menggeleng pelan. "Aku masih mau ada di sini," ungkap Arsya.  "Kamu jangan gini, Arsya, bunda mohon," lirih Reta yang malah ikut sedih dengan keadaan Arsya yang seperti ini.  "Pulang, Arsya!" titah Alif penuh penekanan.  "Kalian bisa pulang sendiri," jawab Arsya tanpa melihat k
Read more
PREV
1
...
910111213
...
16
DMCA.com Protection Status