All Chapters of HARMONY: Chapter 11 - Chapter 20
80 Chapters
Sebelas
“Gar, HP lo berisik banget jing. Angkat dulu sana, siapa tau telpon penting” suruh Darrel yang segera melempar ponsel berwarna hitam milik Sagara, karena merasa terganggu dengan suara dering berisiknya. “Emang siapa yang nelpon malem-malem gini, Rel?” Darrel yang tadi sempat membaca sekilas nama yang tertulis di layar ponsel itu menyebut. “Jessica” sebutnya. “Anjir, si Jessica! Lo balikan Gar sama dia?” tanya Abian yang duduk di sebelah Sagara, dengan stik PS yang masih ia pegang. “Lanjutin dulu dong, Rel” Sagara mengambil ponselnya yang dilempar Darrel tadi. Sagara menggeser tanda hijau di layar ponsel, sebelum mulai berbicara. Darrel yang baru saja menggantikan Sagara bermain dimarahi Abian habis-habisan. “Halah, gua kira suhu ternyata cupu. Maen begini doang kaga bisa” serbu Abian dengan kata-kata sedikit pedas, mereka kalah karena Darrel yang terlambat menghindari tembakan. “Hallo, kenapa Jes?” pertanyaan pertama yang Sagara keluarkan, ketika panggilan te
Read more
Dua belas
“Setelah gua pantau, lo udah deket sama Jessica. Selama kurang lebih dua bulan.” Abian berbicara sambil mengganti seragam sekolahnya, dengan kaos oblong hitam yang ada didalam tasnya. Yang diajak bicara hanya berdeham mengiyakan. “Terus rencana lo selanjutnya, kapan mau nembak Jessica?” “Kalau ditembak, yang ada tuh cewek mati” sahut Darrel yang mendengar. “Ga mungkin sampe mati sih, paling cuman sampe jantung doang yang ga berdetak” sahut Abian menimpali candaan Darrel. “Kapan ya kira-kira waktu yang tepat?” tanya Sagara meminta saran dari kedua temannya yang suhu itu. “Kalau lo masih mau ngeliat Jessica lebih lama, mending undur dulu deh. kasian gua liatnya“ ujar Darrel membuat Abian geram karena terus saja tidak focus. Dengan kata-kata mujarab, lo bisa tuh bikin Jessica langsung jatuh hati” ujar Abian meyakinkan. “Gimana tuh?” tanya Sagara penasaran. “Yang pertama lo harus siap dulu. Lo harus perjelas hubungan kalian berdua, cewek gasuka nunggu Gar
Read more
Tiga belas
Laura duduk dibangku nomer tiga belas, dengan segelas ice taro kesukaanya. Kali ini Laura datang lebih cepat, dari waktu yang mereka janjikan. Mereka berenam akan latihan lagi. Kurang dari seminggu lagi waktu yang mereka punya, mereka akan bernyanyi diatas panggung Harmony. Akan disaksikan oleh semua anggota Harmony, Laura merasa gugup takutnya mereka melakukan kesalahan yang mempermalukan kelompok mereka.*Cecan Harmony*Sarah: “Pada dimana nih, guys?”Sarah: “Ada yang mau dijemput gak? Mobil gua kosong”Yuni: “Ekhem, jemput dong”Siska: “Ekhem, gua juga”Sarah: “Oke keep. Cuman muat dua orang aja, yang lain jalan kaki lo semua”Mia: “Yah, udah closed. Yakali gua udah dandan cantik, malah naik angkot”Sarah: “Gapapa gasih, siapa tahu lo ketemu jodoh disana”Mia: “Ga asik banget ketemu jodoh di angkot. Minimal di pesawat kek”Yuni: “Gayaan banget lo, ketemu di bus juga udah syukur”Vina: “@Mia, gua aja yang jemput”Mia: “Nah, gini dong. Lo ema
Read more
Empat belas
Abian melangkahkan kakinya dengan malas keluar rumah. Menurutnya ini sangat tidak adil, mengapa hari senin ke minggu ditempuh selama enam hari, sedangkan hari minggu ke senin hanya satu hari saja. Meski sehari tetap saja Abian bersyukur, hari minggu bisa ia gunakan untuk bermain game sepuasnya, bersantai atau pergi keluar. Hanya hari minggu saja ia terbebas dari tugas sekolah yang menyebalkan, sangat banyak hingga terkadang lupa ia kerjakan. Bahkan ada beberapa pelajaran yang sengaja tidak ia kerjakan karena malas, dengan dalih harus latihan renang karena perlombaan akan segera tiba. Abian meronggoh ponselnya yang berada di saku celana. Menghubungi satu perempuan yang minta dijemput itu.Abian: “Gua otw ya, tunggu bentar”Laura: “Oke sip.”Abian memanasi motornya terlebih dulu, takut-takut motornya mati di tengah jalan. Sekitar sepuluh menit, lalu motor besar itu siap mengantar Abian pada Laura. Abian mengendarai motornya dengan cepat, tidak ingin membuat Laura
Read more
Lima belas
Sagara melihat jam yang ada di ponselnya, masih pukul tujuh tiga puluh. Sagara mengajak dua manusia di depannya untuk naik ke rooftop. Memilih bersantai sebentar diatas gedung sekolah. Mereka berjalan menaiki satu persatu anak tangga, hingga di lantai paling atas. Mereka membuka pintu yang ada di rooftop. Ada satu Gudang kecil yang di bangun disana, tapi sudah lama kosong. Abian membuka kunci pintu gudang itu, lalu masuk kedalam tempat itu. Gudang kecil yang dulunya sangat kotor, sudah di sulap oleh ketiga remaja kaya itu. Gudang ini sekarang menjadi markas rahasia, hanya untuk mereka bertiga. Di dalam gudang terdapat kasur kecil untuk rebahan, dengan kipas besar agar tidak kepanasan, serta barang-barang lain yang mereka beli. Mereka susun dengan rapi, dan selalu bergantain membersihkan tempat itu. Gudang ini awalnya adalah tempat bersembunyi Abian, saat di kejar-kejar oleh Pak Bimo. Meski awalnya banyak debu, Abian harus bertahan agar tidak ketahuan dan dihukum Pak Bimo
Read more
Enam belas
Sepulang sekolah, Laura dan teman-temannya berjalan memasuki ruangan Harmony. Mereka berenam, dan anggota lainnya sudah berada disana. Hari ini mereka akan menyanyikan lagu yang mereka dapatkan dua minggu lalu, dihadapan semua nggota. Sedikit gugup, tapi masih bisa mereka semua atasi. Semua anggota sudah duduk dengan kelompoknya masing-masing. Laura dan teman satu kelompoknya, duduk di tempat paling belakang. Bersiap mendapat giliran bernyanyi nantinya. “Baik teman-temanku semuanya yang tercinta. Jadi biar adil, dan engga dianggap pilih kasih. Kak Dava, mau undi aja ya, kelompok siapa yang dapat giliran maju paling pertama.” Intrupsi Dava yang dimengerti semua anggota. “Baik kak” jawab semua anggota kompak. Dava mengambil botol yang dilempar Juan padanya. Botol tersebut sudah berisi pipet, dengan gulungan kertas judul lagu di dalamnya. Dava mengocoknya dengan semangat, seperti sedang arisan. Dava mengeluarkan satu gulungan kertas dengan pipet itu, membukanya. Dav
Read more
Tujuh belas
Laura kembali menghampiri teman-temannya, yang masih belum bergerak dari tempat tadi. “Yaudah yuk balik, guys” ajak Laura ketika dia sudah berdiri disebelah Sarah. “Eh besok pada sibuk ga?” tanya Vina tiba-tiba. “Kenapa emangnya Vin?” tanya Sarah. “Main yuk, itung-itung rayain, karena udah nampilin yang terbaik tadi” “Setuju….” Teriak Yuni keras. “Kemana dong?” Siska tidak tahu apa yang bisa mereka lakukan. “Mending netflixan sambil maskeran gasih” ujar Mia memberi saran. “Ide bagus tuh,” sahut Sarah.“Mau main dimana tapi?” Biasanya mereka akan bermain di rumah Siska, tapi kali ini Siska menolak. Karena kakak laki-lakinya yang tinggal diluar kota, sedang berada di rumah. Takut membuat kakaknya terganggu dengan kehadiran Siska dan teman-temannya yang berisik.“Di rumah Mia aja gimana?” tunjuk Sarah. “Gamau, lo pada ga inget apa. Terakhir kali main ke rumah gua, hampir aja kebakaran gara-gara Yuni.” Kalimat itu membuat mereka teringat kejadian du
Read more
Delapan belas
“Good morning girls…” Laura duduk di hadapan Abella dan Dezora yang sedang sibuk dengan ponselnya. “Pagi Ra” balas Dezora meletakkan ponselnya diatas meja. Melihat wajah Laura yang nampak bersinar dari biasanya, dan senyumnya yang mengembang membuat Abella merasa aneh. Sepertinya ada sesuatu yang membuat Laura senang hari ini, “Kenapa lo, Ra?” tanya Abella menatapnya aneh. “Gua ada cerita bagus nih” ujarnya semangat. “Lo habis dapet uang jajan banyak?” Laura menggeleng, tanda jawaban Dezora salah. “Bokap, nyokap udah balik?” lagi-lagi Laura menggeleng. “Ya terus apa dong?” kesal Abella yang sudah penasaran. Apa yang membuat Laura menjadi senang hingga menyebalkan seperti ini. “Soal kak Gara!” serunya senang. “Kak Sagara? kenapa dia?” Abella dan Dezora masih tidak mengerti. Laura bersiap untuk cerita, ia mematikan music yang berputar dari ponsel Abella, agar ceritanya dapat terdengar. “Jadi, kemarin habis ekskul, gua papasan sama kak Sagara
Read more
Sembilan belas
"Semua orang memiliki ke khawatirannya masing-masing. Ada banyak orang yang berpura-pura kuat meski sebenarnya rapuh. Selalu berusaha meski tidak tahu, kapan hasil terbaik dari usaha mereka akan tiba. Karena pada akhirnya, yang ingin dilihat orang-orang bukan seberapa besar usaha mu. Tapi seberapa besar hasil yang kamu dapat dari semua itu.”Abian, Darrel, dan juga Sagara duduk di atas meja kecil yang ada di rooftop. Dengan satu plastik sedang makanan ringan dan satu botol besar minuman soda yang Abian bawa.Tiga laki-laki itu sedang membuat pesta kecil, entah apa yang mereka rayakan. Hanya ingin saja melakukannya karena bosan di kelas. Menyetel musik dengan sound kecil miliknya dan gitar yang Darrel bawa, mereka bersenandung ria. Abian tertawa kencang saat melihat Sagara yang hampir jatuh dari tempat duduknya.Ketiga remaja laki-laki itu terlihat sangat senang, tawanya pecah begitu saja meski hanya lelucon garing yang mereka keluarkan.Seperti remaja yang tidak memi
Read more
Dua puluh
Abian naik ke kamar Laura, tidak tahu apa yang mau ia lakukan di sana. Duduk di meja belajar Lauram dengan laptop yang menyala. Abian memilih untuk bermain game saja, selama teman-teman Laura ada di sini. “Guys… udah mau malem nih, balik yuk” ajak Vina saat melihat jam yang melingkar di tangan kanannya. “Yuk lah” sahut Sarah, dia juga sudah di telepon beberapa kali oleh ayahnya, karena anak perempuan itu belum juga pulang. Mereka membersihkan ruang tengah rumah Laura terlebih dahulu, membuang sampah-sampah yang berserakan, dan mengelap lantai yang tidak sengaja kejatuhan air akibat Yuni yang sedikit sembrono. “Bersih!!” Yuni selesai mengelap lantai tersebut, lalu mencuci tangannya. Sarah, Vina, Siska, Yuni, dan juga Mia mengambil tasnya dan bersiap untuk pulang. “Thank you, Laura. Besok-besok kita main lagi ya” senyum Vina. “Iya, hati-hati ya. Jangan ngebut, udah malem” semuanya mengangguk. Laura lupa, ia hendak memanggil Abian karena teman-temannya akan
Read more
PREV
123456
...
8
DMCA.com Protection Status