All Chapters of Aku Menyerah Menjadi Istrimu, Mas!: Chapter 11 - Chapter 20
148 Chapters
Sebelas
"Mila, mas pergi dulu ya. Ada urusan bisnis yang harus mas selesaikan. Kamu di rumah aja urus ibu ya. Kalau BAB nanti jangan lupa dibersihkan," titahku pada Mila yang sedang tiduran sambil bermain ponsel di tangan. Mendengar perintahku, Mila menjauhkan ponselnya lalu mengangguk. "Pasti, Mas. Aku pasti akan jadi istri yang baik buat kamu," ujar wanita itu kemudian bangun dan memeluk pinggangku. "Tapi jangan lupa, kalau dapat job baru lagi, jatah buatku ditambahin ya, Mas?" ujarnya lagi. "Pasti!" Aku mengangguk cepat. Lalu setelah mengecup kening dan kedua belah pipinya, aku pun segera pergi. Pak Arga sudah menungguku di sebuah cafe di bilangan Panam, Pekanbaru.  Lelaki itu langsung menyambut saat aku tiba. Setelah berbasa-basi sejenak, kami pun langsung terlibat dalam pembicara
Read more
Dua Belas
POV ANDIN [Din, maaf lowongan kerja yang kamu tanyakan kemarin dengan sangat terpaksa harus saya batalkan ya, Din karena ada alasan yang tidak bisa saya beritahukan padamu. Maafkan saya. Saya sangat menyesal telah mengecewakan kamu, tapi saya nggak punya pilihan lain. Maaf saya nggak bisa bantu kamu soal pekerjaan itu,] sahut Pak Mar, panggilan Pak Maruto, mantan atasan tempat aku bekerja selama sepuluh tahun lamanya itu sebelum akhirnya aku menikah dan memutuskan berhenti dari pekerjaan tersebut demi bisa merawat ibunda Mas Heru, suamiku. Mendengar pemberitahuan itu, lututku rasanya lemas seketika. Hanya pekerjaan ini harapanku satu-satunya setelah diusir (dan memang menjadi pilihanku) dari rumah suamiku. Aku belum punya tujuan lain saat ini. Setelah resign dari pekerjaan beberapa tahun lalu, aktivitasku sehari-hari memang hanya di rumah
Read more
Tiga Belas
 πŸ’ŒπŸ’ŒπŸ’ŒπŸ’ŒπŸ’Œ"Mas, pejamkan mata, dong. Aku mau kasih lihat kamu sesuatu yang pasti bikin kamu seneng banget. Tapi kamu harus pejamkan mata kamu dulu, oke?" ujar Mila sambil memeluk manja, memintaku menutup mata. "Ada kejutan apa ini? Kok mas jadi deg-degan?" tanyaku sambil menatap penuh rasa ingin tahu kepadanya. "Tutup mata dulu dong, baru aku tunjukkin surprise-nya," sahut Mila lagi sambil menggodaku. Aku pun dengan senang hati menutup mata hingga kurasakan sesuatu menyentuh jari yang kugunakan untuk menutup kedua belah kelopak mataku. Refleks, aku pun membuka mata bertepatan saat yang sama, Mila berseru riang. "Surprise. lihat ini! Apa ini, Mas?" tanya wanita cantik itu pura-pura lugu. Namun, melihat semburat merah di wajahnya, aku menjadi bahagia tak terkira. 
Read more
Empat Belas
Aku menatap wanita berpenampilan sederhana berusia sekitar dua puluh tahun di depanku yang berdiri sambil memegang tas pakaian lumayan besar di tangannya itu dengan mata memicing. Tubuhnya pendek dan kurus dengan rambut panjang diikat seadanya ke belakang.  Siapa dia ya? Calon Asisten Rumah Tangga yang diceritakan Mila kemarin? Tanyaku dalam hati. "Mas, ini Siti. Asisten Rumah Tangga yang kuceritain sama kamu semalam. Dia biasa kerja rumah tangga sama merawat orang sakit. Dulu pernah ikut aku satu tahun. Gimana? Bisa nggak dia mulai kerja di sini?" tanya  Mila, memperjelas perihal tamunya itu. Mendengar ucapan Mila, aku kembali meneliti penampilan gadis itu.  Kalau dilihat dari penampilannya sih memang kelihatan sekali jika gadis ini biasa bekerja sebagai asisten rumah tangga.  Tapi apa bis
Read more
Lima Belas
"Mas, hari ini kamu ke kantor?" tanya Mila saat kami sedang sarapan pagi. Hari ini untuk pertama kalinya, aku dan Mila tak lagi memesan makanan siap saji dan siap antar dari restoran, melainkan makan masakan rumahan karena ternyata Siti sudah memasak dan menghidangkan lauk aneka macam yang sangat mengundang selera dan begitu lezat terasa di lidah. Tak salah memang Mila merekomendasikan gadis itu untuk menjadi asisten rumah tangga di rumah ini sebab ternyata wanita berpenampilan sederhana itu sangat jago memasak. Tadi pagi berdua Mila, mereka sepertinya pergi ke pasar dan membeli aneka bahan makanan untuk dimasak hari ini dan untuk persediaan besok. Dan hasilnya pagi ini di meja makan tampak aneka jenis hidangan seperti kari kambing, opor ayam, rendang daging sapi bahkan gulai jeroan terhidang menggugah selera. Aku pun makan dengan lahap.
Read more
Enam Belas
POV ANDIN "Mbak Minten, tolong antar Andin dan anak-anaknya ke kamar belakang ya. Mulai hari ini Andin akan bekerja di sini merawat ibu. Jadi, Mbak nggak perlu repot lagi ngerjain rumah sekaligus merawat ibu sendirian karena sudah ada Andin yang khusus ngurus keperluan ibu ya," ujar lelaki berwajah teduh di depanku pada sosok wanita cukup berumur yang dipanggil Minten itu. "Baik, Pak," ujar perempuan yang dipanggil Minten sambil mengangguk hormat lalu menoleh padaku. "Mari, Mbak Andin saya antar mbak sama anak-anak ke kamar, biar bisa istirahat dulu. Nanti habis ini baru kalau mau ngurus ibu, saya biar ke dapur," ujarnya ramah. Aku hanya mengangguk sambil tersenyum. Kubimbing lengan Sekar dan Seruni yang mengapitku kanan dan kiri lalu membuntuti langkah Mbak Minten setelah sebelumnya minta diri lebih dulu dari Pak Arga. Mbak Minten membawaku menuju kamar yang cukup l
Read more
Tujuh Belas
 Aku melangkah dengan kaki gemetar dan tubuh berkeringat dingin mendekati daun pintu kamar tamu yang tampak tertutup rapat di hadapanku. Semakin dekat ke pintu kamar tamu itu semakin jelas pula terdengar desah manja dan rintihan sepasang umat manusia yang sepertinya tengah dimabuk asmara yang mampu tertangkap oleh indera pendengaran ini. Namun, jika benar suara-suara itu adalah suara orang yang tengah dibuai surga dunia, lantas suara siapakah itu? Mila? Benarkah? Tapi kalau benar, lantas istriku itu tengah memadu kasih dengan siapa? Andrew? Mungkinkah? Ya, entah mengapa benakku dilanda perasaan tak enak padanya sejak awal bertemu dengan lelaki yang mengaku sebagai suami Siti itu di meja makan sore tadi. Saat itu aku seolah bisa merasakan tatap kebencian dan cemburu yang bersar
Read more
Delapan Belas
 Aku tersadar dari pingsan dan merasakan nyeri yang tak terkira pada bagian tengkuk.  Entah apa yang telah digunakan Mila untuk memukul bagian belakang kepalaku ini tapi yang pasti rasanya sakit tak terkira. Kucoba menggerakkan tangan hendak meraba bagian yang sakit itu tetapi alangkah terkejutnya saat aku menyadari kondisi tangan dan kakiku yang ternyata dalam keadaan terikat. Aku bahkan tengah dalam keadaan tersekap di dalam gudang belakang yang biasa kupergunakan untuk menyimpan barang-barang yang jarang dipakai tetapi masih dibutuhkan saat ini. Sialan Mila! Dengkusku marah dalam hati. Berani-beraninya dia menempatkan aku dan mengurungku di gudang yang pengap ini. Tak kusangka wanita yang selama ini kucintai setengah mati itu ternyata tak lebih dari ular betina yang tak malu membiarkan tubuhnya dijamah dan dinikma
Read more
Sembilan Belas
  POV AUTHOR  Usai menutup pintu gudang di mana Heru telah ia sekap, Andrew kemudian mengambil ponsel dari dalam saku celananya lalu segera menghubungi seseorang. [Halo, ada apa, Bos?] sahut satu suara dari seberang saat panggilan tersambung. [Jo, ada kerjaan buat kamu! Datang jam seperti biasa ya ke alamat ini,] ujar Andrew sambil menyebutkan alamat kediaman Heru pada lelaki yang dipanggil Jo. Lelaki di seberang telepon mengiyakan lalu setelah itu panggilan diputus dan Andrew bersama Mila kembali ke ruang tengah. "Kamu yakin kita gak bakalan ketahuan polisi kalau kita lenyapkan Heru nanti, Ndrew?" tanya Mila saat mereka sampai ke ruang tengah. "Kenapa tidak? Aku beberapa kali melakukan itu bersama Bejo sebelumya, kenapa sekarang harus khawatir ketahuan?" Andr
Read more
Dua Puluh
  POV AUTHOR  Byuuurrrrr!!!  Tubuh lemah itu melayang cepat lalu jatuh menghantam permukaan air yang deras setelah sebelumnya sempat menggores batuan terjal di tepian jurang terlebih dulu. Heru tak dapat melukiskan betapa sakit yang harus ia rasakan saat kulit tubuhnya mengenai batuan cadas itu kemudian disambut air sungai yang dingin dan deras. Terlalu sakit rasanya! Sekujur tubuhnya terasa ngilu dan raganya yang sudah lemas tak mampu lagi melakukan pergerakan apa-apa dan hanya bisa pasrah saat air sungai yang dingin mulai menelannya. Ia hanya bisa merasakan tubuhnya perlahan-lahan terombang-ambing arus sungai deras yang kemudian mulai masuk ke lobang hidung dan lamat-lamat kesadarannya pun sirna.   πŸ’ŒπŸ’Œ
Read more
PREV
123456
...
15
DMCA.com Protection Status