All Chapters of Cintaku Terhalang Status: Chapter 31 - Chapter 40
90 Chapters
Ini bukan update
Dear Pembaca,   Semoga Anda (saya sebut Kakak saja ya) dalam keadaaan sehat dan berbahagia.   Terima kasih untuk Kakak yang sudah membaca dan terus mengikuti kelanjutan novel "Cinta dengan Restu" (CDR) ini. Bagi yang sekadar menengok pun tetap saya hargai.   Saya ingin sedikit bercerita tentang awal saya menulis di GN.   Saya orang yang suka membaca, dan suka bercerita/ngobrol dengan teman atau sahabat, namun tidak pernah terlintas dalam benak saya untuk menjadi seorang penulis novel. Di GN lah debut saya sebagai penulis.   Kala itu sekitar bulan April 2021, seorang sahabat yang menjadi Editor Akuisisi (EA) di GN bercerita tentang menulis di GN, mencari penulis, juga lomba menulis novel di GN. Dari situ saya berpikir untuk mencoba menulis juga.   Setelah mencari ide cerita, saya mulai menulis sekitar akhir Mei 2021. Setelah mendapat banyak bimbingan dari EA,
Read more
31. Menengok Masa Lalu
"Erick ...," pekikku tertahan. Aku tak kuasa menahan rasa haru yang meluap-luap di hati. Perasaan rindu yang sekian tahun aku pendam, akhirnya terbayarkan hari ini. "Semoga mulai hari ini, dari tempat ini, kamu lebih bisa menjalani hidupmu tanpa beban, Love," ucap pria itu dengan senyuman dan sorot mata lembut. Sejak pertemuan terakhir kami, Erick memilih berdiam diri selama beberapa hari, ia tidak datang ke rusun atau menghubungiku sama sekali. Sepertinya ia berupaya merenungkan apa yang mungkin salah dalam upayanya mendapatkan hatiku kembali sehingga yang terjadi bukannya kami berbaikan, tapi malah jadi ribut. 'Love, aku banyak berpikir tiga hari ini. Aku sadar sekarang, aku egois. Harusnya aku lebih ngertiin perasaan kamu. Demi anak kita dan demi cinta yang pernah kita bangun, aku akan mencoba memperbaiki diri. Aku akan menjadi papa yang baik untuk Ricky, dan pria yang baik untukmu. Tolong jangan cabut kesempatan yang sudah kamu janjikan ya, aku akan melakukan yang terbaik,' tul
Read more
32. Cerita Bu Wiwin
"Waktu itu Erick datang ke panti dengan wajah kusut, dan bertanya tentang keberadaanmu. Ibu sudah curiga ada yang tidak beres. Saat Ibu tanya ia malah menangis," cakap Bu Wiwin memulai ceritanya. Raut wajahnya menyiratkan keseriusan. Memang wajar sih kalau panti menjadi tempat pertama yang Erick datangi untuk mencariku. Sayangnya waktu itu justru aku malah ingin menghindari orang-orang yang aku kenal. Gila memang diriku kala itu! "Setelah ia bisa mengendalikan diri, Erick langsung mengakui dosanya karena telah bermesraan dengan mantan pacarnya di rumah kalian. Ibu sangat marah, teganya ia melakukan itu padamu. Erick memohon-mohon sambil memegang kaki Ibu. Ibu mengusirnya dan melarangnya datang ke sini lagi sebelum berhasil membawa kamu pulang," tutur Bu Wiwin berapi-api. "Dan kenyataannya Erick tidak bisa membawa saya pulang," tambahku. Aku tersenyum kecut. Bu Wiwin menatapku tajam. "Ke mana saja kamu waktu itu, Velove? Bikin geger orang sepanti saja," hardiknya cukup keras. Aku me
Read more
33. Permasalahan Hati
Siapa bilang jadi playboy atau playgirl itu menyenangkan? Mungkin bagi orang yang suka dikerumuni lawan jenis yang tergila-gila pada mereka, itu menjadi satu kebanggaan tersendiri. Tapi jauh di dalam hati, aku yakin mereka pasti pusing juga. Aku bukan playgirl, bahkan sama sekali tidak ingin menghadapi pria-pria yang suka menggodaku. Aku justru lebih suka kalau mereka bersikap biasa saja, atau seolah tidak mengenalku, buatku itu lebih baik. Menghadapi Erick dan Mas Vincent saja aku sudah pusing, apalagi ditambah pria lain. Mau bagaimana lagi, tanpa dapat kucegah ada yang menaruh hati padaku, walaupun aku tidak pernah memberi harapan. Kembalinya Erick dalam kehidupanku tidak hanya bikin heboh para penggosip di rusun. Orang yang tinggal jauh dari rusun pun tiba-tiba jadi terusik. "Mak, Bang Rio bilang mau pulang hari Minggu nanti, ambil cuti katanya jadi bisa di sini lama," ujar Selvi kepada Bu Berta pada suatu sore. Kebetulan aku dan Ricky juga tengah berada di rumah mereka."Ya sud
Read more
34. "Sesuatu yang tidak akan menyakitimu."
"Kak Velo, stop, jangan masuk sini! Gantian di depan dong," sergah Selvi saat aku hendak duduk di kursi belakang mobil Mas Vincent. Gadis itu bahkan menggunakan kedua tangannya untuk menghalangiku. Meskipun ia tak mungkin memukul atau menyakitiku, sorot matanya terlihat garang. Gadis itu serius melarangku duduk bersamanya di tengah."Eh, aku kan mesti nemenin Ricky, Vi. Ricky itu kan anakku, sudah seharusnya aku menjaganya, kenapa kamu larang?" keluhku memprotes sikapnya. Kok jadi aneh sih anak ini? Kan sudah biasa kalau kami bepergian naik mobil, aku selalu di belakang bersama Bu Berta dan Ricky. Siang ini keluarga besar 201-203 pergi bersama main ke mall, Mas Vincent mau traktir kami makan karena dia baru dapat bonus. Keluarga besar sih, tapi isinya cuma lima orang. "Heleh, berdalih saja Kakak ini. Ricky anak baik pasti maulah aku temani sama Mamak, biasa pula kami main bareng. Sekali-kali lah Kakak nemenin pak sopir. Hihi." Selvi mengerling manja, menggodaku.Walah! Jadi ini maks
Read more
35. Pengagum Rahasia
Bekerja sebagai penyanyi di kafe ini cukup menyenangkan. Gajinya memang tidak besar, tapi lumayan sebagai uang tambahan. Belum lagi kalau ada pengunjung yang memberi tips atau hadiah. Jadwal kerjanya juga tidak terlalu mengikat. Kami bisa minta libur saat sakit atau ada keperluan. "Pokoknya kita masing-masing bebas atur jadwal sebagai satu tim, saling pengertian, saling terbuka, dan yang penting panggung tetap jalan, ya," kata Mas Randy yang jadi penanggung jawab pertunjukan.Kami berkomitmen agar jangan sampai semua penyanyi libur di hari yang sama, jadi tetap ada yang menyanyi setiap malamnya. Saling pengertian dan koordinasi sajalah. Selain itu bos dan teman-teman yang bekerja di kafe ini sangat bersahabat. Walaupun aku seorang janda muda beranak satu, mereka tetap merespek dan tidak merendahkan aku. Mungkin karena bos kami, Pak Benny, menanamkan sikap itu dalam dirinya, juga anak buahnya. "Semangat, Velove! Kamu pasti bisa membesarkan Ricky dengan baik." Demikian bosku sering m
Read more
36. Nostalgia Cinta Pertama
"Hai, Love!" Erick menyapaku dengan senyuman terbaiknya. Penampilannya pun tak kalah ciamik.Hari ini nampaknya aku harus menyiapkan diri untuk terpesona pada Erick. Si Jarjit ekstra charming. Kenapa tiba-tiba aku menyebutnya sebagai Jarjit lagi? Karena pria ini mendadak mengingatkanku akan masa saat kami masih berpacaran di bangku SMA. Untuk kali kedua Erick mengajak aku dan Ricky pergi. Katanya sih mau ke taman rekreasi terbesar di Jakarta itu, yang ada badutnya itu, bukan yang ada badaknya ya. Eh?Papa si Ricky bertekad untuk menyenangkan anak lelakinya tersayang."Sudah siap?" tanyanya sewaktu tiba di depan pintu rusun kami. "Siap! Tinggal berangkat saja," jawabku riang."Ricky, ikut Papa." Erick mengulurkan tangan agar anakku ikut dengannya. Mereka berdua turun duluan, sedangkan aku mengunci pintu. "Jadi pergi, Ve?" Tetangga sebelahku tiba-tiba nongol. "Jadi, Mas. Mau ikut?" kekehku tak serius.Pria itu tersenyum sambil menggelengkan kepala. "Kalian saja ya, aku jaga rumah. I
Read more
37. Tak Semudah Itu
"Mas, bisa minta tolong ambilkan foto kami?" Sepasang suami istri dengan kedua anak mereka menghampiri kami guna meminta tolong mengambilkan foto mereka sekeluarga. "Baik, Pak," sahut Erick. Dengan cekatan ia memotret mereka beberapa kali. Erick bahkan bertindak sebagai pengarah gaya. "Terima kasih, Mas. Mau sekalian saya ambilkan foto dengan istri dan anaknya?" Bapak itu menawarkan diri untuk memotret kami bertiga: aku, Erick, dan Ricky. "Eh ...." Aku kaget mendengar ucapannya. "Boleh, Pak. Pakai ponsel saya ya," sahut Erick cepat. Ia menyerahkan ponselnya kepada bapak itu, lalu sejenak meringis padaku. Aku memelototinya sebentar, tapi aku tidak tega untuk menjelaskan kalau kami hanya mantan pasangan. Ya sudah, aku ikuti saja kemauannya, toh cuma berfoto. "Satu, dua, tiga." Pria itu beberapa kali mengambil foto kami. "Yang mesra dong, Mas. Dirangkul gitu, istrinya .... Nah, bagus! Sekali lagi ya, satu, dua, tiga." Berkat pengarahan gaya dari si bapak, Erick berhasil melancarkan
Read more
38. Identitas Sang Pria Misterius
Menghadapi pria-pria penggoda bagiku sudah tidak mengganggu lagi. Cuekin sajalah intinya. Dan berurusan dengan dua pria pengejar hatiku, mantan suami dan tetanggaku, juga sudah membuatku terbiasa. Mereka berdua memang kadang masih nyebelin, tapi tidak ada lagi ribut atau persaingan sengit. Entah perjanjian apa yang sudah mereka buat, kemungkinan sudah ada kesepakatan di antara keduanya untuk bersaing secara sehat dan tidak saling menjatuhkan. Nggak ada yang mau ngaku kalau aku tanyain. Ah, biarin saja mereka! Selain kedua jenis pria ini, yang serius atau yang sekadar menggoda, aku menemukan satu jenis lain yang sedikit unik.Di suatu malam seorang pria muda dan tampan menemuiku. "Selamat malam, Velove," sapanya dengan seulas senyum di wajahnya. Penampilannya trendi, dan wajahnya tampak dandy khas pria metroseksual.Bukan berarti aku melihatnya dengan make-up mencolok seperti anggota-anggota boyband Korea yang mau tampil di panggung, tapi tampak jelas kalau ia merawat wajah dan tubuhn
Read more
39. Serigala Berbulu Domba
Tidak butuh waktu lama bagi Charlie untuk mendapatkan kepercayaanku. Dalam pikiranku selama ini Charlie yang selalu sopan itu lelaki yang baik. Pria itu masih suka memberikan hadiah kecil setelah aku tampil. Ia juga sering menawarkan diri untuk mengantarkanku pulang, namun untuk yang satu ini aku lebih memilih untuk menolak. Erick dan Mas Vincent saja sampai saat ini masih belum aku beri kesempatan untuk itu, apalagi Charlie. Lalu suatu malam job menyanyiku selesai lebih awal, Charlie datang menemuiku. "Hai, penyanyi kesayangan Charlie," sapanya riang. Seperti biasanya penampilan Charlie tidak pernah gagal, selalu memesona. "Hahaha. Hai, Charlie. Masih di sini?" sahutku sembari mengemasi barang-barangku yang tak seberapa. "Masih dong, aku menantimu supaya kita bisa pulang bareng. Boleh kan? Mumpung belum terlalu malam." Lagi-lagi pria itu meminta sambil memasang muka memohon dengan wajah tampannya. "Hehe. Boleh deh, aku juga belum pesan ojol kok. Sekarang saja ya, biar nggak kema
Read more
PREV
1234569
DMCA.com Protection Status