All Chapters of Kill My Husband!: Chapter 41 - Chapter 50
97 Chapters
41. Pernyataan Cinta Si Pembunuh
Darius menyatukan kedua alis ketika Bhanu membisikkan sesuatu di tengah dansanya bersama Raline. “Kau yakin?”“Ya, Tuan.”Raline ikut penasaran. “Ada apa?”Raut wajah Darius terlihat terkejut sekaligus heran. Ia berjalan keluar ballroom diikuti dengan Bhanu dan berhenti di tempat yang sepi. “Bagaimana itu bisa terjadi? Izora dilecehkan oleh Daniel Angkara?”“Saya tidak melihat dari awal. Dari penampilan Nyonya yang berantakan, gaunnya robek dengan bekas cengkeraman di mana-mana lalu saat saya datang, pengawal Nyonya sudah menghajar pria itu habis-habisan.”“Di mana Angkara?”“Sudah dibawa ke rumah sakit.”Bhanu tidak mengatakan jika kondisi pria itu sudah hampir tak terselamatkan. Jika dia terlambat satu detik saja, maka Daniel Angkara benar-benar akan mati.“Lalu Izora?”“Pengawal pribadinya su
Read more
42. Demam Parah
Paginya Izora dibangunkan oleh suara ketukan pintu. Sesaat setelah membuka mata, ia langsung meringis merasakan sengatan hebat pada kakinya dan remuk di sekujur tubuhnya.Ia berdiri dengan bertumpu pada dinding, penglihatannya sedikit buram. Ketika kakinya menyentuh lantai, ia limbung. Susah payah ia berjalan membukakan pintu dalam keadaan yang ia yakin sedang berantakan.Ia menyipitkan mata untuk melihat orang yang sudah membangunkannya pagi-pagi.Ah, Kayman.Lelaki itu membawa semangkuk air dan handuk kecil sambil memasang senyum tipis yang hampir-hampir tidak kelihatan. Sorot matanya sama seperti kemarin malam. Dalam dan penuh binar cinta.“Kompres lukamu.”Kepala Izora terlalu pening untuk menerima mangkuk yang menguap itu—isinya pasti air hangat. Ia mundur dan membiarkan Bandit masuk.Izora terhuyung menuju ranjang, duduk di tepi tempat tidur dan menunggu Bandit yang meletakkan mangkuk di atas nakas dan membasah
Read more
43. Kau Mencintai Nyonya.
Sedetik setelah mendengar pintu yang tergesek dengan lantai, Bandit langsung menegakkan tubuh secepat kilat. Terlambat satu detik saja akan berbahaya.Darius melesat masuk dan menatap tidak suka pada Izora yang terbaring masih memejamkan mata. “Apa ini?” Ia lalu beralih kepada Bandit. “Siapa yang menyuruhmu membawanya ke rumah sakit?”Bandit menegang. Bukan karena takut, tapi karena menyadari dia bisa saja langsung menerjang Darius dengan brutal. Amarahnya menggulung naik tanpa kendali. “Dia tidak boleh berada di sini. Bhanu, bawa dia pulang.”Saat itu mata Bandit memancarkan api. Ketika Bhanu mencabut infus di tangan Izora ia hampir meledak. Bhanu sudah bersiap mengangkat Izora ketika Bandit mencengkeram lengannya sambil menggertakkan gigi.“Jangan.”Darius mengernyit heran. “Bawa dia, Bhanu.”Bhanu melepaskan tangan Bandit. Untuk sesaat merek
Read more
44. Memaksa Bercinta
“Dia sudah bangun?” Darius melepaskan kancing pada lengan kemejanya. Dia tatap pintu kamarnya yang tertutup rapat.“Sudah, Tuan. Nyonya bangun tadi siang dan memaksa kembali ke kamarnya," lapor salah satu“Bagaimana keadaannya?”“Nyonya masih demam tinggi saat bangun tadi."Darius menyeringai. “Kalian tak memberikannya apa pun, kan? Dia tidak meminta air dan obat?”“Tidak.”Tahu-tahu Darius terkekeh. “Sifat angkuhnya itu masih bertahan rupanya. Aku ingin lihat sampai kapan dia bisa bertahan tanpa diriku.”Ini sudah malam. Wanita itu bertahan lebih lama dari yang dia duga.Darius tak suka saat Izora sakit dan sama sekali tak meminta bantuannya. Ia mengatasinya sendiri dan bahkan tak meminta pelayan merawatnya. Ia sembuh dengan sendirinya tanpa bantuan siapa pun di rumah ini.Kali ini Darius ingin tahu bagaimana cara Izora menyembuhkan dirinya sendiri.
Read more
45. Penyamaran yang Terbongkar
Borgol Bandit sudah dilepas dan ia langsung dibebaskan begitu saja. Bukan untuk kembali ke gudang. Ia tak mengerti mengapa ia kembali diterima bekerja di kediaman Farzan.“Kembalilah dulu. Aku akan mengurus dokumen pembebasanmu.”Sejak tadi, kerutan di kening Bhanu tidak pernah luntur. Dalam kepalanya, ia bertanya-tanya mengapa tiba-tiba Tuan membebaskan Kayman dan menyuruhnya kembali bekerja.“Bapak membebaskan dia?”Seorang petugas lain datang ke meja Pak Randy untuk mengantarkan dokumen. Dilihatnya punggung Bandit semakin menjauh.“Iya. Tuntutannya dicabut dan korban ingin menyelesaikan masalah secara baik-baik.”“Kali ini siapa korbannya?” Petugas yang tampak lebih muda itu tampak menimbang-nimbang sesuatu.Pak Randy mengangkat wajah dari dokumennya. “Kenapa kau penasaran begitu?”“Aku seperti mengenalnya.” Petugas bertanda nama Aryo itu memiringk
Read more
46. Di Mana Pengawalku?!
Satu.Bhanu tertohok keras. Ia membungkuk memegangi perutnya. Tonjokan telak itu seperti menembus semua organ-organ dalamnya.Satu detik yang lalu, Bandit meletakkan kembali pisau itu ke dalam saku jasnya. Dia tidak pernah membunuh orang-orang yang tidak bersalah apalagi yang bukan targetnya.Itu menyalahi prinsipnya.Sekalipun seorang pembunuh dan penjahat bayaran, Bandit tidak ingin menjadi monster seutuhnya. Dia bisa saja membunuh siapa pun yang mengganggunya karena dia mampu melakukannya, tapi setelah itu tak ada lagi yang tersisa dalam hatinya.Seperti saat ini, saat ia menyingkirkan bayangan Izora dan membiarkan Bhanu terus hidup. “Aku sendiri yang melakukannya. Tak ada yang menyuruhku.”Bhanu masih terbatuk. Sungguh ia tak menyangka akan mendapat pukulan sekuat itu, seolah perutnya baru saja dilemparkan batu puluhan kilogram. Ia bahkan hampir merasa jantungnya akan lepas.Dari mana kekuatan itu datang?
Read more
47. Bertemu Kembali
Raline memandang seluruh area kamar tamu yang disiapkan untuknya. Tidak buruk. Luas walaupun tidak banyak perabot. Hanya ada lemari pakaian besar transparan, ranjang berukuran besar dan sofa panjang yang nyaman. Gordennya terlihat mewah dan jendela dibaliknya mengarah ke taman. Ini lebih luas dari kamarnya di apartemen.Raline memanfaaatkan peluang ketika apartemennya berantakan karena ulah si penyerang itu dan rasa traumanya yang ia lebih-lebihkan.Ia duduk di tepi ranjang, menghirup udara sambil menatap pemandangan taman dari balik jendela besar. “Cukup lima tahun aku merasa bersalah, Rina. Sekarang biarkan aku membuat Darius bahagia. Aku yang akan ada di sampingnya.”Dengan kata lain, dia akan memiliki Darius, dan jelas Izora bukanlah penghalang yang besar untuknya.Darius bisa membuang wanita itu hanya dengan sedikit drama. Toh, dia hanya dibutuhkan unutk pelampiasan nafsu saja.“Maafkan aku, Izora karena aku akan
Read more
48. Drama Picisan
Bhanu yang kembali ke mobil dengan sebungkus mie ayam yang diinginkan Izora seketika mengernyit saat tak mendapati sang nyonya di mobil. Ia menyusuri tepi jalanan dan area sekitar warung untuk mencari-cari, namun Izora sama sekali tak terlihat. Tasnya ia bawa, hanya tersisa blazer yang tadi digunakannya.Berarti dia pergi dengan sengaja. Bhanu mengambil ponselnya dari saku jas dan bersiap menelepon Darius. Namun, instingnya mengatakan hal yang sebaliknya. Mungkin Nyonya sedang jalan-jalan dan akan segera kembali, pikirnya mencoba untuk naif sesekali. Bhanu menyetel waktu di ponselnya. Jika dalam dua puluh menit sang nyonya belum kembali, barulah Bhanu akan menelepon Darius.***Bandit membawa Izora menyusuri gang demi gang yang sepi setelah sebelumnya membelikan Izora sandal jepit. Bandit memegang tangan Izora dengan erat. Menautkan jari-jemarinya dengan jari-jari kecil Izora.Rasanya sangat aneh.&nb
Read more
49. Penyusup yang Mencumbu
Izora membeku. Suasana di ruang makan itu luar biasa tegang. Napas-napas terkejut dan kasihan mengalun di tengah dapur.“Panggil Bhanu ke sini!”Seorang pelayan yang memakai masker wajah hitam yang retak berlari keluar dengan panik lalu kembali sambil membawa Bhanu. “Bereskan semua kekacauan ini, Bhanu. Aku ingin kau menahan wanita ini di sini. Jangan mencoba kabur dan tunggu hukumanmu!”Darius berbalik untuk menggendong Raline dan membawanya keluar dari dapur. Sementara Izora masih diam di bawah tatapan para pelayan yang meliriknya jijik.“Saya mendengarnya dari pelayan,” ucap Bhanu. Izora tak menemukan sorot menyalahkan dari matanya.Izora mendengus dingin. “Lalu?”“Apa pun alasan Anda melakukannya, tetaplah berada di kamar sampai Tuan pulang.”“Aku memang tidak berniat untuk kabur.” Izora melenggang tak acuh melewati Bhanu dan deretan pelayan yang
Read more
50. (Tidak) Terkecoh dengan Mudah
“Orang yang bahkan bisa membunuh ayahnya dan memperkosa adiknya tidak pantas Anda percayai.” Izora tertegun. “Apa?” Bhanu menatapnya datar. “Saya sudah bilang untuk berhati-hati padanya.” “Tunggu, dari mana kau tahu itu?” Karena bahkan Ronald tak mampu melacak masa lalu lelaki itu. Izora hanya tahu lelaki itu dipenjara karena pembunuhan. Sama sekali tidak tahu jika yang ia bunuh adalah ayahnya sendiri. Bandit tak pernah menyinggung soal itu. Memperkosa adik? Izora menahan napas. “Dari sumber yang sangat terpercaya.”  Sejak mengetahui identitas Bandit, tak sedikit pun Bhanu mengalihkan perhatian dari pria itu. Ia kembali ke kantor polisi dan mencari informasi sebanyak mungkin. Yang didapatnya lebih dari yang ia harapkan. Semua tentang lelaki itu dikupas habis oleh polisi yang menanganinya dulu. “Dia menyelinap untuk menggoda Anda. Itu sangat berbahaya, Nyonya. Anda pasti tahu itu.” I
Read more
PREV
1
...
34567
...
10
DMCA.com Protection Status