All Chapters of Cinta Untuk Suami: Chapter 21 - Chapter 30
41 Chapters
Bab 21
Sambil menunggunya siap dengan gosok giginya, aku duduk santai sambil menyender di kepala ranjang. Mengambil bantal dan meletakkannya di atas pahaku. Aku sedikit menengadah, menatap lurus melihat jam yang tertempel di dinding. Jam sembilan lewat. Ini belum jadwalnya aku untuk tidur, masih terlalu cepat. Satu-satunya alasan kenapa aku sudah stan bye di tempat tidur, karena dia mengingat ucapanku tadi sebelum makan. Ada suatu hal yang ingin sekali di omongin olehnya. Jadi ya beginilah akhirnya.Aku mencoba menenangkan diri agar tidak syok dengan yang akan di katakan olehnya nanti. Eh tunggu! Mungkin saja dia mau membahas soal pernikahan kami yang berjalan sangat buruk ini. Hahhahaa, aku akan sangat bersyukur kalau dia mengajakku untuk mengangkhiri hubungan ini. Karena sepertinya dia sangat tidak suka melihatku dekat dengannya, hanya mengajaknya bicara saja dia menatapku penuh dengan tatapan tajam yang menusuk. Walaupun aku sem
Read more
Bab 22
Aku duduk sambil mengaduk-aduk makanan yang jadi sarapan pagiku ini. Ku gigit bibir bawahku, upaya menghilangkan rasa grogi yang sedari tadi datang menyerbu. Gara-gara perlakuan anehnya tadi malam, aku jadi terus-terusan berfikiran yang aneh mengenai dirinya. Perlahan ku dongakkan kepalaku dan melihat ke arah depan, tepat di mana Om Aska tengah duduk sambil menyantap sarapan paginya. Sesekali dia bergumam pelan menikmati masakan yang di buat oleh Bi Inah tadi. Sepertinya suasana hatinya tengah bahagia, bisa di lihat dari ujung bibirnya yang tertarik ke atas beberapa kali. Ah, dia tampak sangat imut kalau begitu. Tapi, bisa tidak dia menyingkirkan janggutnya yang mulai tampak memanjang itu. Dia jadi benar-benar tampak seperti orang yang sudah tua.Dia menghentikan aktifitasnya lalu melihat ke arahku. Ya Tuhan, dia tahu tidak ya kalau sedari tadi aku terus memperhatikannya.Aku segera menunduk kembali, rasanya aku malu sekali. Wajahku terasa mem
Read more
Bab 23
"Non mau kemana?" tanya Bi Inah begitu melihatku melewati yang tengah membersihkan ruang TV.Aku berhenti dan menoleh pada Bi Inah, tidak lupa tersenyum manis. "Mau keluar bentar bareng temen bi," jawabku."Ooooo." Bi Inah mengangguk. "Hati-hati ya no!""Iya Bi." Aku baru saja akan duduk di di sofa dekat ruang tamu, tiba-tiba saja HP ku berdeing. Ada panggilan masuk lagi.Setelah ku lihat ternyata itu dari Dion. "Dion, udah sampe mana?" tanyaku begitu panggilan tersambung. "Yara, maaf banget ya!" ucapnya tiba-tiba. Aku mengerutkan dahiku, tidak mengerti maksudnya kenapa tiba-tiba meminta maaf padaku."Maaf untuk apa?" tanyaku yang memang sudah penasaran."Kita gak bisa jadi jalan, aku tiba-tiba aja ada acara keluarga di kampung," jawabnya pelan, takut membuatku marah mungkin. Aku menghela nafas pelan, aku menunduk sedikit, padahal aku sudah rapi-rapi begini. Yah, gak jadi pergi. "Yaudah gak apa, lain ka
Read more
Bab 24
Aku bersandar pada tubuh Ayana yang sedang tidur tengkurap, menjadikan pinggangnya sebagai sandaran kepalaku. Sudah hampir kurang lebih setengah jam kami dalam posisi seperti ini. Aku melirik singkat padanya, dia tampak sedang fokus menonton film kesukaannya di laptop milikku. "Kamu gak pegel apa Ya aku kayak gini dari tadi?" tanyaku kemudian. Dia menge pause film yang sedang ia tonton lalu mengangkat sedikit kepalanya, menatap susah ke arahku. "Enggak, udah sering juga kayak gini," jawabnya kemudian sudah kembali fokus dengan filmnya. Menjadikan tangannya sebagai sandaran dagu nya agar tidak langsung terkena ke lantai."Sering gimana maksudnya?" tanyaku lagi, banyak tanya banget ya aku. Bosen sih, dia juga gak bisa di ajak ngomong karena sibuk dengan hiburannya sendiri."Bang Aska juga sering gini ke aku waktu di rumah dulu," ujarnya tanpa meboleh kepadaku lagi. Aku diam sebentar, memahami maksud dari kata yang keluar dari mulut
Read more
Bab 25
Suasana makan malam yang biasanya hanya sunyi di tambah senyap, karena memang Om Aska yang jarang pulang cepat dari kantornya kini menjadi riuh. Siapa lagi penyebab ke hebohan ini kalau bukan adik dari Om Aska, Ayana. Dari awal makan sampai selesai, dia tidak henti-hentinya mengoceh. Ada saja yang di omonginnya. Ku pikir hanya aku orang yang tidak bisa diam dalam kondisi apapun, ternyata masih ada yang spesies denganku, tapi dia lebih jauh sedikit di atasku."Haduh kenyang banget," pekik Ayana sambil menepuk-nepuk perutnya. Bagaimana dia tidak kekenyangan sampai seperti itu, dia makan entah berapa piring tadi. Ku rasa lambungnya terbuat dari karet kali ya?Wajah manisnya tidak henti-hentinya menunjukkan senyuman lebar miliknya. Cih, andai saja Om Aska juga sering tersenyum seperti itu. Nyatanya itu hanyalah andai-andaian ku saja yang tidak akan mungkin jadi kenyataan."Besok-besok aku main lagi kemari deh, masakannya bi Inah lebih enak dari pada mas
Read more
Bab 26
Aku memalingkan wajahku ketika dia melihat ke arahku. Menyebalkan sekali rasanya melihat wajah datar tanpa dosa miliknya itu. Helaan nafas kasar yang keluar dari mulutnya terdengar sangat jelas. Bagaimana tidak, sekarang dia sudah berdiri sambil melipat tangan tepat di depanku. "Aku sudah minta maaf padamu tadi. Jadi kau tidak ada hak terus-terusan marah padaku!" tuturnya dengan jelas dan cepat. Tidak lupa ada nada angkuh di sana.What? Bagaimana bisa dia berkata enteng seperti itu padaku. Sungguh manusia tak tahu diri.***Flash Back"Kau kenapa sangat suka mempermainkanku sih? Hiks." Aku tidak tahu hal apa yang mendorong ku sampai akhirnya aku tiba-tiba terisak seperti ini.Dia semakin menatap tajam padaku. "Apa maksudmu?" dia balik bertanya padaku."Kenapa kau bertingkah seolah-olah kita ini memang benar-benar pasangan suami istri? Kau tahu? Itu membuatku merasa sakit tahu?" tidak tahan dengan emosi ku, aku berte
Read more
Bab 27
Sedikit lagi, hanya butuh pergerakan pelan yang tidak berarti sudah kupastikan hidung kami bersentuhan. Membuat jantungku semakin bertabuh begitu kencangnya. Ini gila. Aku kembali merasakan perasaan aneh yang belakangan ini sering kali mengangguku. Mungkinkah aku jatuh cinta lagi?Glek. Rasanya begitu susah hanya untuk sekedar menelan ludah ku sendiri. "Kau kenapa sih?" Aku bergerak mundur sebisaku. Membawa kakiku ikut naik ke atas ranjang, lalu meringsek ke belakang. Yeah, aku berhasil. Kekehan pelan yang keluar dari mulutnya seakan terdengar begitu nyaring di telingaku. Dia menertawaiku. Tidak ada yang lucu padahal.Dia berjalan memutar ke arah bagian tempat tidur lainnya, lalu tanpa berkata apapun dia menjatuhkan tubuhnya di sana. Dengan tangan dan kaki yag terentang lebar, menyerupai bintang laut."Hah aku senang sekali hari ini," jawabnya. Jawaban yang sangat tidak ada sangkut pautnya dengan pertanyaanku tadi. Aneh.
Read more
Bab 28
(Bab 28)Aku memutar-mutar singkat di depan cermin. Memastikan bahwa pakaian yang ku pakai benar-benar cocok untuk menyambut kedatangan kedua mertuaku yang akan segera datang ke sini. Setelah ku pastikan tidak ada cela sedikitpun di wajahku, akhirnya aku memutuskan untuk segera pergi dari kamar.Ku periksa lagi HP ku, melihat apakah ada balasan dari Om Aska. Nyatanya tidak ada. Dasar dia itu, sebenarnya dia ada niatan untuk pulang cepat dari kantor atau tidak sih? Ini kan orangtuanya, seharusnya dia yang menjamu mereka nanti. Hah, semoga saja tante Dela dan Om David datangnya agak lamaan.Aku berlari ke lantai bawah begitu mendengar suara bel di pencet. Sedikit tergesa-gesa karena suara belnya tidak mau berhenti. Mungkinkah itu tante Dela dan om David, aku sedikit meragukan tebakanku. Mana mungkin mereka bersikap kekanak-kanakan dengan tidak sabaran seperti itu.Aku sudah hampir sampai, bisa ku lih
Read more
Bab 29
(Bab 29)Helaan nafas keluar mulus dari mulut kami berdua. Aku dan dia melangkah pelan menuju ruang tamu, tempat dimana tante Dela dan om Devan sudah duduk rapi di sana. Mereka duduk membelakangi kami. Jadi kurasa mereka tidak sadar atas kedatangan kami yang menyusul mereka."Hey!" bisik Om Aska pelan tepat di telingaku. Aku menoleh padanya, memasang wajah jengkel. Bagaimana tidak, tangannya yang nakal ini masih bertengger manis di pinggangku, tanpa seizinku lagi."Apa?" tanyaku pelan.Dia menghentikan langkahnya, membuat langkahku juga ikut terhenti. Lalu menatap tajam padaku. "Jangan tunjukan sikap tidak tahu malumu itu di depan orang tuaku. Dan lagi jangan memanggilku dengan panggilan yang terdengar tua itu!" titahnya.Mulutku menganga lebar, memberikan efek aneh pada wajahku. Sungguh aku tidak habis pikir dengannya. Ya, mungkin aku akan setuju dengan permintaan agar aku bersikap seolah-olah aku ini memanglah istri cantik nan baik h
Read more
Bab 30
Bab 30Tanpa pikir panjang aku menjatuhkan dengan kasar tubuhku ke atas tempat tidur ternyamanku. Mengerjap beberapa kali karena silaunya lampu kamar yang menerjang mataku.Meregangkan seluruh otot-otot tubuhku yang serasa ingin lepas dari sendi nya. Beberapa kali tulang-tulangku berbunyi pelan efek peregangan yang ku lakukan.Tidak ada hal lain yang ku lakukan setelah ini. Tadi aku juga sudah melakukan ritual gosok gigi dan membersihkan tubuh bagian atas dan bawahku. Ku lirik sekilas ke arah pintu yang berderit pelan, tanda pintu tengah di buka oleh seseorang. Dan siapa lagi pelaku pembuka pintu kalau bukan pria tua yang wajahnya sudah berevolusi menjadi wajah tampan milik anak muda. Kedua ujung bibirnya terangakat ke atas, membuat senyuman manis yang tersirat ke jahilan di dalamnya. Aku tidak mengubah posisi tidurku saat dia mendekat padaku, duduk di bagian tempat tidur yang selalu ia tempati."Senyum! Jangan cembe
Read more
PREV
12345
DMCA.com Protection Status