All Chapters of SUAMIKU SUAMIMU: Chapter 11 - Chapter 20
78 Chapters
Bertemu Pram
Pagi itu Lidya terbangun kesiangan karena tidak bisa tidur semalam. Saat terbangun, Pram sudah tidak ada di sebelahnya. Ia langsung berdiri dan keluar kamar setelah melihat Lea masih tidur pulas di atas kasur. Jam di dinding menunjuk pukul 06.30 pagi.Azzam dan Azizah sudah siap untuk berangkat ke sekolah dengan memakai seragam sekolah dan membawa tas masing-masing. Pram juga sudah terlihat rapi, bersiap untuk mengantar mereka berdua sekolah sebelum pergi mengojek.“Sayang ... maaf aku bangun kesiangan. Bagaimana dengan sarapannya?” ucap Lidya saat melihat Pram memakai jaket.“Nggak papa. Aku dan anak-anak akan membeli sarapan di jalan nanti. Tidurlah lagi kalau kamu masih mengantuk.” Pram sudah selesai bersiap-siap, “Azzam, Azizah. Ayo berangkat. Pamit dulu sama Mama.” Azzam dan Azizah berpamitan pada Lidya dengan mencium tangannya. Lalu berjalan keluar rumah mengikuti Pram yang akan mengantarkan mereka berangkat
Read more
Pembuktian
“Aku harus menemui Lidya sekarang juga. Apakah ia tahu tentang masalah ini? Bisa saja ia dibohongi oleh suaminya selama ini. Apa yang akan dilakukannya setelah tahu nanti? Atau jangan-jangan ia sudah tahu sejak awal dan memang menyetujuinya. Kalau memang begitu berarti aku tidak bisa melakukan apa-apa lagi. Yang penting aku sudah berusaha,” pikir Sofia sepanjang perjalanan.Begitu tiba, Sofia memarkir motor di depan pagar rumah Lidya. Ia segera berjalan masuk dan mengetuk pintu sembari mengucapkan salam cukup keras begitu di depan pintu. Setelah dua kali ketukan terdengar jawaban dari dalam rumah.“Mbak Sofia,” sapa Lidya begitu membuka pintu, “Mari masuk. Ada apa?”“Maaf Mbak, kalau aku mengganggu. Ada hal penting yang ingin kutanyakan,” ucap Sofia buru-buru. Rasanya sudah tidak sabar mengutarakan segala macam pertanyaan yang terus berputar dalam kepalanya sejak tadi.“Mari masuk dulu, Mbak. Kita bica
Read more
Tersadar
Setelah menidurkan Lea di kasur, Lidya berganti daster terlebih dulu sebelum pergi ke kamar Azzam dan Azizah. Kedua anak itu sedang duduk menonton televisi di kamarnya saat ia masuk. Keduanya sudah tidak memakai seragam sekolah, berganti dengan baju santai di rumah.Dipandanginya Azizah setelah duduk di dekatnya. Gadis kecil itu segera menyandarkan diri di tubuhnya saat menyadari kedatangannya. Lidya berganti memandang Azzam yang tampak fokus menatap layar televisi. Ditariknya nafas dalam untuk menenangkan diri, lalu tersenyum tipis untuk menutupi kegundahan hati.“Tumben hari ini kalian pulang cepat. Tadi di sekolah belajar apa saja?” tanya Lidya berbasa-basi.Azizah hanya terdiam dan menoleh pada kakaknya, Azzam.“Hari ini di sekolah ada rapat guru, Ma. Jadi kami dipulangkan lebih awal,” jawab Azzam sigap.“Tadi mama bertemu dengan Tante Sofia. Kalian tahu kan wanita yang baru pindah di samping rumah kita? Katanya ta
Read more
Penyelesaian Masalah
Setelah berhasil menenangkan diri dan menghapus jejak air mata di wajah, Lidya bergegas mendatangi Azzam dan Azizah. Kedua anak itu sedang sibuk menghitung uang yang mereka dapat sebelum dimasukkan ke saku masing-masing.“Azzam, Azizah ...,” panggil Lidya pelan.Azzam dan Azizah sangat kaget mendengar panggilan ibunya, langsung menyembunyikan gelas plastik dibalik punggung kecil mereka.“A-apa yang kalian lakukan di sini ... K-kalian tidak sekolah?” tanya Lidya dengan terbata-bata. Ia berusaha keras menahan air mata yang mendesak keluar. Matanya bahkan sudah berembun sekarang. Ia segera berpaling untuk mengusap sudut mata dengan ujung jari.“M-mama ...” desis Azzam. Matanya terbelalak dengan mulut terbuka selama beberapa detik.Lidya tersenyum lembut, lalu berjalan mendekat dan duduk di samping Azizah yang selonjor di tepi trotoar.“Zizah sedang apa di sini? Kenapa tidak sekolah?” tanya Lidya l
Read more
Usaha Bersama
Tanpa menunggu lama, terdengar ucapan salam dan pintu di ketuk dari depan rumah Sofia. Ia segera berdiri dan membuka pintu untuk menyambut kedatangan Lidya. Wanita berpipi dekik itu terlihat menggendong Lea menggunakan daster yang warnanya mulai pudar.“Silakan masuk, Mbak,” sambut Sofia ramah.“Mbak, jelaskan padaku tentang idemu tadi,” ucap Lidya tak sabar begitu mereka berdua duduk di ruang tamu. Ia bahkan menolak saat Sofia menawarinya minum karena penasaran dan ingin mendengarkan penjelasannya segera.“Sebenarnya aku ingin memulai lagi usaha brownis, Mbak. Dulu aku sempat berjualan dan menerima pesanan brownis. Namun, terpaksa berhenti karena pindah rumah. Padahal usahaku mulai berkembang dan mulai banyak pelanggan waktu itu. Jadi aku berencana untuk mengajakmu bekerja sama untuk memulai lagi usaha brownis ini. Karena kamu sudah lama tinggal di lingkungan ini pasti sudah kenal dengan warga sekitar sini. Nanti kita rencanakan be
Read more
Cemburu Buta
“Mbak ... Mbak Lidya,” panggil Sofia sambil menepuk bahu Lidya yang baru saja roboh di lantai. Diangkatnya kepala Lidya ke pangkuan lalu kembali memanggil namanya sambil menggoyangkan badannya pelan. “Mbak ... Mbak Lidya ... Mbak ....” Tetap tidak ada respons dari Lidya. Wanita berpipi dekik itu bergeming meskipun Sofia memanggilnya lebih keras kali ini. “Sepertinya dia pingsan, apa yang harus kulakukan sekarang?” gumam Sofia kebingungan. Akhirnya ia memutuskan untuk memindahkan Lidya ke tempat nyaman terlebih dulu. Dengan susah payah, Sofia memapah Lidya ke kamar dan merebahkannya di atas kasur sampai ia kehabisan nafas karena lelah. Dicobanya untuk menyadarkan Lidya lagi dengan menggoyangkan badan lebih keras sembari memanggil namanya, tapi tetap tidak ada respons. Akhirnya Sofia memutuskan untuk menghubungi Pram melalui ponsel Lidya yang diletakkan di atas kulkas. Namun tidak ada jawaban meskipun ia sudah meneleponnya berkali-kali.
Read more
Pertengkaran Hebat
Setelah melihat Fuad melangkah pergi, Pram segera memegang lengan Lidya dan menyeretnya masuk ke dalam. Dibantingnya pintu dengan kasar sehingga pintu kayu jati itu bergetar cukup keras dan menimbulkan suara yang berisik.“SIAPA LAKI-LAKI ITU? KENAPA DIA MEMEGANGMU TADI!” bentak Pram dengan nafas menderu.“Dia Mas Fuad, suami Mbak Sofia. Tetangga sebelah.” Lidya melepaskan lengannya dari cengkeraman kasar Pram, hingga menimbulkan bekas kemerahan di kulitnya yang kuning.“Fuad?” Pram mengernyitkan dahi, mencoba berpikir keras. Nama dan wajah itu seperti tidak asing baginya.“Dia mantan tunanganku dulu, yang kutinggalkan saat malam tunangan karena aku memilih kabur bersamamu,” kata Lidya pelan.“APA!” teriak Pram.Lidya berjingkat kaget mendengar Pram tiba-tiba berteriak padanya setelah terdiam cukup lama“Jadi selama ini kamu bekerja padanya. Bagus, memanfaatkan kesempat
Read more
Rumah Sakit Lagi
Pram bergegas masuk ke rumah tanpa mengatakan apa pun. Ia menuju dapur sambil menoleh ke belakang lalu menatap Sofia. Memberikan isyarat padanya agar mengikutinya.Sofia mengangguk dan bergegas mengikuti Pram menuju ke dapur dengan tergesa-gesa hingga menabrak kursi makan cukup keras. Tak dihiraukannya kursi yang terpelanting jatuh akibat tabrakannya. Ia tetap meneruskan langkah mengikuti Pram yang sudah tiba di dapur terlebih dulu. Lelaki itu sedang berjongkok dan memegang Lidya yang tergeletak di lantai dengan wajah penuh luka saat ia sampai di dapur.Melihat pemandangan yang tersaji di depannya membuat Sofia terenyak kaget. Ia mematung selama beberapa detik sebelum tersadar dan segera berlari menghambur ke tempat Lidya berbaring.“Mbak Lidya!” pekik Sofia menghambur ke arah Lidya yang kepalanya kini dipangku Pram.“Sayang, bangunlah. Kumohon buka matamu. Aku minta maaf karena sudah memukulimu.” Pram masih belum menyerah, mencoba
Read more
Kepergian Pram
Pram langsung menghentikan langkah mendengar ucapan Fuad. Ia berbalik dan berjalan dengan cepat mendatangi Fuad yang duduk di kursi pengunjung di halaman UGD.“Tawaran apa?” tanya Pram dengan antusias.“Kamu tidak harus menyerahkan diri ke kantor polisi tapi ada syaratnya ....”“Apa syaratnya?”“Pergilah sejauh mungkin dari hidup Lidya, jangan pernah mendatanginya lagi. Urus perceraian kalian secepatnya.”Pram terdiam cukup lama, memikirkan tawaran Fuad. Sebenarnya ia sudah menalak Lidya saat memukulinya tadi, secara agama ia sudah bukan suaminya lagi. Namun secara hukum ia mereka masih berstatus sebagai suami istri. Hanya tinggal mengurus perpisahan mereka di pengadilan agama setelah itu mereka berdua resmi bercerai baik secara agama dan secara hukum.“Baiklah, aku akan pergi sejauh mungkin dari hidup Lidya. Akan kuurus secepatnya perceraian kami,” bisik Pram lemah.“P
Read more
Perceraian
Tidak terasa hampir sebulan berlalu semenjak Lidya pulang dari rumah sakit. Pram tidak pernah muncul di depan Lidya ataupun menghubunginya sejak kepergiannya hari itu. Kabar darinya juga tidak pernah terdengar sama sekali.Semenjak percakapannya dengan Fuad terakhir kali, Lidya tidak pernah membahas atau membicarakan tentang Pram lagi. Meskipun ia masih terus bertanya-tanya dalam hati, ke mana lelaki itu pergi juga alasan kepergiannya. Apakah ia pergi karena permintaan Fuad atau karena keinginannya sendiri. Ia terus memikirkannya setiap malam, saat hendak tidur.Saat malam menyapa dan semua sudah tertidur, Lidya tidak bisa memejamkan mata. Pikirannya terus mengembara merindukan sosok ayah dari anak-anaknya. Hati kecilnya tidak bisa dibohongi kalau ia mengkhawatirkannya sehingga tanpa sadar ia terus menghubungi nomornya berharap lelaki itu akan mengangkatnya. Namun, teleponnya tidak pernah diangkat meskipun masih tersambung.“Apakah ia benar-benar serius me
Read more
PREV
123456
...
8
DMCA.com Protection Status