Semua Bab Merebut Suamiku Dari Kekasihnya: Bab 51 - Bab 60
72 Bab
Lima Puluh Satu
Alika terkesiap saat melihat Dimas tertidur di sampingnya. Ia pun langsung syok saat melihat tubuhnya penuh dengan tanda merah juga tak berpakaian sehelai pun. Sama halnya dengan Dimas. Pria itu masih tertidur nyenyak setelah semalaman memadu kasih dengan Alika.Alika langsung beranjak ke kamar mandi dan mengambil beberapa baju untuk di pakainya. Ia menatap diri di cermin, lalu menutup wajah membayangkan apa yang ia lakukan dengan Dimas malam tadi.Seingatnya, semalam ia memang mencoba alkohol. Akan tetapi, tidak merasa banyak.“Shit! Kenapa bisa aku bersama Dimas.”Alika mengguyur sekujur tubuhnya, ia merasa sakit di bagian kemaluannya. Sepertinya mereka melakukannya berulang kali hingga terasa nyeri sekujur tubuh. Alika kembali berpikir bagaimana bisa ia tidur dengan Dimas?Alika ke luar kamar mandi, Dimas sudah bangun dan masih merasa pusing. Ia baru saja mengambil baju dan akan memakainya.“Pakai bajumu, aku enggak suka melihat pria dengan tak memakai baju,” ujar Alika.“Tolong am
Baca selengkapnya
Lima Puluh Dua
Banyak pekerjaan hari ini membuat Bastian tak fokus pada sang istri. Sandrina kali ini terkena Omelan karena datang terlambat. HRD pun mengingatkan memang dirinya sudah mengajukan pengunduran diri, tapi tidak harus datang telat. “Apes kamu?” tanya Lastri. “Ya, memang salah aku, sih. Terima aja.”Sandrina sebenarnya marah pada Bastian yang telah membuatnya telat. Akan tetapi, ia tak bisa langsung mengatakan kalau yang membuat dirinya telat datang karena ulah bos besar di kantor itu. Pesan masuk dari Sandrina pun belum juga di bacanya, karena Bastian banyak menunda pekerjaan jadi ia terlalu sibuk. Bastian terlihat ke luar ruangan, Sandrina ingin menyapanya, tapi pria itu melangkah sangat cepat bersama dengan Agam. Malam tadi Bastian mengatakan akan ada urusan bersama dengan sahabat lamanya. Sandrina kembali duduk dan menatap punggung sang suami dari kejauhan. Sebuah notip pesan membuat Sandrina tersenyum lagi.Mas Bastian : Maaf aku sibuk, Sayang. Insyaallah malam aku peluk kamu. Ak
Baca selengkapnya
Lima Puluh Tiga
Terpaksa hanya Ferdi dan Anita yang datang ke rumah sakit untuk melihat kondisi Bastian. Sementara, sang ibu menunggu Sandrina yang tergolek lemah dan tidak mungkin untuk datang ke tempat itu melihat kondisi sang suami.Sampai di ruang UDG, Dokter langsung menemui Ferdi. Luka yang dialami Bastian tidak terlalu parah, hanya benturan di kepala yang membuat Bastian mengalami pendarahan. Sementara, Alika pun hanya mengalami luka ringan dan syok.Anita dan Ferdi menemui Alika yang sudah sadar. Ia berada di ruang inap di temani oleh sang ibu. Namun, wanita tua itu tidak lama dan langsung pulang sesaat Anita dan Ferdi datang.Sementara, Bastian belum sadar sampai sekarang. Kata Dokter, jika dalam beberapa jam tidak sadar, ada kemungkinan Bastian mengalami koma.“Kenapa kamu bisa bersama Bastian?” tanya Ferdi menyelidik.Alika membuang muka, entah kenapa dirinya harus di persalahkan saat ini. Ia benci tatapan Ferdi dan Anita seolah-olah menyaksikan dirinya atas kejadian yang menimpa mereka.“
Baca selengkapnya
Lima Puluh Empat
“Mana Alika, bagaimana kondisinya?” Suara Bastian terdengar hingga ke telinga Alika yang menguping di ambang pintu.Alika menerobos pintu dan berhasil masuk. Ia menghampiri Bastian, menatap sang kekasih yang ternyata mencarinya. Ia sedikit bingung, apalagi sebelum kejadian itu mereka bertengkar, Bastian meminta untuk berpisah darinya akan tetapi, kenal bisa kini malah mencari dirinya.“Sayang, ini aku. Aku baik-baik saja,” ujar Alika.Sandrina tak bisa menerima hal itu, ia menarik Alika dari hadapan Bastian. Tidak rela sang suami kini bersama dengan wanita lain, padahal sebelum pergi ia berjanji akan memutuskan hubungan dengan Alika.“Bu, siapa dia, katakan jangan mendekati Alika. Dia kasar sekali,” ujar Bastian.“Aku istri kamu Mas, kamu bilang mau memutuskan Alika dan memulai semuanya denganku.”“Dia bohong, jangan percaya.” Bantah Alika.Bastian memegangi kepalanya, ia berteriak kesakitan hingga membuat Dokter meminta mereka semua ke luar. Bastian mengerang karena mencoba mengingat
Baca selengkapnya
Lima Puluh Lima
Ferdi kembali memeluk tubuh sang istri. Seolah-olah ia tak mau beranjak dari tempat tidur dan melakukan aktivitas lain. “Anita, Ferdi, kalian tak mau makan malam?” Sang ibu mengetuk pintu kamar pengantin baru itu. Anita gegas menjawabnya dan langsung membersihkan diri. Ferdi pun menyusul mandi setelah Anita selesai. Ferdi lupa jika mertuanya meminta mereka turun untuk makan malam, tapi karena terbuai dengan keindahan dari sang istri, ia menjadi lupa diri.“Aku lupa kalau mama menunggu kita makan.” Ferdi sembari memakai kaos baru bilang pada Anita.“Untung sudah selesai,” ujar Anita sembari mengerucutkan bibir.Anita langsung gegas ke luar kamar dan menuju meja makan. Ia merasa tidak enak dengan sang ibu yang menunggunya sejak tadi. Alibi mandi membuat sang ibu mengernyitkan kening melihat rambut basah sang anak. Saat Ferdi datang pun wanita tua itu hanya tersenyum melihat keduanya berambut basah.“Ayo makan, mama sih sudah makan. Tinggal menunggu kalian saja,” ujar sang ibu.Ferdi t
Baca selengkapnya
Lima Puluh Enam
Bastian sudah kembali ke rumah, tapi sang ibu berbohong tentang rumah yang ia tinggali selama ini. Bastian awalnya menolak saat pulang dan melihat Sandrina ada di rumah ibunya. Apalagi harus tinggal bersama dengan orang yang mengaku istrinya itu. “Apa enggak bisa dia tinggal di tempat lain?” Bastian menatap tidak suka pada Sandrina. Sandrina menarik napas panjang, ia merasa seperti kala itu. Saat sang suami belum mencintainya. Tatapan tajam khas Bastian saat belum menerima dirinya menjadi istri. Ia kembali sedih karena harus menerima tatapan seperti itu.“Mas, maafkan saya. Saya itu bekerja di sini, jadi pembantu. Membatu keperluan Ibu, waktu itu aku mengaku istri Mas, karena ibu enggak suka sama Mbak Alika, jadi aku deh di suruh pura-pura biar Mas Bas ingat,” ujar Bastian.“Dia bukan pembantu, tapi asisten ibu di kantor. Untuk sementara dia tinggal di rumah ibu. Apa salah?” tanya sang ibu.“Terserah, aku mau ke kamarku.” Bastian melangkah meninggalkan Sandrina dan ibunya. Sementar
Baca selengkapnya
Lima Puluh Tujuh
Bastian mengantar Alika ke halaman rumah, Bu Hana sudah menyuruh wanita tak tahu malu itu pulang karena sudah malam. Alika begitu manja hingga meminta sang kekasih mengantarnya ke mobil.“Kamu hati-hati,” ujar Bastian.Pria itu berdiri tidak jauh dari Alika, perempuan itu berharap ada ciuman perpisahan. Akan tetapi, ia bingung kenapa bisa Bastian hanya berdiri dan tak menghampirinya. Merasa penasaran, Alika menghampiri dan mencium pipinya.Wajah Bastian tak seperti biasanya, ia merasa aneh saat Alika me ciumnya. Perasannya ingin mendorong tubuh itu menjauh darinya.“Nite, Yang.”“Nite, to.”Alika masih berharap Bastian membalas ciumannya. Akan tetapi, pria itu bergeming di tempatnya. Wajahnya masam, lalu melangkah masuk mobil dan langsung melaju dengan kencang.Bastian terkesiap melihat Alika seperti kesetanan. Sementara, dari balik jendela Sandrina menatap penuh emosi sang suami di cium perempuan iblis. Tangannya mengepal keras dan mencoba menahannya.“Sampai kapan aku harus seperti
Baca selengkapnya
Lima Puluh Delapan
Alika terkejut saat ia turun dari mobilnya, Dimas sudah berdiri di hadapannya. Rasa cemas pun selalu menghampiri saat bertemu dengan pria itu. Alika mencoba menghindar, tapi Dimas mencegahnya.“Aku mau bicara, sebentar saja,” pinta Dimas. “Tidak ada yang harus kita bicarakan lagi,” tutur Alika. Alika berusaha menghindar, tapi Dimas kembali mengejarnya. Pria itu ingin mengatakan sesuatu sebelum ia pergi dari Jakarta. Ia memutuskan bertemu dengan Alika pun karena mendengar cerita Ferdi. Ia merasa hal yang di lakukan wanita itu tidak benar. “Apa tidak sebaiknya kamu berhenti memanfaatkan amnesianya Bastian?” Dimas langsung bertanya perihal kebenaran yang ungkapkan Ferdi. Alika menoleh, ia keberatan dengan apa yang dikatakan Dimas. Ia bukan memanfaatkan, tapi hanya keberuntungan kembali merebut hati kekasihnya. “Alu tidak memanfaatkannya, tapi memang Bastian seharusnya kembali sama aku. Jangan pernah mengatakan aku mengambil kesempatan karena Tuhan tahu kalau aku yang berhak atas Bas
Baca selengkapnya
Lima Puluh Sembilan
Sandrina melihat Seno kesusahan membawa beberapa pesanan. Ia memanggil pria itu dan berniat menantunya. Seno pun menghampiri Sandrina dan meminta tolong memberikan teh hangat untuk Pak Bastian.Wajah Sandrina semringah saat ada kesempatan untuk masuk ke ruangan sang suami. Ia bisa melihat wajah pria itu karena sejak tadi ia tidak melihatnya. Sandrina gegas masuk dan membawakan teh hangat itu.Setelah perintah masuk dari dalam terdengar, Sandrina langsung bergegas masuk dan memberikan teh hangat itu. Bastian mengernyitkan dahi melihat kedatangan Sandrina di ruang kerjanya.“Kamu sedang apa di sini?” tanya Bastian.“Kamu enggak lihat aku sedang memberikan minuman padamu? Kenapa?”“Ini tugas OB, bukan kamu.” Sedikit marah, ia tidak suka jika karyawannya malah bermain di jam yang seharusnya ia bekerja.Sandrina tidak peduli, ia malah tersenyum melihat kemarahan sang suami. Lalu, kembali ke luar walau ia masih ingin melihat pria itu. Sandrina di panggil keruangan marketing untuk membahas p
Baca selengkapnya
Enam Puluh
Alika menggandeng Bastian sepanjang mal, tapi pria itu bersikap dingin. Sampai perempuan itu mulai jenuh dan bosan. Padahal sejak tadi ia aktif berbicara, tapi sang kekasih malah diam saja. Alika mulai jenuh dengan hal itu, memang sejak kecelakaan itu yang diingat adalah dirinya, tapi sikap pria itu angkat berubah.Bastian pun menyadari bagaimana bisa ia merasa aneh dengan Alika. Jalan bersama kekasihnya malah tak ada sedikit pun rasa. Hanya perasaan malas dan entah malah pikirannya tertuju pada Sandrina.Benar saja, ia melihat Sandrina di sebuah restoran bersama tim barunya, marketing juga ada Anjas si pria buaya. Memang tadi Sandrina izin kalau ingin pergi makan sepulang kerja, tapi malah ia ingin mengikuti ke mana wanita itu. Maka dari itu dia mengajak Alika ke mal untuk mencari Sandrina.“Lik, itu tim marketing di kantor aku. Kita ke sana sebentar,” pinta Bastian.Alika mengerucutkan bibir, ia melihat ada Sandrina juga. Tangan perempuan itu menarik Bastian untuk tidak pergi mengha
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
345678
DMCA.com Protection Status