All Chapters of Goodbye School: Chapter 21 - Chapter 30
136 Chapters
Bab 21
“Sayang, aku udah pesenin semua makanan kesukaan kamu,” ucap seorang perempuan dari kejauhan sana. Tampaknya sedang berada di sebuah warung makan. “Oke. Bentar lagi aku akan sampai. Tunggu saja di situ.” Attar menyahut. Dia tengah fokus mengemudi mobil menuju ke tempat janjiannya dengan calon istri. Sania yang mengajaknya. Attar jarang sekali mengajak wanita itu terlebih dulu. Padahal dulu saat mengajak kenalan, Attar sangat antusias. Apapun akan dilakukan demi mendapatkan hati Sania. Kali ini berbeda. Dia bosan dan entah mengapa rasanya ingin menghindari Sania, tetapi tidak bisa. Lelaki itu sudah terlanjur berkenalan dengan orang tua Sania meskipun hanya melalui sambungan telepon dan seperti ada janji untuk menikahi wanita tersebut. “Iya, ini makanannya udah ada yang diantar satu-persatu. Kamu jangan lama-lama, ya? Nanti keburu makanan dingin terus nggak enak, lagi.” Sania berujar. “Sekitar tiga menit lagi aku sampai.” “Oke. Aku tunggu, Sayang.” Attar mematikan sambungan telep
Read more
Bab 22
Ayra memekik ketika wajahnya menabrak dada Rendra. “Suut. Apaan, sih? Jangan berisik.” Rendra menyahut dengan santainya. Dia berhasil mendekap tubuh Ayra dengan posisi tubuhnya yang telentang, sedangkan Ayra berada di atasnya. Rendra mendekap gadis itu dengan begitu erat. “Ren, kamu nggak akan apa-apain aku, ‘kan?” tanyanya terus terang. Ayra merasa jantungnya memompa lebih cepat. Khawatir jika tiba-tiba Rendra melakukan sesuatu yang di luar dugaannya, seperti apa yang Fera ucapkan. “Kamu minta diapa-apain?” Rendra bertanya balik, masih dengan suara santai. “Eng-nggak gitu, Ren!” seru Ayra. Suaranya teredam dada dan lengan Rendra yang membuat wajahnya terbenam. Posisi mereka masih sama. “Ternyata pelukan gini bikin aku nyaman, Ra. Gimana kalau kita nikah aja?” Rendra memejamkan mata. Dia merasakan dua bongkahan benda kenyal berada di atas perutnya. Otak Rendra menjadi ternodai. “Ren, kamu jangan gila.” “Aku udah gila karena kamu, Ra. Bukannya kamu pengin nikah sama aku?” “Tapi
Read more
Bab 23
“Ka-kamu udah bangun?” tanya Ayra terbata. Dia kaget karena tiba-tiba ada Rendra di depan pintu kamar mandi. Mata Rendra fokus pada belahan dada Ayra. Kemudian tatapannya turun ke arah kaki mulus milik gadis itu. “Kamu seksi banget, Ra,” celetuk Rendra dengan polosnya. Dia lalu menaikkan pandangan, menatap wajah Ayra. “Aihh!” Ayra sadar dengan keadaan dirinya. Dia langsung masuk menutup kembali pintu kamar mandi. “Rendra keluar dari sini! Kamu pulang buruan!” teriak Ayra. Dia benar-benar merasa takut jika Rendra sampai kehilangan akal sehatnya. Rupanya kini Ayra terkena karma atas omongan-omongannya yang dulu. “Oke. Aku pulang dulu, ya? Ngomong-ngomong kamu wangi banget, Ra. Jadi pengin tidur sama kamu,” ucap Rendra iseng. Dia menahan senyum jail. Sekarang Rendra memiliki hobi baru, yakni menggoda Ayra. “Rendra! Diam! Keluar sekarang!” seru gadis itu hingga suaranya menggema memenuhi ruang kamar. Bahkan mungkin terdengar sampai luar. *** “Kamu bawa pacar kamu masuk ke kamar? Se
Read more
Bab 24
“P-pak Attar kok nanya gitu?” tanya Ayra dengan suara lemah seiring Attar semakin memajukan wajah dan pandangan lelaki itu menelisik perpotongan lehernya. Ayra juga dibuat bingung atas sikap lelaki di hadapannya, apalagi dengan pertanyaannya. Kaki Ayra bergetar lemas. Dia memundurkan kakinya dengan langkah pendek. Kedua tangannya mulai menutupi leher karena merasa takut. “Pak Attar mau ngapain?” tanyanya lirih. “Diam,” perintah Attar. Dia curiga terhadap Ayra atas apa yang dia lihat di depan mata. Leher Ayra seperti terdapat bekas gigitan manusia? Jangan-jangan Ayra berbohong kalau tidak terjadi apa-apa antara gadis itu dengan kekasihnya? Ayra tetap memundurkan diri hingga punggungnya terpentok dinding. Siapa yang tidak akan menghindar ketika ada seorang lelaki yang terus mendekat tanpa tahu alasan pasti? “Ay, diam!” Attar mencekal tangan Ayra yang menghalangi leher gadis tersebut. Dia menjauhkan kedua tangan Ayra dari leher. Sekarang Ayra tidak dapat melakukan apapun selain pasrah
Read more
Bab 25
Bagi Ayra sudah terbiasa mendapatkan perlakuan baik dan kata-kata yang sedikit sulit dimengerti dari seorang Attar. Dia juga lebih banyak mengabaikannya selama ini. Ayra masih terngiang dengan perkataan Attar tadi malam saat mereka makan bersama dan gadis itu tidak mengindahkan sama sekali. Namun, saat ini tiba-tiba sedikit mengusik dirinya saat dia berjalan menuju ke kelas. “Ayra!” seru seseorang memanggil Ayra dari belakang. Pemilik nama itu menghentikan langkah lalu menoleh. Ternyata itu suara Fera. Ayra pikir temannya itu akan marah. Sekarang bahkan Fera tampak tersenyum berjalan mendekat ke arah Ayra. “Udah baikan?” tanya Fera. Gadis itu tidak tahu kejadian sebenarnya kalau Ayra tidak dapat pergi ke sekolah hanya karena kekurangan tidur. “Iya, udah.” Ayra menyahut pendek. “Kamu nggak kesal sama aku?” lanjutnya bertanya. Kemarin mereka habis ada sedikit adu mulut yang kurang mengenakkan. Fera tersenyum. Dia justru memeluk lengan tangan Ayra agar mereka berjalan bersama. “Nga
Read more
Bab 26
“Kamu ngapain ngomong gitu lagi, sih, Ren?” Ayra menatap Rendra tak suka. Keberatan dengan kalimat yang kekasihnya ucapkan. “Aku kali ini serius, Ra. Dulu kamu pengin, ‘kan? Sekarang aku nggak akan nolak.” Rendra menatap Ayra dengan lekat. Ayra menatap Rendra dan terdiam beberapa detik. Kemudian berucap, “Kamu lama-lama gila, ya?” Ayra hendak pergi meninggalkan Rendra tetapi tangannya diraih dan ditarik hingga ia jatuh ke dalam dekapan lelaki tersebut. “Ren, lepasin!” pekik Ayra. “Aku minta maaf. Kamu jangan marah,” tutur Rendra dengan tulus. Dia membuat Ayra merasa sangat bingung. Sebenarnya lelaki itu kenapa? Dia bergurau atau serius? Kenapa Rendra jadi sedikit berubah dan banyak melantur begitu? “Lepasin aku, Ren. Nanti kalau ada yang lihat, kita bisa habis. Aku nggak mau Pak Attar sampai tahu.” “Aku minta maaf karena ucapanku tadi,” ucapnya membuat Ayra mengangguk pelan. Kemudian Rendra melepaskan rengkuhannya. “Ngomong-ngomong Pak Attar belum nikah?” “Belum.” Ayra menjaw
Read more
Bab 27
Benar, Fera dan Ayra tengah menyaksikan Rendra dan Reti tengah berbisik dan saling menatap mesra. Itu sudah cukup membuat hati Ayra panas bahkan berkobar. Ayra menggertakkan gigi hingga rahangnya mengeras. Dia berjalan menjauhi area parkir sebelum Rendra menyadari keberadaannya. “Ayra, mau ke mana?” Gadis berambut panjang itu tidak mengindahkan suara sahabatnya. Dia ingin menyingkir sejenak dari pandangan lelaki yang baru saja membuat luka hatinya. “Ayra, mau ke mana?” tanya Fera lagi. Dia terus mengikuti ke mana Ayra berjalan. Mereka kini berhenti di sebuah koridor yang sunyi. Suasana hati Ayra menjadi lebih buruk karena pemandangan beberapa detik yang lalu. Otak dan hatinya berperang di balik mulutnya yang terdiam. Dia masih mengabaikan Fera yang berusaha mengajaknya berkomunikasi. “Ayra!” tegas Fera merasa kesal. Dia menarik pundak Ayra agar berhadapan dengannya. Ayra tersadar dari lamunannya. Dia menatap bola mata Fera tetapi masih enggan bersuara. Tak hanya Ayra yang meras
Read more
Bab 28
Begitu melihat foto kekasihnya tengah clubbing bersama gadis lain yang mengenakan pakaian terbuka, Ayra langsung menghubungi Fera. “Udah liat ‘kan fotonya?” sahut Fera dari seberang sana. Langsung menanyakan objek yang menjadi pembicaraan mereka. “Udah. Kamu dapet dari mana?” “Darah salah satu bodyguard aku. Aku menyuruhnya buat buntutin Rendra karena aku liat Rendra keluar dari rumah. Maaf kalau kesannya aku jadi mata-mata. Ini demi kamu.” Seperti yang diketahui, Fera merupakan anak dari orang berada dan memiliki bodyguard. Jadi, bisa menyuruh bodyguard-nya melakukan apapun yang Fera mau. Sejak awal juga Ayra sudah lumayan paham bagaimana Rendra. Ternyata sampai sekarang tidak berubah? Masih menginginkan hal seperti dulu. Bodohnya, Ayra sempat menjadi orang lain demi menarik kembali atensi seorang Rendra. Dia melempar tatapan ke hamparan langit yang mulai menggelap di luar sana. Ayra terdiam sejenak sembari memejamkan mata. “Fer. Udahlah. Kamu nggak usah ikut campur urusanku s
Read more
Bab 29
Ayra menghentikan kunyahannya. Menatap Attar dengan lekat. Jarak di antara mereka begitu dekat. “Pak Attar ... jangan banyak bercanda.” Ayra menyahut pelan. Kemudian gadis itu mulai mengunyah lagi makanan yang berada di dalam rongga mulut. Dia dapat melihat bagaimana reaksi lelaki di depannya yang mengubah ekspresi wajah begitu cepat menjadi datar. Attar segera memundurkan diri dan kembali pada posisi seperti semula. “Kamu makan saja dulu. Aku ada urusan sebentar,” ujar lelaki pemilik kaki jenjang itu lalu pergi dari hadapan Ayra. Attar dibuat hampir kehilangan akal ketika menatap wajah gadis yang masih bersekolah tadi. Oleh karenanya, menghindar adalah opsi terbaik yang dia lakukan daripada harus melakukan hal yang tidak diinginkan terhadap Ayra. “Gadis itu benar-benar bahaya sekarang,” batin Attar sembari mengingat betapa cantik dan menariknya seorang Ayra baginya, terutama aura wajah gadis itu meskipun tanpa make-up. “Dih, orang aneh. Udah ngajak makan sampai ngirimin gambar,
Read more
Bab 30
Lelaki berhidung mancung itu masih berada di tempat yang sama. Duduk di tepi ranjang milik Ayra yang tengah terlelap sejak setengah jam yang lalu. Attar mengamati wajah Ayra yang tersorot lampu tidur. Perlahan dia mendekat untuk lebih jelas melihat wajah Ayra yang lembab. “Ayra, kamu nangis?” Attar bertanya di dalam hatinya. Tangannya menyentuh pipi Ayra dan merasakan memang benar, itu adalah air mata yang tersisa. Wajah Attar semakin mendekat. Mengamati dan menerka apa yang menjadi penyebab Ayra menangis selama tidur. Benarkah gadis itu sudah tertidur? Tidur Ayra terusik karena jemari seseorang menyentuh kulit wajahnya. Dia menarik napas panjang sembari menggeliat dan membuat Attar menjauhkan diri dari Ayra. Tak lama kemudian, Ayra mengganti posisi, membelakangi lelaki dewasa itu. Sementara, Attar masih bertanya-tanya pada diri sendiri mengenai Ayra. Tumben sekali gadis itu tidur lebih awal bahkan ini belum waktunya untuk tidur malam. Attar tak ingin memikirkan lebih meskipun r
Read more
PREV
123456
...
14
DMCA.com Protection Status