All Chapters of Goodbye School: Chapter 11 - Chapter 20
136 Chapters
Bab 11
Setelah Attar memasang pendengarannya, dia menangkap suara isak tangis dari dua bocah sekolah yang duduk di sofa dan tidak begitu jauh dari tempatnya berdiri. Attar terdiam sesaat. Dalam hatinya ingin sekali memisahkan mereka berdua. Enak sekali berpelukan di rumah orang lain meskipun sedang bersedih.“Ra. Kenapa kamu nggak pernah sekalipun keliatan sedih meskipun udah ditinggal pergi oleh orang tuamu?” Rendra bertanya dengan lirih. Kemudian melepas pelukan mereka berdua. Rendra menatap Ayra dengan berlinangan air mata yang masih membasahi pipinya.“Bukan gitu, Ren. Aku cuma nyembunyiin kesedihanku dari dunia. Aku nggak mau orang-orang memandangku kasihan. Aku nggak suka nunjukkin diriku di saat aku lemah.” Ayra menjelaskan dengan suara paraunya. Tangannya mengusap air mata Rendra, begitu pula sebaliknya dengan yang Rendra lakukan.“Ternyata dibalik sifatmu yang nyebelin, kamu cewek yang kuat, Ra.” Tatapan Rendra menelisik wajah Ayra sampai pandangannya bergulir ke belakang Ayra dan me
Read more
Bab 12
“Mana Pak?! Nggak bisa jawab, ‘kan?”“Aku.” Attar menjawab sembari menunjuk diri sendiri. “Pak Attar sakit kali, ya?” Ayra bertanya lagi dengan nada kesal penuh amarah. Lebih tepatnya itu bukan kalimat tanya, melainkan tuduhan. Kemudian Ayra pergi meninggalkan Attar dengan cara mengentakkan kakinya ke lantai. Pikiran Ayra bertambah kacau usai lelaki dewasa itu sesimpel mengatakan ‘aku’ yang maknanya tidaklah sederhana.Sementara, Attar merasa hatinya seperti tercekik kuku-kuku tajam ketika gadis yang memang membuatnya merasakan hal berbeda, melontarkan kalimat yang menunjukkan kalau dirinya sakit atau gila. Ayra pasti mengira bahwa ini hanya lelucon semata.Pada saat seperti inilah, Attar selalu tidak mampu bertindak. Jauh di lubuk hatinya, ada rasa ingin memiliki sosok Ayra untuk hidupnya meskipun itu hanya sekecil batu kerikil. Namun, keinginan tersebut lebih kuat dibanding magnet yang saling tarik menarik. Untuk sementara, sebaiknya Attar membiarkan situasi tetap seperti ini dulu.
Read more
Bab 13
Ayra terdiam dan bermonolog di dalam hatinya yang bertanya mengapa lelaki di hadapannya memperlakukan dirinya layaknya seorang kekasih, tetapi terkadang juga seperti anak kecil. Ayra merasakan debaran jantungnya meningkat saat berada begitu dekat dengan Attar. “Aku rasa kamu bukan demam, Ay.” “Saya nggak apa-apa, Pak.” Ayra langsung menepis kedua tangan Attar yang semakin membuat kewarasan otaknya hampir hilang. Dia duduk di depan meja. Buru-buru mengambil makanan untuk dilahap. Ayra tidak lagi menghiraukan keberadaan Attar yang masih berdiri di sebelahnya, memperhatikan dirinya. Ayra bahkan tidak tahu malu karena melahap makanan dengan cepat “Pelan-pelan. Nanti tersedak.” Attar terkekeh. Dia berujar lalu menuangkan air putih ke dalam gelas kosong di sebelah piring makan Ayra. Kemudian Attar menempati kursi yang ada di depan Ayra. Pria itu mulai mengambil nasi sambil matanya menatap kegiatan Ayra. Mendapatkan perlakuan yang akhir-akhir ini terasa berbeda, sebenarnya Ayra ingin mem
Read more
Bab 14
“Brengsek!” pekik Attar saat dirinya telah sampai di luar kamar Ayra. Dia mengepalkan dua tangannya dengan erat karena merasa begitu gemas. Apakah orang yang berada di dalam video tadi adalah Rendra bersama wanita lain? Sayang sekali kamera ponsel tidak menampakkan seluruh isi ruang kamarnya Rendra. Attar menjadi semakin yakin jika Rendra merupakan lelaki mesum. Mengapa Ayra masih saja berhubungan dengan anak itu? Attar tahu kalau Ayra memang sosok gadis polos. Namun, apakah Ayra tidak bisa melihat mana lelaki baik-baik dan mana lelaki berengsek? Attar berjalan meninggalkan kamar Ayra. Dia masuk ke kamarnya untuk menenangkan pikirannya. Sayang sekali, saat berada di dalam kamar, Attar merasa gelisah dan tidak tenang. Haruskah sekarang Attar kembali ke kamar Ayra dan langsung mengatakan supaya gadis tersebut memutuskan hubungan dengan Rendra saja? Tidak, Attar rasa hanya akan membuat Ayra marah balik, apalagi Ayra tengah tertidur. Lebih baik Attar menunggu waktu yang tepat. Dia juga
Read more
Bab 15
"Suara aneh apa, Ra?" sahut Rendra. Dia merasa aneh atas pertanyaan Ayra yang tentu saja tidak dia mengerti. Ayra mengernyit. Satu sudut bibirnya terangkat. "Aku beneran dengar suara aneh dari kamarmu. Aku yakin kalau aku nggak mimpi." Ayra masih penasaran dan ingin memastikan lagi. "Suara kayak apa? Di kamarku nggak mungkin ada setan." Kini Rendra mulai was-was. Jangan-jangan yang Ayra maksud adalah suara yang tidak-tidak? "Bukan setan. Mirip suara perempuan teriak atau nafas gitu. Suaranya gini 'aahh ahh', gitu." Dengan bodohnya, Ayra mempraktikkan suara tersebut di telinga Rendra. Tentu saja aksi Ayra membuat Rendra langsung bergidik ngeri dan sedikit meremang pada tubuhnya. Tubuh Rendra sedikit maju agar dia terhindar dari tubuh Ayra yang sedikit menempel dengan punggungnya. Rendra merasa posisi Ayra saat ini sangat berbahaya baginya. "Terus ada juga suara laki-lakinya. Intinya suara cewek sama cowok di dalam kamar. Jangan-jangan …?" Ucapan Ayra terjeda sesaat. Dia berpikir bu
Read more
Bab 16
Dua anak sekolah sedang berada di ruang BK. Mereka sama-sama kelas dua belas dan merupakan satu kelas. Satu laki-laki, satunya lagi perempuan. Menghadap guru BK secara bersamaan. "Kalian tertangkap rekaman CCTV dan sedang melakukan hal yang kurang bermoral di dalam kelas. Saya tahu kalian sudah beranjak dewasa. Tapi tolong tahu tempat dan juga ingat status. Kalian masih berada di sekolah, masih anak sekolah, dan yang lebih pasti adalah kalian ini belum menikah. Tidak sepantasnya kalian melakukan itu," tutur Bu Fadilah yang merupakan guru Bimbingan Konseling. Rendra dan Ayra hanya bisa menunduk. Keduanya duduk bersebelahan. Surat panggilan orang tua sudah berada di tangan Bu Fadilah. Akan segera dibagikan secara langsung kepada wali murid dari dua anak tersebut. Itu berarti, Bu Fadilah akan mendatangi rumah yang Ayra tinggali, juga datang ke rumah Rendra. Mampus. Ayra bisa kena marah habis-habisan oleh Attar. Selama ini gadis tersebut tidak pernah membuat ulah apalagi sampai orang tu
Read more
Bab 17
"Maaf." Satu kata dari mulut Attar yang membuat Ayra membuka mata setelah sebelumnya kembali terpejam. Lelaki itu langsung memundurkan diri. Dia tersadar jika perbuatannya lancang. Beruntung saja Attar mampu mengontrol diri. Ayra sontak mendorong tubuh Attar hingga lelaki tersebut terjungkal ke kasur. Gadis yang saat ini tengah merasakan debaran hebat dalam jantungnya itu bangkit dan meninggalkan kamarnya. Ayra berlari menuju balkon kamar untuk mendapatkan udara segar. Membiarkan tubuhnya yang sempat memanas terhempas angin malam. Ayra menghirup oksigen dengan serakah. Perasaan macam apa ini? Gadis itu memejamkan mata. Meneruskan kegiatannya memenuhi paru-paru dengan oksigen baru. Setelah beberapa saat, Ayra teringat akan keberadaan Attar di dalam kamarnya. Dia menoleh dan menilik ruang kamarnya yang bisa dilihat dari kaca jendela. Tidak ada, Attar pasti sudah keluar dari kamarnya. Ayra pun menghela napas lega. Dasar aneh. Tidak, Ayra tidak bisa seperti ini terus. Dia harus membua
Read more
Bab 18
Ayra mematung usai mendengar kalimat Attar. Tidur bersama? Dia yakin Attar hanya bergurau. Selama ini semua sikap Attar pasti hanya sebuah candaan yang tidak seharusnya ditanggapi dengan serius oleh anak seusia dirinya. “Sudah kukatakan, besok kamu nggak perlu pergi ke sekolah kalau kakimu masih sakit.” Sebenarnya Ayra merasa senang-senang saja kalau dirinya tidak berangkat ke sekolah. Namun, yang menjadi dilema adalah dia tidak akan bertemu dengan kekasihnya. Ayra merindukan Rendra setiap saat, ingin selalu melihat dan mengobrol meskipun saat ini posisi Rendra tengah marah terhadapnya semenjak sepulang sekolah tadi. Attar membereskan meja belajar Ayra hingga benar-benar rapi. Kemudian mendekati gadis itu yang sudah berbaring di atas kasur. Attar menarik selimut hingga menutupi bagian dada Ayra. “Kamu tidur aja, Ay. Jangan mikirin sekolah terus. Sekali-kali istirahat. Nggak apa-apa.” Attar berujar sembari menatap wajah Ayra. Dia lalu mematikan lampu utama di kamar gadis tersebut.
Read more
Bab 19
“Ralat. Kayaknya kita lebih cocok kayak paman sama keponakan gitu, nggak, sih?” lanjut Ayra membuat suasana hati Attar seperti mendadak dijatuhkan dengan cara dibanting setelah diterbangkan hingga melambung tinggi. Kedua alis Attar saling bertaut menahan rasa perih di tangannya. Darah di ujung jemari telunjuk miliknya mengucur dengan cepat. “Tangan Pak Attar berdarah,” lirih Ayra merasa sedikit panik usai menyadari jemari lelaki di depannya berdarah. Attar hendak membasuh tengannya di bawah kran air, tetapi tangannya dirampok oleh Ayra. “Ikut saya, Pak.” “Ay, mau kemana? Ini cuma luka kecil.” Attar tahu persis jika gadis itu menyeretnya untuk pergi ke tempat di mana ada kotak P3K. “Nggak ada luka kecil ataupun luka besar. Luka tetap luka yang harus diobati supaya nggak infeksi. Semuanya bermula dari hal kecil yang lama-lama akan menjadi besar. Makanya, jangan sepelekan luka kecil,” jelas Ayra sembari terus menarik tangan Attar menuju tempat incarannya. Setelah sampai, tepat se
Read more
Bab 20
“Ayra ada di dalam ‘kan, Mbok?” tanya Rendra begitu Mbok Inah membukakan pintu rumah. “Iya, ada. Dia ada di dalam kamar. Biar saya panggilkan.” Mbok Inah hampir berbalik badan, tetapi suara Rendra menghentikannya. “Nggak usah, Mbok. Saya mau langsung ke kamarnya saja. Katanya dia lagi sakit, makanya biar saya yang ke sana.” Rendra berujar dengan ramah. “Oh, iya, Mas Rendra. Kata Tuan Attar, Non Ayra memang sakit. Kalau begitu silakan masuk.” Wanita paruh baya itu membuka pintu lebih lebar. Dia menggeser diri untuk memberikan jalan masuk bagi Rendra. “Baik, Mbok. Terima kasih.” Rendra membungkuk sedikit. Kemudian mulai masuk dan melewati Mbok Inah. “Sama-sama, Mas. Mau saya antarkan minuman dan camilan ke kamarnya Non Ayra sekalian?” tawarnya sembari mengikuti Rendra dari belakang. “Nggak usah, Mbok. Ini saya sudah bawa makanan sekalian sama minuman,” kata Rendra. Berbalik badan sejenak untuk memperlihatkan bawaannya di dalam kantong plastik. “Oh, ya sudah kalau gitu. Saya mau la
Read more
PREV
123456
...
14
DMCA.com Protection Status