All Chapters of Goodbye School: Chapter 31 - Chapter 40
136 Chapters
Bab 31
Ayra tidak menjawab ataupun menyahut. Dia kembali pada posisinya, yakni membaringkan kepala di atas lengan yang menekuk, membelakangi Rendra. Seolah tidak menganggap Rendra ada, ataupun menganggap bahwa Rendra bukanlah siapa-siapa dan sudah tidak penting lagi di dalam hidupnya. Dahi Rendra masih mengernyit. Lelaki itu memicingkan mata menatap Ayra dengan perasaaan tidak menyangka. “Ra, ini aku, pacar kamu. Yakin, kamu nyuekin aku?” Gadis yang dipanggil namanya itu masih enggan menyahut. Ayra lebih tertarik memejamkan mata secara terus-menerus. Kali ini, wajahnya dapat disaksikan oleh Fera. Rendra masih berdiri di sebelah Ayra dan menunggu gadis itu merespon dirinya. Siapa tahu Ayra sedang melakukan prank kepadanya? “Ra, bangun, Sayang. Aku mau bicara lagi sama kamu. Kita ke rooftop bentar, yuk. Masih lima belas menit lagi sebelum masuk,” ajak Rendra menepuk bahu Ayra dengan pelan. Tetap saja tidak ada sahutan. Lama-lama Fera jengah menyaksikan itu. Dia melihat Rendra dengan sinis.
Read more
Bab 32
“Non? Non Ayra kenapa?” Mbok Inah terkejut saat melihat Ayra pulang dari sekolah, wajah gadis itu penuh dengan air mata. Ayra tidak menjawab pertanyaan Mbok Inah. Dia melewati wanita paruh baya tersebut begitu saja. Berjalan menuju kamar dengan cepat. Ayra tidak dapat menahan rasa sakit hati selama berada di perjalanan menuju pulang ke rumah. Sementara, Mbok Inah melihat punggung Ayra dengan rasa penasaran sekaligus kasihan. Dia pun segera menghubungi Attar. “Halo, Mbok. Ada apa? Di rumah baik-baik saja?” “Tuan, saya baru saja melihat Non Ayra pulang dari sekolah. Tapi dia menangis sampai nggak mau bicara. Saya tanya pun dia nggak jawab apa-apa. Langsung pergi begitu saja ke kamar,” beber Mbok Inah dengan jelas. “Saya takut dia kenapa-kenapa,” lanjutnya. “Oke. Sebentar lagi saya akan pulang, Mbok. Tolong jaga Ayra, jangan sampai dia keluar rumah, ya, Mbok?” “Siap, Tuan.” “Pintu utama tolong dikunci, Mbok. Saya takut Ayra akan pergi ke club atau semacamnya.” “Baik, Tuan.” Sesu
Read more
Bab 33
“Pak Attar ... beneran mau menikah?” tanya Ayra lirih. Hatinya mendadak sakit setelah mendengar kabar itu dari mulut pria di hadapannya. Attar mengangguk pelan, tidak ada gurat bercanda ataupun berbohong. “Kamu lagi belajar?” Pandangan mata Attar menerobos masuk ke tempat belajar yang biasa Ayra gunakan. Benar, di sana lampu belajar sudah menyala dan beberapa buku terbentang di atas meja. “Ya, sudah. Lanjutkan saja,” ujar Attar kemudian segera pergi dari sana. Ayra langsung menutup dan mengunci pintu kamar. Tidak terasa air matanya telah mengalir. Dia menggigit bibir menahan perih di hatinya yang semakin terasa dan menyiksa. Ayra sendiri bingung mengapa merasakannya. Apakah karena lelaki itu adalah orang yang selama ini sudah menjadi orang yang berpengaruh besar terhadap hidupnya, yakni menjadi pengganti orang tuanya. Dan sebentar lagi akan menikah. Usai menikah nanti pasti akan lebih fokus pada sang istri dan keluarganya, bukan? Perhatian Attar padanya akan berkurang, ‘kan? Atau
Read more
Bab 34
“Saya nggak apa-apa, Pak. Saya mau berangkat sekarang.” “Tunggu.” Attar menangkap pergelangan tangan Ayra yang baru saja berdiri. Dia melihat mata gadis itu yang berkaca-kaca. Attar berdiri dan mendekati Ayra tanpa melepaskan tangan gadis tersebut. Matanya menatap wajah gadis itu yang memaling ke samping. Kemudian Attar membungkukkan badan hingga wajahnya sejajar dengan wajah Ayra. “Ay, kamu pasti ada masalah, ‘kan?” Ayra menggigit bibirnya sebagai pelampiasan apa yang tengah dia rasakan. Dia menghapus air mata yang baru saja turun. Sekarang dirinya harus melewati hari-hari suram menjelang hari ujian kelulusan. Ayra harus sanggup melawannya seorang diri. “Ay, kenapa diam saja? Kamu kenapa?” Attar beralih menangkup pundak Ayra lalu mengguncangkan tubuh gadis itu. Berharap Ayra akan menatapnya dan menyahut. “Rendra?” ceplos Attar tidak ingin lagi menutupi kalau dirinya sudah tahu akar permasalahan gadis yang berusaha dia jaga. Namun, jawaban yang Ayra berikan bukan seperti yang dia
Read more
Bab 35
Attar masih mengingat pertanyaan Ayra yang tak ia jawab beberapa menit yang lalu. Ia tidak akan memberitahu terlebih dulu perihal dirinya memiliki rencana akan pindah ke apartemen. Selepas menikah dengan Sania.Lelaki itu berada dalam perjalanan menuju kantor. Ia sambil memakan roti untuk mengisi perutnya yang terasa lapar. Selang beberapa saat, Attar melihat ke bawah kursi yang ia duduki. Ada sesuatu yang menarik atensinya. Sebelah tangan Attar pun mengambil benda pipih tersebut. Iya, itu adalah ponsel milik Ayra.Kenapa bisa ada di sana? Attar membayangkan saat Ayra naik ke pangkuannya dan itu sukses membuatnya memejamkan mata dengan kuat selama sejenak. Apa-apaan gadis itu? Attar menggigit bibir bawah menahan perasaannya yang bercampur aduk. Jantungnya berdebar dengan adegan yang kembali terulang di dalam ingatannya. Ia memasukkan ponsel milik Ayra ke dalam saku jas.“Dasar gadis teledor,” desis Attar. Lebih baik benda itu ia pegang sampai pulang kerja nanti. Ayra pasti tidak aka
Read more
Bab 36
“Ah, bodo amat deh. Mungkin dia lagi bosan atau PMS. Jadi kelakuannya susah ditebak. Atau lagi sensi? Makanya nggak mood sama aku,” ujar Rendra. Ada Farid yang duduk di sebelahnya. Mereka berdua duduk di atas rooftop sekolah sepulang sekolah.“Kamu nggak mau berusaha berbicara sama dia?”“Nggak berusaha gimana? Tiap hari aku samperin. Dia selalu menghindar terus.”“Datangi rumahnya, dong. Kalau perlu datangi sampai ke kamarnya. Bukannya kamu pernah ke sana?”“Jangan sembarangan kalau ngomong.”“Kenapa? Kamu sama Reti juga ....”“Itu beda. Reti cuma buat hiburan doang. Aku beneran cinta sama Ayra. Makanya aku nggak berani lakuin itu sama dia meskipun dulu dia pernah ....” Ucapan Rendra terjeda. Ia mengingat ketika Ayra bersikap gila sehabis putus dengannya waktu itu.“Pernah apa?” tanya Farid penasaran.Rendra menggeleng. “Nggak,” sahutnya membuat Farid bertambah penasaran.“Hai, Ren.” Itu Reti. Gadis tersebut berjalan mendekat. “Hai, Farid.” Reti juga menyapa Farid. Ia duduk di sebela
Read more
Bab 37
Sejak jemarinya mulai bergerak memijit lengan tangan Attar, mulut Ayra hanya terdiam sembari terus melaksanakan perintah lelaki tersebut. Ayra merencanakan sesuatu yang tidak pernah ia duga sebelumnya, apalagi Attar. Jika pria itu tahu, pasti akan terkejut dan mungkin melarangnya melakukan hal tersebut. Namun, tekad Ayra sudah bulat.“Kamu capek, Ay?” tanya Attar membuka matanya. Ia menatap Ayra yang duduk di sebelahnya sembari terus memijit bagian lengan tangannya yang terasa pegal.“Eum? Ng- Nggak Pak. Memangnya kenapa?” sahutnya sedikit terbata.“Dari tadi diam saja, kenapa?” Sebelah tangan Attar membenarkan anak-anak rambut milik Ayra. Ia melakukannya secara spontan dan tanpa disadari. Attar juga tidak tahu mengapa tangannya seolah bergerak sendiri. Merasa kalau dia sudah sangat dekat dengan Ayra.“Nggak apa-apa, Pak,” sahut gadis itu dengan gugup. “Saya balik ke kamar dulu. Ini sudah selesai ‘kan, Pak?” Ayra buru-buru turun dari ranjang agar terbebas dari tangan Attar yang membu
Read more
Bab 38
Ayra tidak menjawab pertanyaan Attar. Ia meneruskan kegiatan memasak. Menaburkan sedikit penyedap rasa. Kemudian mematikan kompor dan menempatkan hasil masakannya ke piring besar.Ayra mulai memindahkan makanan ke meja satu-persatu, sedangkan Attar yang masih duduk di tempat semula, tidak tertarik untuk membantu Ayra. Lelaki itu hanya mengamati kemana Ayra bergerak.“Ay, kamu mau ke mana?”“Besok Pak Attar akan tahu.” Ayra menjawab sembari terus memindahkan makanan yang lainnya. Sesudah itu, ia menyiapkan piring sertas gelas di meja makan.Semuanya telah siap. Ia akan membuat kesan baik di rumah tersebut. Lebih baik dari sebelumya. Sekarang Ayra mencuci tangan. Pandangan matanya hanya fokus pada atmosfer yang ia lewati.Sementara, Attar sama sekali seperti tidak Ayra hiraukan meskipun sangat sadar kalau ia tengah diperhatikan oleh pria itu.“Kamu nggak akan pergi ke tempat yang terlarang ‘kan, Ay?” tanya Attar mulai berjalan ke meja makan.“Tempat terlarang? Memangnya ada tempat terla
Read more
Bab 39
Setelah bersiap-siap, Ayra membawa beberapa uang dan satu tas sekolah berisi keperluan yang akan ia butuhkan nantinya. Gadis itu segera melangkah keluar dari rumah secara sembunyi-sembunyi. Beruntung saja, Attar dan Mbok Inah tidak mengetahui kepergian Ayra.Ayra mengeluarkan motor dengan perlahan. Ia berharap rencananya selangkah demi selangkah bisa berhasil sampai selesai nanti.Sekarang motor telah keluar dari gerbang, saatnya Ayra mengendarai motor tersebut menuju ke tempat yang amat ia rindukan.Sepanjang perjalanan, Ayra menangis seorang diri. Hidupnya menjadi jauh berbeda. Jauh dari kesenangan. Ia akan meninggalkan kehidupan lamanya dan berganti ke tempat yang jauh lebih lama.Setelah memakan waktu sekitar satu jam, Ayra akhirnya sampai di sebuah rumah yang sudah lama terbengkalai. Gadis itu menghentikan motor tepat di halaman rumah yang kini tampak begitu kotor dan tidak terurus.Ayra turun dari motor. Berdiri di halaman menghadap rumah lama yang kini tepat di depan matanya. “
Read more
Bab 40
Ayra membersihkan sarang laba-laba di dinding bagian atas hingga ke bawah. Menghilangkan debu yang menempel di beberapa benda. Setelahnya, ia menyapu dan mengepel lantai.Ruang demi ruang Ayra bersihkan dengan secepat yang ia bisa. Hingga tiba saatnya rasa lelah benar-benar menguasai tubuhnya padahal masih ada ruang tamu yang belum dibersihkan. Akan Ayra tunda karena sekarang hari sudah menjelang sore. Semua ruangan telah bersih seperti semula, kecuali ruang tamu saja.Gadis itu menyeduh teh hangat dan dibawa ke dalam kamar. Ia duduk di bingkai jendela seperti kebiasaan dulu saat menunggu ayah ibunya pulang dari kantor. Melihat ke halaman, Ayra membayangkan kedua orang tuanya datang membawa makanan untuk makan malam mereka.Air mata Ayra menetes saat memori masa lalu berputar kembali di dalam otaknya seperti kaset usang yang masih berfungsi dengan baik. Napas Ayra tersenggal. Ia menyesap teh hangat yang kini menjadi teman sorenya.Setelah menyesap minuman hangat beberapa kali, Ayra me
Read more
PREV
123456
...
14
DMCA.com Protection Status