Semua Bab Jodohku Seorang Janda Kaya Raya: Bab 21 - Bab 30
52 Bab
21. Hari yang Membahagiakan Bagi Lintar
Dani terbangun dari tidurnya jam setengah lima pagi, dan langsung keluar kamar untuk segera mandi. Sebelum mandi, Dani membangunkan Lintar terlebih dahulu yang masih terlelap tidur di atas kursi di ruang tengah kediamannya. "Tar, bangun! Sudah mau subuh!" Lintar langsung membuka matanya dan bergegas bangkit dari tidurnya. “Jam berapa sekarang, Dan?” tanya Lintar masih dalam kondisi ngantuk. Dani pun menjawab, "Setengah lima, sudah mau subuh. Ayo, mandi!" "Kamu mandi duluan saja!" kata Lintar sambil menguap. "Ya, sudah." Dani bangkit dan langsung melangkah ke arah kamar mandi. Mereka mandi secara bergantian. Setelah selesai, kedua pemuda itu langsung berangkat ke Musala untuk menunaikan Salat Subuh berjamaah bersama warga lainnya. Semenjak pindah ke kampung itu, Dani memang rajin dalam melaksanakan ibadah lima waktu. Beda dengan Lintar yang jarang sekali ke Musala. Namun, setelah mengenal Dewi Lintar pun menjadi giat dalam melaksanakan ibadahnya, terutama salat lima waktu. Denga
Baca selengkapnya
22. Hadiah untuk Lintar
Setelah berlalunya Dian, datang seorang staf kantor lainnya. Staf itu memberitahukan Lintar, bahwa dirinya diminta untuk menghadap atasannya yang merupakan pemilik utama perusahaan tersebut. Saat itu juga, Lintar bangkit dan langsung keluar dari ruangannya untuk menemui bosnya yang berada di ruangan utama di kantor tersebut. Lintar disambut hangat oleh rekan kerjanya, terutama rekan kerja wanita. Sikap mereka sangat mengganggu Lintar dan membuatnya merasa tidak nyaman. Meskipun demikian, Lintar selalu berusaha menyembunyikan perasaan tidak nyamannya itu. Lintar tetap menjaga sikap, ia selalu menampakkan keceriaan dan selalu tersenyum ramah kepada semuanya. "Hai tampan!" sapa salah seorang wanita sambil tersenyum menyambut kehadiran Lintar. "Pak Lintar sini dulu dong!" teriak wanita lainnya. 'Menyebalkan sekali sikap mereka, memangnya aku ini artis?!' umpat Lintar dalam hati. Lintar hanya tersenyum sambil mengangguk pelan, ia tidak menampakkan sikap tidak senangnya kepada rekan-r
Baca selengkapnya
23. Kebahagiaan Lintar dan Dewi
Setibanya di tempat yang dituju, Lintar langsung memutar stir mobilnya ke arah kiri dan langsung masuk ke dalam area parkir pusat perbelanjaan terbesar di kota tersebut. "Ayo, Wi!" ajak Lintar langsung keluar dari dalam mobil, kemudian mengarah kebagian samping kiri mobil tersebut. Ia bergegas membukakan pintu mobil untuk Dewi. "Silakan turun, Bidadari Surgaku!" ucap Lintar tersenyum penuh gurauan. Dewi balas tersenyum dan bangkit dari duduknya melangkah keluar dari mobil. "Sudah seperti supir pribadi saja," ucapnya meraih lengan Lintar, kemudian melangkah bersama menuju ke dalam restoran tersebut. Lintar dan Dewi tidak menyadari, jika pada saat itu ada dua orang pria yang tengah mengintai mereka. Kedua pria tersebut, mengikuti mobil yang dikemudikan oleh Lintar semenjak keluar dari halaman parkir kantor tempat kerjanya Lintar. "Kita tunggu saja di sini! Nanti, setelah mereka keluar kita ikuti ke mana mereka pergi!" desis pria berkepala plontos. "Ya, kita tunggu saja!" sahut kawa
Baca selengkapnya
24. Lintar Mendapatkan Hadiah dari Dewi
Setelah selesai berbincang dengan stafnya, Dewi langsung menutup teleponnya dan kembali melanjutkan perbincangannya dengan Lintar. "Siapa itu, Wi?" tanya Lintar penasaran. "Abi, stafku yang mau mengerjakan proyek ruko di Bekasi dan Bogor," jawab Dewi lirih. "Oh, aku pikir tadi itu saudara kamu," kata Lintar menatap tajam wajah kekasihnya. "Lintar ... kamu kenapa sih, ngeliatin aku terus?" "Tidak apa-apa, Wi! Aku hanya bangga bisa memiliki seorang kekasih sebaik dan secantik kamu. Pebisnis hebat dan pekerja keras!" jawab Lintar sambil menggenggam erat telapak tangan Dewi. Dewi hanya tersenyum mendengar ucapan yang terlontar dari mulut kekasihnya itu, kemudian bersandar di bahu Lintar dengan menengadahkan wajah memandang wajah Lintar. "Malam ini kamu menginap saja di rumahku!" pinta Dewi lirih. Lintar terdiam sejenak, seakan-akan dirinya tengah menimbang-nimbang ajakan Dewi. Dalam benaknya pun berpikir, 'Kalau aku menginap di rumah Dewi, apakah tidak akan ada fitnah dari para tet
Baca selengkapnya
25. Berangkat ke Puncak
Lintar balas tersenyum, ia tampak bahagia dengan kalimat yang diucapkan oleh wanita cantik itu. Lintar sangat terharu, seolah dirinya sulit mempercayai kenyataan tersebut. Dengan sangat mudahnya, Dewi memberikan hadiah yang sangat bernilai tinggi. "Kamu kenapa? Kok, diam?" tanya Dewi mengagetkan Lintar yang tengah termenung. Lintar terperanjat dan sedikit terkaget-kaget. "Ti—tidak apa-apa, Wi," jawabnya. Setelah itu, Dewi bangkit dan pamit sebentar kepadaintar. Saat itu, ia hendak melaksanakan Salat Isya terlebih dahulu. Begitu juga dengan Lintar, ia langsung melaksanakan Salat Isya di kamar khusus yang ada di kediaman Dewi. * * * "Kok, rumah si Lintar sepi?" desis Dani yang baru saja pulang dari Bandung. Kemudian, ia melangkahkan kakinya menuju ke arah pintu kediaman sahabat baiknya itu. 'Tok! Tok! Tok!' Dani mengetuk pintu pelan. "Assalamualaikum," ucap Dani. "Tar, buka pintunya!" teriak Dani, ia tidak mengetahui jika malam itu Lintar tengah berada di kediaman Dewi. "Lintar
Baca selengkapnya
26. Dua Orang Pria Mengeroyok Lintar
Dewi tampak kesal mendengar jawaban Lintar. "Jadi selama ini kamu keberatan jika aku membelikan sesuatu?" tanya Dewi sedikit marah. Meskipun demikian, Lintar hanya tersenyum tangan kirinya ia angkat, kemudian diletakkan di pundak Dewi. Perlahan, posisi kepala Dewi bersandar di bahunya. "Percayalah, bukan aku menolak pemberian dari kamu, aku harap kamu tidak tersinggung. Alangkah baiknya uangnya kamu simpan saja, untuk bekal kita nanti kalau sudah berumah tangga!" ujar Lintar penuh dengan kelembutan. Dewi pun kembali tersenyum dan berkata, "Kau ini seorang pria baik, tidak seperti pria lain yang selama ini aku kenal." "Kan, aku ini mau berubah. Aku yakin bahwa kamu bisa membuat aku semakin dewasa dan menjadi seorang pria yang baik dan bertanggung jawab," desis Lintar kembali fokus pada kemudinya. "Ya sudah. Kalau tidak mau tidak apa-apa, tapi nanti pulang dari Bogor kita mampir di mall, yah." "Iya, Sayang," jawab Lintar tersenyum. * * * Dua jam kemudian, mereka sudah tiba di hal
Baca selengkapnya
27. Keakraban Lintar dengan Koh Iwan
Setelah mendapatkan perawatan, Lintar mengajak Dewi untuk bersantai sejenak di sebuah tempat yang tidak jauh dari klinik tersebut. Meskipun saat itu Dewi meminta agar Langsung pulang, namun Lintar lebih memilih untuk mengajak kekasihnya itu bersantai sejenak. Baru sekitar pukul satu siang, selepas menjalankan Shalat Dzuhur di Masjid yang ada di tempat tersebut, Lintar dan Dewi sudah bersiap untuk segera pulang. Namun, sebelum pulang mereka menyempatkan diri membeli makanan ringan untuk oleh-oleh. "Untuk Dani kira-kira kita belikan apa?" tanya Dewi menatap wajah Lintar. "Apa saja, terserah kamu! Dani makanan apa saja mau, kok. "Ya, sudah ... kamu tunggu dulu yah." "Iya, Sayang." Dengan demikian, Dewi langsung masuk ke dalam kios tempat berjualan makanan ringan yang merupakan oleh-oleh khas daerah Bogor dan Cianjur. Lintar pun kemudian menghampiri Dewi. "Sudah selesai belanjanya?" tanya Lintar. "Sudah," jawab Dewi lirih. "Banyak banget belanjanya?" tanya Lintar mengamati belanja
Baca selengkapnya
28. Lintar dan Koh Iwan
Lintar tidak langsung menjawab pertanyaan dari sahabatnya itu, terlebih dahulu ia berpaling ke arah Dewi, wanita cantik itu terdiam dan menunduk setelah mendengar perkataan Dani. Dewi seolah merasa cemburu karena Dani berbicara dengan Lintar, menyebut nama Melda. 'Siapa Melda? Apakah dia teman dekat Lintar dan Dani?' kata Dewi dalam hati. Meski demikian, Dewi masih tetap diam dan tidak menampakkan sikap curiga terhadap kekasihnya itu. "Jadi, Dan," jawab Lintar. Lalu berpaling ke arah Dewi. "Kamu ikut ya, Sayang!" pinta Lintar pada kekasihnya. "Aku tidak enak, 'kan aku tidak diundang sama Melda," jawab Dewi lirih. "Ikut saja!" timpal Dani. "Lagipula, bukan acara khusus, kok" sambungnya. Dewi terdiam sejenak seakan-akan tengah mempertimbangkan ajakan Dani. Lantas, ia berkata, "Takutnya nanti kehadiranku malah mengganggu acara kalian." "Ya, Allah! Sampai segitunya ... kamu ikut saja!" Dani sedikit memaksa agar Dewi ikut ke rumah Melda. "Iya, Wi. Kamu ikut saja, aku mau memperkenal
Baca selengkapnya
29. Berkunjung ke Rumah Melda
Menjelang waktu isya, Dewi sudah tiba di kediaman Lintar. Malam itu, Dewi hendak ikut dengan Lintar dan Dani yang sengaja mengajak Dewi untuk ikut ke rumah Melda. Entah apa maksud Melda meminta Lintar dan Dani datang ke rumahnya? Turun dari mobil, Dewi langsung melangkah menuju beranda rumah. Ia berdiri di depan pintu. "Tok! Tok! Tok! Assalamu'alaikum," ucap Dewi lirih. Lintar bangkit dan langsung menyahut, "Waalaikumsalam." Lintar membuka pintu dan menyambut hangat kedatangan wanita pujaan hatinya. Dengan sikap ramah, Dewi langsung meraih tangan Lintar, kemudian menciumnya penuh rasa cinta. "Silakan masuk, Wi!" "Iya, Sayang," jawab Dewi langsung melangkah mengikuti Lintar masuk ke dalam rumah. "Mau berangkat jam berapa ke rumah teman kamu?" tanya Dewi duduk berdampingan dengan Lintar. Tangannya melingkar di pinggang pria tampan itu. "Bagaimana Dani saja, tadi aku SMS belum balas juga," jawab Lintar mencium kening Dewi yang bersandar di bahunya. Dewi hanya tersenyum sambil mele
Baca selengkapnya
30. Melda Cemburu Kepada Dewi
Mereka kemudian langsung berbincang santai menikmati kebersamaan mereka malam itu. Sesaat kemudian, Melda meluruskan pandangannya ke Dewi. "Maaf ya, Wi. Aku mau bicara sebentar dengan Lintar," kata Melda meminta izin kepada Dewi untuk mengajak Lintar berbicara empat mata dengannya. Dengan sikap ramah, Dewi mengizinkan Melda berbicara dengan Lintar. "Iya, silakan, Mel!" jawab Dewi tersenyum lebar. 'Melda mau ngapain ngajak Lintar bicara dengannya di tempat lain?' batin Dani. Dani terus memperhatikan sikap Melda, ia paham bahwa dalam diri Melda ada rasa kesal dan kecewa terhadap Lintar dan Dewi, namun Melda sangat pandai menyembunyikan perasaannya itu. Sehingga, Lintar dan Dewi tidak mengetahuinya. Melda berpaling ke arah Dani. "Kamu temani Dewi dulu ya, Dan! Aku mau bicara penting dengan Lintar," kata Melda lirih. "Iya, Mel," jawab Dani tersenyum sambil menganggukkan kepala. Lalu Melda bangkit dari duduknya dan langsung mengajak Lintar untuk masuk ke dalam rumah. "Ayo, Tar. Kita
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
DMCA.com Protection Status