Lahat ng Kabanata ng ISTRI RAHASIA SUAMIKU: Kabanata 11 - Kabanata 20
96 Kabanata
KEDATANGAN MADU
Sayup-sayup kudengar Bang Adnan mengetuk pintu dan memanggilku. Kulirik jam dalam ponsel ternyata sudah subuh."Dik, bangun. Ayo shalat Subuh, Dik?"Aku tak menjawabnya dan duduk di pinggir ranjang."Dik, apa belum bangun?" Bang Adnan kembali bertanya dari luar. Aku beranjak membuka pintu, terlihat Bang Adnan membawa sebuah nampan berisi susu dan roti."Shalat dulu, Dik. Minum susunya, badanmu terlihat sangat kurus."Aku melangkah meninggalkannya begitu saja, masuk ke kamar dan bersiap untuk mandi. Setelah selesai mandi aku putuskan untuk menyusul Bang Adnan di ruang shalat. Terlihat ia sudah rapi bersiap hendak melakukan ibadah, aku berdiri di belakangnya tanpa ada pembicaraan. Seberapa bencinya aku, dia masih imamku. Di hadapan Allah aku tak boleh membencinya.Setelah shalat selesai, aku masih mencium tanganya meskipun aku tak mengeluarkan sepatah kata, aku tetap menyambut uluran tangannya.Saat hendak menarik tanganku, Bang Adnan memegangnya dengan erat. Menatap mataku sontak aku
Magbasa pa
TIDAK TAHU MALU
"Kinan!"Aku yang tengah menidurkan Zafran kaget mendengar suara teriakan ibu mertua dari luar. Bang Adnan sedang tak berada di rumah. Ia tadi izin hendak mengantar Lulu periksa ke dokter. Meskipun sakit hati ini, aku tetap memberinya izin. Ia bilang hanya ingin menjadi ayah yang baik, aku tak peduli. Toh aku hanya mengulur waktu untuk menceraikannya, menyusun rencana agar masa depan anak-anakku tak ada ancaman."Kinan! Kinan! Buka pintunya menantu durhaka kamu!" serunya tak henti dan terus mengetuk pintu dengan keras.Aku tidak tahan mendengar teriakan ibu memilih mengalah dan membukakan pintu."Astaga, Ibu yang terhormat bisakah Ibu biasakan berucap salam. Aku takut jika ada reporter yang lewat kemudian merekam aksi tidak terpuji Ibu, nanti mencoreng nama baik putra tersayang Ibu," sindirku."Halah, banyak bicara kamu! Maksudmu apa menyuruh Adnan menceraikan Lulu setelah ia melahirkan? Mau membuat Ibu malu di depan keluarganya?""Lebih baik malu di depan manusia daripada di depan tu
Magbasa pa
MENGALAH
Ponselku berdering panggilan dari asrama Zain tinggal. Aku mengatur nafas agar tak terdengar tengah menangis. Kuucapkan salam setelah menggeser tombol ponsel berwarna hijau. Jawaban salam terdengar dari seberang telepon serta Zain yang tak sabar menanyakan kabar."Alhamdulillah, Zain. Umi rindu, Nak? Zain, apa kabar, Sayang?" jawabku."Zain sehat, Umi. Bagaimana dengan Umi dan Abi?""Alhamdullillah, Umi dan Abi sehat, Nak.""Alhamdulillah. Umi, baik-baik saja, kan?""Iya, Nak. Umi tidak apa-apa.""Maaf, Umi. Pasti sulit menghubungi Zain?""Tidak apa-apa, Nak. Yang penting Zain di sana jaga diri baik-baik.""Iya, Umi. Kalau begitu Zain tutup. Zain akan telpon lagi kalau ada waktu senggang.""Iya, Sayang. Assalamualaikum.""Walaikumsallam, Umi."Aku kembali terisak membayangkan bagaimana hancurnya hati anakku ketika pulang mendapati abi dan uminya telah berpisah, tapi mau bagaimana lagi aku tak mungkin melanjutkan pernikahan yang sudah tak sehat ini. Lebih baik aku mengalah, berharap Za
Magbasa pa
ADNAN POV
Pintu maaf kini tertutup rapat. Kesalahan yang mendalam tertinggal jauh dalam jejak perjalanan. Semua yang terjadi tak mungkin bisa diulang kembali, hanya kata maaf atas khilaf yang kukulakukan dapat kuucapkan.Tujuh belas tahun bersama akhirnya aku gores dengan luka hati seorang wanita yang mampu menemani kala hidupku hanya dipandang sebelah mata oleh orang lain. Ia dengan sabar dan lapang dada menerima semua kekuranganku, tapi semua harus berakhir karena kebodohanku.Semua berawal dari pertengkaran dengan ibu yang meminta aku menikahi kembali anak temannya, dengan alasan ia sudah berjanji ketika ayah masih hidup ibu telah menjodohkan kami terlebih lagi dia seorang janda. Ibu menggunakan dirinya sebagai kelemahanku untuk mengikuti semua egonya.Bukan aku langsung menerimanya kembali. Aku sudah menolak, tetapi kegigihan ibu untuk membuatku rujuk dengan wanita itu akhirnya membuat hatiku luluh. Pun ibu berjanji setelah aku menikahi Lulu ia akan menyayangi Kinan istriku. Akhirnya aku da
Magbasa pa
ADNAN POV 2
Aku berlari mencari ruang rawat Kinan, rasanya tak sabar ingin menimang putra kami. "Maafkan Abang, Dik. Semalam ponselnya mati, Abang baru membaca pesanmu pagi tadi.""Tidak apa-apa, Bang. Beruntung ada Mbak Naumi dan Mas Leo.""Terimakasih Mas, Mbak, sudah menolong istri saya," ucapku pada mereka yang telah menemani Kinan."Sama-sama, Bang. Kalau begitu kami pulang dulu."Setelah mereka pulang, Kinan terus memandangiku yang tengah mengadzani putra kami, membuat aku sedikit gugup dan salah tingkah.Tiba-tiba Kinan bertanya membuatku sedikit kaget."Abang, kapan mencukurnya? kok, sudah ganteng?"Aku harus mencari alasan apa? Karena kemarin aku pikir akan di tempat Lulu satu minggu jadi aku putuskan untuk memberikan Lulu kesempatan seperti kebiasaan Kinan. Akhirnya aku menjawab asal pertanyaan Kinan,"Em... Ini... Kemarin Abang mampir ke tukang potong jadi terpaksa Abang cukur sekalian karena sudah risih.""Oo, begitu," Kinan menjawab begitu saja.....Setelah menemani Kinan dua hari
Magbasa pa
SETELAH PERCERAIAN
"Zafran, ayo berangkat, Nak! Umi harus ke toko."Seorang anak laki-laki keluar dengan sepedanya lengkap dengan helm dan tas sekolah di punggungnya. Dialah Zafran, anakku."Zafran siap, Umi," ucapnya sedikit berteriak sambil perlahan mengayuh sepeda kecilnya.Aku dan Zafran berjalan beriringan, karena PAUD islami tempat Zafran belajar dekat dengan toko buku milikku jadi aku tidak khawatir membiarkan ia berangkat sendiri. Biasanya aku hanya melihat dari pinggir jalan, berbeda dengan akhir bulan ini. Aku selalu mengantar Zafran sampai ke sekolahnya. Sering kali kulihat ada seseorang yang mengawasi kami, aku takut ia akan berbuat macam-macam.Setelah mengantar Zafran, aku bersembunyi di balik pohon ingin melihat siapa yang selalu memotret dan mengawasiku."Siapa kamu?"Aku memegang jaketnya, ia menggunakan topi dan masker. Kemudian ia berbalik melihat ke arahku membuka topi dan maskernya."Bang Adnan!" pekikku. Aku terkejut bukan main saat melihat wajahnya. Sudah lama kami tak saling bert
Magbasa pa
SALAH PAHAM
Kumandang adzan sudah terdengar. Murotal Qur'an dari masjid sudah mulai ramai. Kupaksakan mata untuk terjaga, memberikan sejenak energi untuk otak agar segera respon kepada seluruh tubuh dan bersiap hendak melakukan shalat dua rakaat. Aku menggoyangkan tubuh Zafran mengusap halus kepalanya."Zafran, ayo bangun shalat, Nak."Ia menggeliat dan kembali memejamkan mata. Zafran memang sedikit berbeda dengan Zain. Zain dulu selalu bangun sendiri karena abinya dengan gigih membangunkannya sebelum subuh untuk melakukan shalat sepertiga malam. Kenangan masa-masa indah sejenak melintas di kepala. Aku menggeleng, menghapus semua memori itu dan kembali fokus kepada Zafran."Ayo bangun, Sayang. Katanya Zafran gak mau Umi masuk nerakanya Allah.""Baiklah, baiklah, Zafran akan bangun." Ia memaksa mata untuk terbuka, kemudian mengecup pipiku."Begitu dong, ayo kita shalat berjamaah, Nak?"Aku menggandeng tangan Zafran menuntunnya ke kamar mandi untuk mengambil wudhu lalu kami shalat berjama'ah.Sete
Magbasa pa
BALASAN
"Lulu! Hentikan omong kosongmu!" seru Bang Adnan."Apa Abang membela mantan istri Abang ini sekarang? Aku yang sekarang menjadi istrimu, Bang. Bukan dia lagi!" bentak Lulu tak ingin kalah "Ya, benar kamu memang istri Bang Adnan sekarang, Lulu! Kamu yang dulu diam-diam menikah siri dengannya di belakangku tanpa mau mengerti sakitnya perasaanku padahal kamu tahu Bang Adnan sudah memiliki keluarga. Kamu dengan tidak tahu diri mau menerima lamaran keluarganya. Aku mengalah memberikan Bang Adnan untukmu karena memang pernikahanku tak mungkin lagi dapat diselamatkan, dan sekarang kamu menuduhku ingin merebutnya kembali?" Aku tertawa menatap wajah Lulu yang berubah salah tingkah. "Mengacalah, aku bahkan tak sudi memberi perasaanku kepadanya lagi!" Kutunjuk Bang Adnan. Aku tak tahan lagi melihat sikap Lulu yang semakin tak tahu diri."Sudah, Kinan. Banyak orang yang melihat." Bang Adnan berusaha menghentikanku dan Lulu."Kamu masih punya malu, Bang? Setelah istrimu ini mempermalukanku, aku h
Magbasa pa
JANGAN BUAT ULAH
Aku menatap layar televisi, melihat berita Bang Adnan yang baru saja keluar, sudut bibirku tersenyum. Sebenarnya aku tak tega menghancurkannya, tetapi kenapa ia tak bisa menjaga Zain?Aku mengganti saluran tv ketika kulihat Zafran datang menghampiriku."Zafran udah shalatnya?" tanyaku."Sudah Umi.""Bagaimana tadi disekolah?""Zafran di suruh menggambar keluarga Umi dan memberikan nama semua anggota keluarga kata Bunda, pasti punya Ayah, meskipun ayah sudah meninggal. Padahal Zafran memang cuma punya Umi, ya, kan?"Bagaimana ini? Aku memang tak pernah membahas soal ayah dengan Zafran. Jika ia bertanya, aku selalu memberikan alasan bahwa ayah akan datang suatu hari nanti.Aku mengambil dompet yang masih berada di dalam tas. Kemudian mengeluarkan selembar foto keluarga yang masih kusimpan hingga kini. Bukan karena aku masih mengharapkan Bang Adnan hanya saja siapa tahu berguna saat Zafran mulai benar-benar ingin tahu siapa abinya."Lihatlah? Ini Foto keluarga kita." ucapku sambil menunj
Magbasa pa
IBU
Setelah menyiapkan keperluan Zafran aku hendak mengantarnya ke sekolah."Zafran, ayo berangkat, Sayang?""Iya, Umi."Aku menggandeng tangan Zafran bersiap berangkat. Aku harus datang pagi-pagi ke toko karena akan ada beberapa remaja yang membutuhkan bantuanku untuk membuat karya, aku dengan senang hati membantunya.Sampai di pertengahan jalan ponselku berbunyi."Assalamualaikum, Bu Wisma?""Walaikumsallam, Kinan? Apa kabar?" ucap Bu Wisma dari sebrang telepon."Alhamdulillah, Bu. Setelah dapat ilmu dari ibu hidupku lebih baik.""Alhamdulillah, saya ikut senang mendengarnya.""Novelmu sedang laris di berbagai platform, Kinan, buku cetaknya juga ludes terjual," ucap Bu Wisma melanjutkan."Alhamdulillah, Bu. Semua berkat ridho Allah.""Iya, Kinan. Ini karena kegigihanmu juga. Begini Kinan, Ibu mau minta tolong?""Apa itu, Bu? In Syaa Allah jika Kinan mampu akan Kinan bantu?""Dampingi Ibu dalam seminar Inspiring Story, Ibu memilihmu karena sepertinya ini tepat untukmu.""Alhamdulillah. T
Magbasa pa
PREV
123456
...
10
DMCA.com Protection Status