All Chapters of SENTUH AKU BANG! BERI AKU NAFKAH BATHIN! : Chapter 11 - Chapter 20
57 Chapters
Bab 11 -ADEK CARIKAN TUKANG SUNAT YA
“Bang, Maya ke klinik ya.” Aku pamit kepada Bang Kay.“Abang antar ya Dek?”tawar Bang Kay.“Adek pergi sendiri saja, Abang jagain Lani aja dirumah, nanti kalau ikut Abang malu.”“Loh mau kemana? Malu kenapa?”“Maya mau cari dokter yang bisa nyunat Abang.”“Abang bisa cari sendiri Dek, besok Abang cari.”“Emang abang nggak malu? Sudah menikah aja Abang belum berani cari tukang sunat.”ucapku, Bang Kay terdiam dengan jawabanku, dia tak bisa menghindar lagi, sampai sekarang dia masih belum berani disunat.“Cari dokter yang laki-laki ya Dek.” Akhirnya Bang Kay bersuara juga.“Ya iyalah Bang …. masa’ iya Maya carikan dokter cewek untuk melihat dan mengobrak-abrik perabotan Abang? Maya saja yang istri Abang belum pernah lihat perabotan Abang, mana mungkin Maya ikhlas ada wanita lain yang melihatnya.”“Oke Dek, carilah! ucap Bang Kay memberi izin kepadaku.Aku mencium tangan Bang Kay dan melangkah keluar rumah kemudian menaiki motor dan menstaternya, angin menerpa wajahku, sejuk dan nyaman. F
Read more
Bab 12- Malu
“Kek Burhan, sudah sampai disini? Kok tau rumah Maya?” ucapku.“Kamu kenal Kakek Burhan?” Bang Kay kaget. Aku tersenyum dan mengangguk.“Wah hebat kamu Nak, kamu tau dimana kakek bersembunyi.” seloroh Kek Burhan.“Ini rumah saya Kek.”balasku tersenyum.“Hah kalian tinggal satu rumah?”“Maya ini istri saya Kek!” Bang Kay menjelaskan.“Oh istri kamu Kay. Selamat ya! jadi yang mau disunat itu anak kalian? Kata Nak Maya yang mau disunat muallaf.”“Saya yang mau disunat kek. Saya belum sunat!” Bang Kay menjawab mantap.“Jangan bercanda ah, nggak lucu.” Kek Burhan tampak tersinggung dengan jawaban Bang Kay.“Benar Kek, Bang Kaylani belum disunat. Saya mencarikan mantri sunat untuk Bang Kaylani.” Aku meyakinkan.Kek Burhan tampak masih ragu. Dia diam dan membuang muka kearah luar. Lansia secara psikologis memang sangat mudah tersinggung. Mungkin dia merasa sduah di permainkan, padahal, aku sungguh-sungguh serius membutuhkan jasanya.“Gimana ni Kek, sunatlah saya sekarang, mumpung hari ini sa
Read more
Bab 13- Penasaran sama "itunya" Bang Kay.
“Aduh … Gimana ini.” ucap Bang Kay khawatir, Aku dan Bang Kay bingung. Kami benar-benar tidak tau apa yang harus dilakukan.“Aduh ... sakit.” ucap Bang Kay merintih.“Kenapa Bang? Apakah lukanya berdarah?” tanyaku cemas.“Nggak tau nih. Dibalut kain kasa, nggak keliatan ada darahnya, tapi sakit sekali, nyut-nyutan.” ucap Bang Kay kembali mengeluhkan sakitnya barang miliknya.“Sini Maya periksa!” ucapku menawarkan diri.Aku masuk kekamar mandi. Bang Kay kaget dan gelagapan menarik sarungnya, Bang Kay menutup barang berharga miliknya, aku mendekat dan berniat melepas sarung Bang Kay.“Eh Adek mau ngapain?” ucap Bang Kay kaget.“Mau periksa lah Bang!” sahutku.“Nggak perlu Dek, Abang bisa periksa sendiri.” Bang Kay menolak.“Sama istri sendiri saja malu? Nanti juga pasti Maya lihat Bang.”“Itu ‘kan pada waktu nya Dek, bukan sekarang. Malu ah dilihat orang dalam kondisi begini.”“Terserah Abang sajalah.” sungutku kesal.Lagi, Bang Kay memperlakukanku seperti ini. Aku selalu sabar dengan s
Read more
Bab 14-Ranjang
“Dek, kan Abang sudah sembuh dari sunat, berarti nanti malam ‘kan udah bisa dong kita bulan madunya.” ucap Bang Kay. Aku dan Bang Kay sedang menonton di ruang tamu. Aku berbaring di atas lengan Bang Kay, sembari menonton Tv. Sedangkan Bang Kay dengan di topang tumpukan bantal menatapku dari atas sembari memainkan ujung rambutku.“Mmmm, Maya ga mimpi ‘kan Bang? Barusan Abang ngomong apa? Ulangi!” ucapku mengalihkan pandangan dari Tv ke mata Bang Kay. Sebenarnya aku mendengar kata-katanya, tapi aku iseng untuk pura-pura tidak dengar. Aku ingin memastikan apakah Bang Kay suamiku, betul-betul mau mengajakku berbulan madu? Selama ini ‘kan, boro-boro mengajakku bulan madu, ku Rayu saja Bang Kay selalu menolak.“Abang bilang, nanti malam, kita bulan madu. Ya!” ucap bang Kay meyakinkan.“Kenapa tidak sekarang aja Bang?” tanyaku sembari menggigit jari malu-malu.“Sekarang ‘kan Abang belum mandi.” Jawab Bang Kay, mengalihkan pandangannya ke Tv.“Bang, selama satu tahun belakangan ini, Maya sela
Read more
Bab 15-Harapan Palsu
Aku masuk kedalam rumah, ku naikkan ujung dasterku hingga sepinggang, kemudian kuikat kencang supaya tidak terjatuh dan mengganggu aksiku. Hiasan-hiasan dekorasi kamar pengantinku dulu, masih tersimpan apik di dalam koper. Aku akan segera memasangnya.Dengan cekatan, kamar kuhias seindah mungkin, tidak lupa kusediakan secangkir madu di atas meja, dan beberapa piring kecil untuk tempat lilin nantinya. Ku fikir, dengan mendekor kamar dengan konsep reman-remang, akan menambah romantisnya suasana.Sedang asik-asiknya mendekor, suara Adzan Ashar menghentikan aktifitasku sejenak. Setelah adzan Ashar berhenti, aku segera menyelesaikan pekerjaanku menghias atau mendekorasi kamar. Setelah selesai mendekor, aku shalat ashar, kemudian memasak makanan kesukaan Bang Kaylani. Ayam sambal.“Assalamualaikum.” Terdengar olehku ucapan salam dari suamiku, diiringi suara mobil. Sepertinya tu Bang Kaylani dan mobil yang membawa spring bed kami.“Waalaikum salam, ucapku meninggalkan ayam yang baru saja ku
Read more
Bab 16 -Geram
Perpaduan gaun putih dengan nuansa gelap nan temaram, sangat serasi, membuat penampilanku menarik sempurna, pasti Bang Kay yang melihatku akan klepek-klepek.Ckleek, gagang pintu kamar terbuka. Kulihat Bang Kay tersenyum mengembang ke arahku. Dia datang mendekat dan mencium keningku. Sebelum kami betul-betul berbulan madu, aku dan Bang Kay terlebih dahulu saling merayu, dan memuji.“Indah sekali, matamu ini sayang … bagai bintang berkilau dimalam hari.” ucap Bang Kay.“Abang juga, semua yang ada pada diri Abang sangat mempesona.” balasku berbisik di telinga Bang Kay.Suara angin malam masuk dari celah-celah jendela, menambah khidmat nuansa bulan madu kami. Lama sekali malam ini kutunggu-tunggu, akhirnya terjadi juga setelah melalui malam yang panjang. Aku tidak sabar.“Maya pengen anak berapa dari Abang?” tanya Bang Kay di telingaku, masih sambil merayu.“2 Bang, kembar.” balasku. “Kalau Abang pengen punya anak berapa?” tanyaku kembali.“Sebanyak mungkin, Dek Maya, siap mengandung zur
Read more
Bab 17-Minggat
Tekadku benar-benar sudah bulat. Aku tidak mau terus bertahan dan bersabar hidup dengan Bang Kaylani. Rasanya sudah cukup setahun aku bersabar untuk semua hal, dan untuk semua kekurangannya.Setelah semua barang-barangku ku masukkan ke dalam koper, tanpa berbasa-basi dan meminta izin kepada Bang Kay suamiku, aku pergi. Kutenteng koperku keluar dari rumah, walau rasanya agak berat membawa koperku itu, kupaksakan saja.“Dek, jangan pergi! Sudah malam ini Dek.” Bang Kay mengejarku dan menarik tanganku.“Lepaskan Bang! Biarkan Maya pergi, Maya tidak mau tinggal disini lagi.”“Iya sayang, tapi ini sudah larut malam, kalau Maya kenapa-kenapa nanti bagaimana.”“Biar! Maya sudah dewasa Bang! Maya bisa menjaga diri. ucapku tetap teguh pada pendirian.“Iya Dek, besok aja ya perginya.” ucap Bang Kay memelas. Matanya dibuat sesayu mungkin agar aku luluh.“Enggak Bang! Maya ga bisa bertahan lebih lama disini. Maya ga tahan lihat muka Abang!” bentakku, dengan suara tinggi. Dengan percaya diri, kuba
Read more
Bab 18-Pria Berhati Malaikat
Selama mobil berjalan, aku dan pria berhati malaikat itu hanya diam. Larut dalam fikiran masing-masing. Kuedarkan pandangan ku ke sekitar jalanan, sangat sepi. Lani kucing persiaku, mahar pemberian Bang Kaylani, tidur dengan begitu nyenyaknya di dalam pelukanku. Ku belai lembut bulu halusnya.Melihat Lani, kucing Persiaku, mengingatkanku kepada Bang Kaylani, pada masa-masa kami bersama mengurus kucing persiaku, mengingat saat-saat menjengkelkan, saat kami harus menyesuaikan diri menerima seekor kucing dengan tingkah menyebalkan dan menyusahkannya di tengah-tengah kami. Banyak rasa yang kami rasakan bersama, ada suka dan duka, tangis dan tawa.“Bang … ternyata Abang menghilang untuk menjemput motorku toh Bang, ku kira Abang pulang karena tidak menyukai tingkahku. Andai saja Abang lebih cepat datang, tentu saat ini aku tidak akan berada disini. Mungkin, saat ini aku sedang berada di belakangmu, dan melingkarkan tanganku ke pinggangmu. Bang, apakah aku terlalu egois ingin meninggalkanmu,
Read more
Bab 19-Nginap
Aku berdiri mematung sejenak. Aku berbohong, pada orang baik tadi. Rumahku bukan disini. Rumahku masih beberapa km lagi di depan. Aku sengaja turun disini, agar tidak terlalu merepotkan Mas Hanafi. Apalagi percakapan kami, semakin larut semakin gurih saja. Aku khawatir, ada yang ketiga. Bukan itu saja, aku ingin menjaga aib suamiku, aku tidak mau orang tuaku tau aku ada masalah dengan Bang Kaylani.“Meeong.” Lani kucing Persiaku menatapku.“Ngapain bangun? Tidur lagi!”ucapku mengusap kepala Lani.Aku berjalan kearah masjid, rencananya malam ini, aku istirahat saja disitu. Lalu, besok pagi-pagi aku naik ojek ke rumah orang tuaku. Sayangnya tidak di kota, kalau di kota, tentu aku akan memilih tidur dihotel.Kubuka gagang pintu Masjid, syukurlah tidak dikunci. Aku masuk, membawa koperku kedalam, lalu kutup kembali. Aku lupa membawa selimut, kuambil beberapa kain sarung yang tersedia di masjid untuk menutupi badanku. Cuaca terasa sangat dingin. Aku menggigil … gigiku, bergemelatuk sangkin
Read more
Bab 20-Mama Aku Pulang!
“Assalamualaikum Ma.”ucapku sesampainya di depan pintu.“Waalaikum salam, Loh, Maya? Pulang kok tidak mengabari? ucap Mama menyambutku. Mama sedang menyapu rumah, saat aku datang Mama sedang menyapu ruang tamu. Melihatku datang, Mama segera menghentikan aktifitas menyapunya, menyambutku dan mencium keningku. Maklum lah, aku adalah anak tunggal, dan anak kesayangan. Seperginya aku setelah menikah dengan Bang Kay, Sepupu laki-lakiku yang tinggal menemani Mama dan Papa, sedari kecil diasuh oleh Mama dan Papa karena Bibiku sudah meninggal.“Ayah, mana Ma?”tanyaku karena tidak melihat Ayah. Tidak mungkin berangkat ke kantor, jam masih menunjukkan pukul 7.25 pagi.“Ayahmu, belum bangun. Tadi setelah Shubuh tidur lagi. Katanya kepalanya sakit karena sepertinya tensinya naik.”jawab Mama.“Oh gitu Ma,” ucapku. Aku berjalan ke arah sofa. Kemudian duduk melepas penat, dan disusul oleh Mama.“Dimana Kaylani? Kok tidak ikut mengantarmu kesini?”“Bang Kay, ga bisa ikut Ma, kan dia masuk kerja. Maya
Read more
PREV
123456
DMCA.com Protection Status