All Chapters of Istri Nakal Mas Petani: Chapter 41 - Chapter 50
281 Chapters
41. Sudah Ada Suami
Sully keluar kamar dengan maksud menemui Oky. Di dapur, ia malah bertemu Pak Gagah lebih dulu. Pria itu duduk di kursi makan dengan cangkir teh di tangannya. “Bagus baru selesai beresin kayu bakar dari subuh tadi. Belum ada ngeteh, apalagi sarapan. Saya sudah terbiasa mengurus diri sendiri sejak istri saya meninggal. Bagus juga terbiasa mandiri. Tapi sekarang beda. Bagus sudah punya istri. Jadi, memang seharusnya dia diladeni. Setidaknya ada secangkir teh setiap pagi.” Perkataan Pak Gagah yang tanpa tedeng aling-aling membuat Sully membeku di tempatnya. Uang lima juta yang tersimpan di dompet kain tentu saja tidak diberikan cuma-cuma, pikirnya. “Iya, Pak.” Sully tak tahu harus mengatakan apa selain langsung mengiyakan. “Pagi tadi Bagus sudah masak nasi. Itu bumbu dapur semuanya lengkap. Kamu bisa bikin nasi goreng atau apa terserah kamu. Di lemari ada telur. Kalau ada kurang apa-apa yang mau dibeli, bisa dititip ke Bagus. Warung jauh dari sini,” jelas Pak Gagah. “Iya, Pak,” sahu
Read more
42. Sully Gelisah
“Tapi … masa kamu ninggalin aku?” Sully berdiri lesu memegang ember kosong.“Enggak mungkin kita berdua-duaan. Nanti kita enggak bisa balik lagi ke sini. Kehilangan tempat tinggal dan harus keluar biaya makan,” kata Oky. “Kalau perlu kita enggak usah di apartemen untuk sementara ini. Ketimbang 12 juta buat apartemen dua bulan, mending kita cari kos-kosan aja. Pemasukan lagi tersendat.”“Pembayaran dari endorse yang terakhir gimana? Kan, yang kemarin udah kirim video … terus masih ada dua video lagi yang belum, Ky.” Ada nada putus asa dalam suara Sully.“Sisa pembayaran endorse cuma tiga juta, Lis. Kalau ditambah dengan kirim dua video, nambah lima juta. Itu juga kalau langsung dibayar. Kalau enggak … ya uang kita...uang kamu maksudnya, enggak ada lagi.” Oky lalu menoleh ke kanan-kiri untuk mengecek sekitar mereka. “Sekarang kita numpang hidup dan makan di rumah Pak Gagah. Kamu kira kenapa tiba-tiba aku sayang banget sama kambing-kambing Pak Gagah? Ya, karena Pak Gagah menafkahi kita.”
Read more
43. Pelukan Balasan
Tadinya Wira berniat mengasah golok untuk membuat takik di pohon kelapa milik Ajeng sore nanti. Apalagi bapaknya mengatakan ada dua tetangga Ajeng yang juga meminta sekalian dibuatkan. Sebenarnya sudah ada alat modern yang bisa dibeli untuk ditancapkan di pohon kelapa sebagai pijakan kaki saat memanjat. Tapi, penggunaannya yang sedikit rumit membuat warga desa masih memilih cara tradisional. Menebas kiri-kanan pohon sembari memanjat hingga ke pucuk adalah cara sederhana, mudah dan juga murah untuk tiba di atas. Sebagai pengaman, biasanya para pemuda membawa kain sarung untuk disangkutkan ke pohon.Sebuah golok yang baru saja Wira ambil dari bagian bawah lemari dapur, ia letakkan kembali. Perdebatan dua orang wanita yang pernah didengarnya tempo hari seakan kembali terulang. Suaranya semakin lama semakin keras. Wira mendatangi asal suara yang tak jauh dari kamar mandi.“Aku udah tebus dengan nikah sama laki-laki yang aku enggak kenal biar kamu juga ada tempat tinggal. Kamu juga bisa a
Read more
44. Ciuman Perjaka
Sully terdiam beberapa detik. Wajah Wira benar-benar serius. Jelas sudah kalau pria itu mendengar perkataannya di dekat kamar mandi. Wira pasti tersinggung. Perkataannya memang sangat kasar untuk seorang perempuan yang baru diberi uang lima juta dan tinggal cuma-cuma di rumah itu. Ditambah lagi dengan sebuah unit AC yang baru terpasang. Sully merasa dirinya jahat sekali. Usai berbicara, Sully melihat Wira menelan ludah. Wira terlihat berusaha keras mempertahankan posisi tangan di punggungnya. Pria itu pasti berharap ia mendorong dan menjauhkan diri. Wira sedang menambah semen dan bata untuk meninggikan tembok di antara mereka. Pria itu menolaknya dengan membalas perlakuannya.Tapi, Sully tidak mau memberikan kesempatan pada Wira untuk menjauhinya. Oky sebentar lagi pergi ke kota dengan waktu yang tak pasti. Dia akan terlunta-lunta di desa itu kalau Wira mengabaikannya.“Memangnya kenapa kalau aku serius suka sama Mas? Mas yang terganggu?" Sully melepaskan tangan dari belakang tubuh
Read more
45. Gempuran Sully
Angin sejuk dari AC menderu seiring Sully menyadari napasnya kian memburu. Bibir Wira sangat lembut dan empuk. Tadinya dia belum memejamkan mata. Tadinya dia juga mengira kalau Wira hanya mengecupnya sekilas. Nyatanya Wira menyesap bibirnya cukup lama. Dua tangan Wira menangkup wajahnya. Membuatnya menengadah sampai ia harus mencengkeram kaus pria itu demi menjaga keseimbangan tubuh. Saat itu Wira yakin bisa menjaga kewarasannya. Melumat bibir Sully hanya untuk menyadari bahwa dirinya memang tersinggung karena wanita itu membandingkannya dengan sosok pria yang bahkan belum ia lihat. Apa memang dirinya setak menarik itu sampai-sampai Sully mengatakan banting setir kalau sampai menyukai dirinya? Satu sisi dirinya melarang tersinggung dan mengabaikan Sully. Sisi lainnya malah ingin menunjukkan pada wanita itu soal siapa dan bagaimana dirinya. Wira mendengar napas Sully mulai cepat dan rintihan halus keluar dari sela-sela bibirnya. Lumatan bibirnya memang cukup lama. Seakan mereka sedang
Read more
46. Sully Mengadu
Ketika Wira meninggalkannya usai mereka saling memagut bibir, Sully melihat sorot berbeda di mata pria itu. Ciuman itu adalah cara Wira agar ia menjauh. Sorot mata boleh menipu, tapi deru napas tak bisa menyaru. Begitu isi kepala Sully. Ia sudah bisa memperkirakan kalau Wira akan terus sibuk dengan berbagai hal.Memang awalnya itu sudah kesepakatan mereka. Bersandiwara menikah dan kemudian mereka sibuk mengurus urusan masing-masing. Harusnya dia senang karena Wira memberinya ruang dan tak merusuhinya dengan tuntutan apa pun. Tapi tetap saja dia tak mau diabaikan.Siang itu dia berencana akan membuat dua video endorse yang masih terhutang. Satu merek produk suplemen pembesar payudara dan satunya beberapa produk dari toko online yang menjual soft lense impor dari Bangkok. Sully sudah sudah duduk bersimpuh di lantai menghadapi kaca tinggi dan sebuah alat catok yang dicolok dengan kabel sambung. Dan pikirannya yang berkelana ke mana-mana soal Wira membuat tangannya meraih alat catok deng
Read more
47. Sebuah Gambaran
Jalanan Girilayang berbukit-bukit. Naik-turun dengan permukaan tak rata. Sepanjang jalan banyak lubang melesak cukup dalam dengan genangan air yang membuat pejalan kaki harus buru-buru kalau ada deru motor yang akan melintas. Wira dilahirkan oleh seorang wanita Jawa cantik yang meninggalkan keluarga kayanya untuk hidup mengikuti pria keras kepala yang ia cintai. Kata bapaknya, ibunya adalah seorang anak Raden. Keterampilannya banyak. Menjahit, bercocok tanam, membuat kue, juga memasak semua jenis makanan pengisi lambung keluarga. Tak sampai di situ, saat keluarga sedang membutuhkan pemasukan tambahan, ibunya juga memasak kue-kue untuk dititipkan pada tetangga yang berdagang ke pasar. Pernah suatu kali banyak sawah yang mengalami gagal panen. Pak Gagah yang murah hati membagi-bagikan gabahnya yang tak seberapa untuk persediaan beras tetangga. Pria itu meminta istrinya untuk maklum dan berbesar hati. Dan wanita cantik keturunan ningrat itu pun memaklumi suaminya dengan memilih cara ma
Read more
48. Sama-sama Terpesona
Sully sama sekali tak pernah membayangkan kalau perjalanan melihat-lihat Desa Girilayang pertama kali akan ia lakukan di atas boncengan motor Pak Gagah. Awal naik ke boncengan Pak Gagah, Sully sempat bingung di mana meletakkan tangannya. Sully langsung mencoret kemungkinan ia akan berpegangan di pinggang Pak Gagah. Sedangkan kalau ia berpegangan di bahu, ia akan membuat ‘mertuanya’ seperti tukang ojek langganannya. Kalau tidak berpegangan, ia khawatir akan terjungkal di jalanan berlubang. Bisa-bisa Pak Gagah tak menyadari kalau ia terjatuh dan tertinggal di belakang. Akhirnya Sully mempercayakan tangannya di pegangan boncengan. Motor Pak Gagah berbentuk seperti belalang tempur. Hanya terlihat seperti sisa rangka motor. Siapa sangka suara motor itu bisa merusak gendang telinga dan asap knalpotnya mampu menghitamkan lubang hidung hingga pelosok terdalam. Sully berpikir soal siapa yang membuat motor seorang pria tua berpenampilan seperti itu. Jalan menuju kebun Ajeng ternyata cukup ja
Read more
49. Pesona Perjaka
Sesaat yang lalu saat Wira baru tiba di kebun Ajeng bersama Saptono dan Hendro, anggota kelompok tani yang juga masih melajang, sekitaran tempat itu sudah ramai. Wira yang tadi datang ke rumah Saptono berjalan kaki, mendatangi kebun itu dengan berboncengan bersama Saptono.“Apa kubilang … sudah ramai, toh? Mas Wira pemuda pujaan seluruh penjuru desa pulang kampung setelah bertahun-tahun merantau. Apalagi pulangnya bawa istri. Semua wanita yang penasaran, pasti mau ketemu.” Saptono terkekeh-kekeh menonjok pelan lengan Wira.“Mau ketemu bagaimana? Aku sudah resepsi dan semua tetangga datang. Mau lihat apa lagi hari ini? Istriku juga enggak ikut,” kata Wira, membuka bungkusan plastik yang dibawanya dari rumah tadi. Tangannya lalu mengeluarkan golok yang terbungkus sarung kulit dan memiliki tali untuk diikatkan ke tubuhnya sewaktu memanjat nanti.“Aku tadi jumpa Ratna sama temannya boncengan naik Hoonda. Aku klakson malah teriak ‘Salam sama Mas Wira.’” Hendro kemudian tergelak. Sedangkan
Read more
50. Perlakuan Mas
Kalimat-kalimat yang diluncurkan Oky ada benarnya. Sully juga baru pertama kali melihat seseorang memanjat pohon kelapa yang sangat tinggi dan lurus menjulang ke langit. Tak sadar tangannya menyatu di pangkuan. Tergenggam erat dan basah oleh keringat karena ngeri melihat Wira memanjat terlalu cepat. Sekejab saja kebanyakan wanita yang berada di sana bertepuk tangan. Wira terlihat sedang mengayunkan goloknya menebas ranting kelapa sampai buahnya jatuh berdebum ke tanah.Kalau kebanyakan wanita memuji Wira, hal berbeda terjadi dengan kumpulan laki-laki. Hanya beberapa pemuda yang mengatakan soal kecakapan Wira itu. Selebihnya melontarkan perkataan dengki yang tertangkap telinga Sully. “Halah, kalau begitu saja aku, sih, bisa.”“Wajar kalau dia sesigap itu. Yang dikerjain juga pohon kelapa mbakyu-nya.” Dan yang paling mencolok di telinga Sully adalah perkataan, “Memang doyannya pamer dari dulu. Karena tahu disukai banyak wanita.” Sully menoleh ke kiri untuk melihat siapa yang mengatak
Read more
PREV
1
...
34567
...
29
DMCA.com Protection Status