Lahat ng Kabanata ng Dendam Permaisuri yang Terbuang: Kabanata 41 - Kabanata 50
134 Kabanata
41. Berikan Ragamu
Bak wayang yang dilakonkan oleh seorang dalang, tubuh Rengganis bergerak mengikuti Nyi Gendeng Sukmo yang juga menggerakkan tubuh menari, dalam lantunan musik gending jawa yang entah Rengganis tidak tahu dari mana berasal. Rengganis menggerutu dalam hati. Merasa bahaya akan apa yang terjadi. Nyi Gendeng Sukmo mengangkat tangan kanan ke atas. Tubuh Rengganis pun ikut melakukan hal sama, seperti menghempaskan sesuatu ke udara. Rengganis juga melakukan hal sama, tangan terulur ke atas, begitu lentik memainkan ujung selendang tersebut padahal sebelumnya dia tidak pernah belajar menari. Dia menghempaskan selendang tersebut mengikuti gerakan Nyi gendeng dan ….. Blar! Percikan api kecil membumbung ke udara, Rengganis tersentak dia ingin menghindar, tetapi tidak bisa. Tubuhnya masih menari seperti yang dilakukan Nyi Gendeng Sukmo. Rengganis menangis dalam diam, mulut terkunci rapat. Dia ketakutan bukan main saat beberapa kali saat mengibaskan tangan lalu muncul percikan api. Nyi Gendeng
Magbasa pa
42. Bersekutu Dengan Iblis
Bersekutu dengan iblis pun akan Rengganis lakukan, dadanya kembang kempis tersulut emosi. Dia membutuhkan kekuatan besar untuk merebut kembali tahta kerajaan juga memberi balasan setimpal atas pengkhianatan yang pernah terjadi. "Balasan setimpal dari pengkhianat adalah kemtian," gerutu Rengganis menahan amarah dan kekecewaan. “Aku terima tawaranmu, Nyi,” jawab Rengganis setelah berpikir lama, Dendam membelenggu Rengganis, ditambah rongrongan yang dilakukan Nyi Gendeng Sukmo, semakin memanaskan suasana hati. Rengganis menatap Nyi Gendeng Sukmo penuh keyakinan. ‘Aku yakin dia tidak akan membunuhku jika dia pun memiliki tujuan lain,’ bisik Rengganis. Nyi Gendeng Sukmo tersenyum menyeringai, udara segar menyapa wanita demit tersebut. tidak ada hal paling membuat dia bahagia selain hari ini. “Keputusan bijak,” ujar Nyi Gendeng Sukmo. Wanita itu memeluk tubuh Rengganis, ah kehangatan tubuh manusia itu memang sangat nyaman. Tubuh sempurna bagi dirinya kelak. Di luar Curug Si
Magbasa pa
43. Kesatria Bayangan
Lelaki itu kemudian terkekeh. Dia menatap punggung wanita di hadapannya, rambut panjang itu terurai, lurus. Ah, ingin dia mengelus lalu mengecup rambut tersebut. Namun, mengingat betapa mengerikan wanita itu jika marah. Dia mengurungkan niat, dia tidak terlalu bodoh untuk hal menjijikkan yang bisa membuat diri sendiri hancur. Bisa-bisa nyawa melayang sia-sia, bukan dikenang sebagai pahlawan negara malah akan muncul rumor kesatria bayangan mati dalam keadaan mesum. “Hu, aku takut Sajani,” kelakar lelaki itu saat sang wanita membalikkan badan. Yah, ksatria bayangan itu adalah Sajani, Ksatria pertama yang ada pernah bersumpah setia kepada mendiang Ratu Leena. Dalam sumpah di masa lalu, Sajani berjanji akan menjaga dan melindungi keturunan Raja dan Ratu Leena yang tidak lain adalah penerus satu-satunya Permaisuri Rengganis. “Kau sudah pulang dari tadi?” Sajani bertanya seraya melangkah kemudian duduk di sudut ranjang dengan kaki bersila. “Apa kata Kayana dan senapati Khan
Magbasa pa
44. Saling Memata-matai
Madhavi mengekor anak buahnya untuk keluar rumah, lalu berjalan sebentar ke bangunan di belakang, pintu terbuka. Dia menginjak tiga kali bagian ujung ruangan, lantai kayu yang dipijak bergetar lalu muncul lubang terowongan. Madhavi masuk ke dalam menuruni anak tangga bersama anak buahnya yang membawa lampu minyak untuk menerangi ruang bawah tanah nan gelap. Tidak menunggu waktu lama, Ki Kastara pun menyusul, dia mendekati Madhavi yang sedang menikmati arak dari gelas batok kelapa. Madhavi melirik sebentar ke arah lelaki tua itu lalu melanjutkan menyesap apa yang sedang dinikmati. “Maaf keponakanku tersayang membuatmu menunggu,” kata Ki Kastara. Madhavi berdecih, “Paman, kau sangat berani membawa wanita itu pulang ke rumah, kau tidak takut Bibi akan memergoki perbuatan mesummu dengan lacur itu, hem?” tanya wanita itu menelengkan kepala seraya meletakkan kembali gelas pada meja. “Bibi tersayangmu sedang mengunjungi orang tuanya,” jawab Ki Kastara. Madhavi
Magbasa pa
45. Jeratan Nyi Gendeng Sukmo
"Kau dalam jeratanku Rengganis," lirih Nyi Gendeng Sukmo, tetapi cukup terdengar bagi Rengganis. Rengganis pikir dirinya akan mati, kepulan asap tebal mengepung dan menjeratnya. Caci maki umpatan di alamatkan Rengganis untuk Nyi Gendeng Sukmo. Salah, bukan hendak membunuhnya Nyi Gendeng Sukmo merapalkan mantra, sepertinya penderitaan Rengganis semakin bertambah. Sejurus kemudian, mulutnya terbuka muncul sebuah cahaya kebiruan. Wanita demit itu tersenyum menyeringai tanpa menjawab umpatan Rengganis. 'Aku sudah tidak bisa bertahan lebih lama, ayahanda, ibunda, aku—," bisik Rengganis sudah tidak terdengar suara. Lehernya terasa dicekik kuat, air mata luruh jatuh. Nyi Gendeng Sukmo menatap tajam tidak tahu apa maksud tatapan itu. Tangan kanan membelai lalu sedikit menarik rambut Rengganis ke belakang, membuat permaisuri Kerajaan Baskara itu ketakutan bukan main. Tubuh lemas tanpa daya tidak mampu lagi melawan, dia mendongak dengan mulut terbuka. Cahaya kebiruan m
Magbasa pa
46. Aura yang Berbeda
Rengganis duduk termenung di sebuah bongkahan kayu yang ada di dekat tempat latihan. Memperhatikan para bawahan yang sibuk membersihkan tempat penuh lumpur. Tempat itu porak poranda bekas hujan semalam. Tembikar dan beberapa perabot masak pun terpental jauh dari tempatnya semula. Angin ribut juga hujan lebat, begitu apa yang dikatakan beberapa prajuritnya. Padahal semalam Rengganis tidak mendapati hal tersebut ketika berada di Curug Sidangkrong. Saat pulang dari tempat Nyi Gendeng Sukmo, Rengganis dibantu lelembut itu, melayang di udara kemudian sampai di gua persembunyian, dan yeah dia tidak memperhatikan. Masih ingat jelas bagaimana wanita demit itu memperlakukan Rengganis. Tubuhnya pagi ini terasa bugar dan berenergi. Rengganis menatap beberapa kesatria yang sibuk meneliti anak panah. Dia lalu berjalan mendekati. "Permaisuri," sapa seseorang memberikan hormat dengan tangan menyatu di dada. Rengganis mengangkat tangan agar mereka menghentikan perbuatan. "Kalian
Magbasa pa
47. Sajani dan Madhavi
Khandra langsung melompat dari kuda untuk turun begitu sampai di Kerajaan Baskara. Sajani tersenyum lalu berlari menghampiri kedua lelaki gagah tersebut. Namun, senyum simpul hilang saat Khandra melewatinya begitu saja. ‘Ah, apa yang sebenarnya aku harapkan, dasar bodoh!’ bisik Sajani menatap punggung Khandra. “Hai, Sajani bagaimana kabarmu?” tanya Kayana. Sajani menoleh ke belakang secepat mungkin merubah mimik wajah. “Aku baik-baik saja, bagaimana perjalanan kalian?” Sajani balik bertanya. Kedua orang itu berjalan masuk ke dalam ruangan yang dikhususkan untuk para kesatria Kerajaan Baskara. “Aku lelah ingin istirahat sebentar, nanti malam kutraktir kau makan di kedai Mbok Berek,” jelas Kayana. “Akan aku ambilkan air minum,” kata Sajani berlalu meninggalakn Kayana yang masuk ke dalam kamar. Gadis manis itu berjalan masuk ke dalam kamar milik Khandra, sang empunya sudah berganti pakaian. Baju zirah yang dikenakan tadi telah dilepas berganti setelan pan
Magbasa pa
48. Pesona Rengganis
Terik matahari sangat menyengat kulit, Rengganis mengikuti para bawahannya bersembunyi di balik pohon rindang. Tatapan tajam, busur telah siap di tangan, mengintai seekor kijang. Rengganis mengambil ancang-ancang, matanya menyipit, ada rasa tidak tega melihat kijang tersebut. Namun, sepersekian detik kemudian pikiran Rengganis seperti dikendalikan sesuatu dan …. Srash! Blesh! Anak panah melesat dan menancap di punggung kijang tersebut. Rengganis melebarkan mata saat melihat anak panah itu mengenai sasaran. Tangannnya gemetaran, busur panah luruh jatuh ke tanah. “Astaga, aku membunuhnya,” keluh Rengganis memasang wajah pucat pasi. Ah, jantungnya berdegup kencang, rasa bersalah itu mengukung dirinya. Dia menoleh ke arah para bawahannya yang berlari menuju ke arah kijang tersebut dengan bersorak-sorai. “Saya tidak menyangka Permaisuri sangat hebat,” ungkap salah seorang di antara mereka. Dua orang lain mengikat kijang tersebut pada sebuah batang kayu. “Permaisuri?” pa
Magbasa pa
49. Darah Rakyat Jelata
Kayana yang sempat mengangkat gelas arak untuk dia minum diurungkan, gelas itu ditaruh kembali di atas meja. Paham benar saat ini Sajani sedang marah, “Kau juga pasti paham, Sajani. Khandra bukan lelaki buaya apalagi mencintai wanita semacam ulat bulu itu,” terang Kayana membuat Sajani bernapas lega. ‘Dasar orang-orang aneh, Sajani mengkhawatirkan Khandra, sedangkan Khandra sendiri pikiran dipenuhi kekhawatiran akan Permaisuri Rengganis,’ keluh Kayana dalam hati menoleh ke arah Sajani dan Khandra bergantian. “Kau benar Kayana, Khandra kita tidak mungkin seperti itu,” jawab Sajani tersenyum, wajahnya memerah mirip buah apel yang ada di piring saji di meja. “Sajani, aku paham kau mencintai Khandra, kau tidak berniat mengungkapkan rasa cintamu?” Kayana berucap kemudian saking sebalnya menjadi pendengar dan pengamat akan tingkah laku para sahabatnya. Bagi Kayana mungkin akan lebih baik jika Sajani mengungkapkan perasaan pada Khandra. Setidaknya dia ingin Khandra tidak
Magbasa pa
50. Diserang Penyamun
Khandra merasa lemas dan terkejut mendengar penuturan anak buahnya. Dia berupaya mencari keberadaan Rengganis setelah mendengar duduk permasalahan. Khandra merasa bersalah pada diri sendiri tidak mampu memberikan perlindungan bagi Permaisuri Kerajaan Baskara tersebut.*** Beberapa waktu lalu, ketika hendak pulang berburu. Gerombolan penyamun datang menyerang. Para kesatria sibuk bertarung, aduk kekuatan. Dencing pedang beradu menggema bersamaan teriakan dan bau anyir darah. Rengganis yang melihat itu gemetar, bayangan masa lalu menghantui. Ingatan silam kala sang suami menebas leher ibundanya terngiang-ngiang. “Jangan biarkan mereka lolos!” teriak salah seorang di antara mereka. Seorang lelaki berkepala botak berkacak pinggang. Terlihat seperti pimpinan di antara mereka. “Permaisuri, mari kita lari!” Dua orang kesatria membentuk pagar untuk menyelamatkan Rengganis. Salah seorang merangkul dan membawa Rengganis berlari. “Ketua, wanita itu kabur,” kata salah seor
Magbasa pa
PREV
1
...
34567
...
14
DMCA.com Protection Status