All Chapters of Dendam Permaisuri yang Terbuang: Chapter 1 - Chapter 10
134 Chapters
1. Menggulingkan Calon Ratu
"Berikan aku ragamu, maka akan aku kabulkan segala keinginanmu, Rengganis.” Suara melantun itu membuat wanita berparas rupawan yang dipanggil Rengganis, menengadah dari posisi bersimpuh, menatap sosok wanita setengah tembus pandang yang melayang di hadapannya dengan kabut tebal menyelimuti tubuh wanita itu. Manik hitam segelap malam milik Rengganis terlihat basah, memancarkan kesedihan yang begitu dalam. Debu dan kotoran tebal menghiasi wajahnya, menunjukkan betapa tersiksa dan terabaikan dirinya untuk waktu yang cukup lama. Melihat keterpurukan Rengganis, wanita itu menyeringai, kakinya turun menapak tanah. “Aku bisa membantumu membalaskan dendam, entah kepada jalang bernama Madhavi … ataupun bajingan yang kau panggil Kakang Prabu Abra itu.” Rengganis mengepalkan tangan, membayangkan wajah kedua orang yang membuat hidupnya terasa bak neraka. Namun, melihat kabut hitam yang menyelimuti wanita di hadapannya, Rengganis merasa bahwa menyetujui mungkin
Read more
2. Pertempuran di Istana Permaisuri
Tuduhan Kanjeng Ibu Leena akan Raja Abra tidaklah salah, yah, umpatan tersebut benar adanya. Kerajaan Baskara belum lama ini dipimpin Raja Arkha ---suami Leena--- Baginda Raja Arkha mangkat beberapa waktu lalu karena sakit. Rengganis sebelumnya telah bertunangan dengan Abra ---pangeran ke-dua dari Kerajaan Bamantara--- pernikahan dipercepat atas usul sesepuh-pinisepuh kerajaan Baskara, mengingat posisi kosong pada tahta kerajaan akan menjadi peluang besar kerajaan lain menyerang. Buktinya, perang besar di perbatasan juga tengah terjadi, beruntung ada Senapati Khandra, pemuda gagah dengan taktik perang terbaik, mengerahkan prajurit di bawah kuasanya untuk menjaga, dan melawan musuh. “Nenek peot!” tekan Raja Abra menatap mertuanya dengan tatapan menguliti. “Putrimu telah bersalah, jika kau masih membelanya, maka aku tidak segan untuk menghabisi nyawamu juga!” dengkus mengacungkan jari ke wajah sang mertua. Kanjeng Ibu Lenna terbahak, “Coba saja kalau kau mampu!” tantang
Read more
3. Hukuman Mati Untuk Permaisuri
Istana Dingin, mercusuar di tempat paling ujung kerajaan Baskara, bangunan tidak terawat, banyak sarang laba-laba dan juga tikus berkeliaran. Bau busuk menguar, membuat beberapa prajurit tidak tahan. Istana dingin kerajaan Baskara layaknya penjara anggota kerajaan yang bersalah, sebelum menerima hukuman atas kejahatan yang diperbuat. Mereka akan ditempatkan di istana dingin menunggu peradilan. Permaisuri Rengganis tergeletak di sebuah dipan kayu. Mata sembab itu mulai terbuka perlahan. Dia melonjak terkejut mendapati diri dalam keadaan mengkhawatirkan. Permaisuri Rengganis menangis sesengukan, meratap. Kehilangan ibu tercinta di depan mata, dengan cara begitu tragis. Raja Abra beringas, tanpa ampun menebas leher sang ibu. Permaisuri Rengganis mendadak mengurut leher sendiri. Mendadak terasa kelu, tercekat, bahkan sulit bernapas. Darah berceceran nampak jelas ketika raja Abra menjambak dan mengakat kepala sang bunda ke udara. "Gantung kepala wanita pemberontak ini di a
Read more
4. Senapati Khandra
Tubuh Rengganis bergetar hebat, keringat dingin mengucur di pelipis. Dia meringkuk ketakutan melihat sumbu yang menyimpul lantai kayu terkoyak. Rengganis menutup mulut, terisak, dia tetap waspada. Sekonyong-konyong terlihat kilatan, gerakan cepat seseorang melompat dari lantai kayu yang terbuka ke atas. Sosok lelaki gagah bertubuh tinggi, berdiri di dekat dipan. Menatap tanpa ekspresi Rengganis yang masih terbengong. Lelaki itu masih mengenakan baju zirah, tubuhnya penuh bercak darah, bahkan di bagian rambut ke wajah bagian kiri bau amis tercium. Namun, Rengganis abai, seolah tampang sangar dan juga penampilan mengerikan lelaki itu tidak membuat takut. Justru Rengganis bernapas lega, dia mengulas senyum. Secara tidak sadar air mata meleleh di pipinya yang kotor terkena debu. "Senapati, Senapati Khandra," panggil Rengganis. Tatapan keduanya berserobok, lelaki gagah itu meletakkan jari telunjuk di mulut, sebagai tanda agar berdiam. "Permaisuri Rengganis, Anda baik-
Read more
5. Nyi Gendeng Sukmo
"Tidak!" Rengganis berteriak lantang, wanita itu membuka mata. Didapati suasana samar dalam gelap dalam pantulan obor. Mbok Berek menatap majikannya dengan seksama. Rengganis memejamkan mata sebentar, menetralkan jantung yang bergemuruh. "Kamu mimpi buruk, Nduk?" Mbok Berek membantu Rengganis beringsut duduk. Wanita ayu menatap ke sekeliling, baru sadar mereka berada di sebuah gua. Saat ini dirinya berada di atas bebatuan, punggung terasa sakit, tidak pernah Rengganis, selama ini dia tidur di tempat yang nyaman dan empuk. Dia melongok keluar gelap, ah hari sudah malam rupanya, begitu pikir Rengganis. "Minumlah!" kata wanita tua tersebut menyerahkan tempat minum dari bambu untuk Rengganis. Wanita itu meneguk hingga tandas. "Aku mendengar Permaisuri berteriak." Khandra muncul dari luar dengan membawa kayu bakar. "Ah, tidak ada apa-apa, Permaisuri hanya mimpi buruk," terang Mbok Berek. Apa yang kau bawa Khandra?" tanyanya. Lelaki tersebu
Read more
6. Dendam Permaisuri yang Terbuang
Rengganis mengganti pakaian dengan lebih sederhana. Selipat kain batik melilit tubuh serta selendang warna hitam menutup bagian atas. Semua aksesoris dilepas termasuk mahkota. Agar tidak ada yang curiga saat melewati pedesaan. Semua dirancang sedemikian rupa oleh Mbok Berek. Berjalan menyusuri sungai, melewati semak belukar tidak terasa matahari sudah berdiri di atas kepala. Rengganis menelan saliva menahan haus dan lapar yang tertahan, sejak pagi mereka belum makan apa pun, jalan mulai sempoyongan. Rengganis menatap ke arah atas langit cerah, burung berterbangan riang, nyiur melambai-lambai tertiup angin. Wanita itu meneguk air dari bumbung bambu. “Apa masih jauh, Mbok?” tanya Rengganis. Mbok Berek menggeleng kepala, “Tidak, Nduk di depan sana ada jalan setapak, kita memasuki perkampungan. Singgah sebentar ke pasar dan kedai makan,” jawab Mbok Berek, “ingat, kita sedang berperan sebagai keluarga pura-pura. Kalian jangan keceplosan memanggil dia Permaisuri.”
Read more
7. Curug Sidangkrong
Mbok Berek menarik Rengganis untuk segera meninggalkan pedesaan, tidak aman berada terlalu lama di sana. Mereka kembali masuk ke dalam hutan, kemudian berhenti di sebuah gua. Rengganis menelengkan kepala, lagi-lagi dia menemui gua. Ksatria yang menghantar Rengganis bersiul tiga kali. Rengganis seperti melihat bayangan hitam lewat di hadapan. Dia menelan saliva saat seorang lelaki berdiri di belakangnya. “Mohon ampun Permaisuri, kami hanya takut ada penyusup,” kata seorang lelaki asing. Rengganis menoleh ke belakang, melihat sosok pemuda tampan bertubuh tinggi membungkukkan badan dengan posisi berjongkok. “Apa yang kau lakukan, siapa kau?” Rengganis membungkuk. Pemuda tadi mendongakkan kepala. “Saya Kayana, salah satu prajurit pilihan mendiang Raja Arkha,” ucapnya tersenyum genit. “Amboi, cantiknya,” katanya lagi. Bletak! “Dasar tidak sopan!” Mbok Berek memukul kepala pemuda bernama kayana itu. “Aw, sakit Mbok!” pekik Kayana mengelus kepala nyengir. “
Read more
8. Bukit Alang-alang
Tubuh Rengganis bergetar melihat sosok wanita cantik terlihat tidak asing baginya. Pernah ditemui di dalam mimpi mengerikan. Sosok wanita setengah ular terapi. Jantung berdegup kencang seperti hendak loncat keluar, tubuhnya menggigil bersamaan keringat dingin mengucur di pelipis. Rengganis menahan sekuat tenaga agar tidak luruh, dia mengepalkan tangan, menggenggam selendang yang dikenakan. Asap putih mengepul mengelilingi tubuh wanita itu perlahan memudar, lenyap. Kini dia berdiri berhadapan dengannya. Mata Rengganis melebar, "Nyi Gendeng Sukmo," lirihnya. Dalam hati merasa lega tak diperlihatkan tubuh setengah ular Nyi Gendeng Sukmo. Kesadaran perlahan menghampiri, berhasil berdiam, tenang. "Bagaimana keadaan dirimu, Cah Ayu." Suara Nyi Gendeng datar, wajahnya menatap tanpa ekspresi. "Syukurlah kau tidak tersesat menuju kemari," kata Nyi Gendeng raut berubah sekejap, tersenyum ramah. Rengganis tidak menjawab, dia mengedarkan pandang ke segala penjuru. Mengi
Read more
9. Keris Selendang Merah Gendeng Sukmo
Mengingat beberapa waktu silam, Nyi Gendeng Sukmo begitu berambisi pada keinginan untuk tetap awet muda dan memiliki kekuatan abadi tiada tanding. Semua berawal dari pertemuan dirinya pada sosok siluman ular api bernama Sawer Geni. Kecantikan Nyi Gendeng Sukmo mampu memikat lelaki dari bangsa manusia maupun siluman. Termasuk Sawer Geni yang tidak sengaja melihat tubuh menggoda Nyi Gendeng yang sedang berendam di danau, dekat air terjun Sidangkrong tempat dirinya tinggal. Kedatangan Sawer Geni, ular besar berbalut api di sekujur tubuhnya tidak membuat Nyi Gendeng Sukmo takut. Melihat siluman dan hal janggal semenjak menjadi murid Empu Jagat Trengginas adalah hal biasa. Wanita itu masih tetap mandi dengan santai, menghiraukan Sawer Geni menyaksikan dari pinggir danau. Kejadian berulang hingga beberapa hari kemudian, Nyi Gendeng yang awalnya diam, melompat dari bawah air mengibaskan tangan, menutup tubuh telanjang dengan gumpalan air yang ikut naik seiring tarian tangan yang di
Read more
10. Kitab Empu Jagat Trengginas
“Aku Sawer Geni, tidak akan mati dengan mudah. Aku kekal abadi, kau tahu.” Ular itu perlahan seperti melebur, kepulan api dalam tubuhnya lenyap, Sawer Geni berubah menjadi sosok lelaki bertubuh putih mulus seputih kapas. Nyi Gendeng Sukmo melihat lengan lelaki tersebut memeluk perutnya. “Aku bisa berganti tubuh saat raga ini menua, mulai tidak berguna.” Sapuan napas lelaki itu terasa hangat di pipi Nyi Gendeng Sukmo. “Lepas, bajingan!” Nyi Gendeng mengerakkan keris, tangan lelaki itu menyibakkanya dengan mudah. Pyash! Keris berubah kembali menjadi selendang. Lelaki itu tertawa kemudian membalikkan tubuh Nyi Gendeng Sukmo, kini gadis tersebut dapat melihat sosok gagah pemuda ular itu. “Jadilah anak buahku, Nyi Gendeng Sukmo. Sudah begitu lama aku memperhatikan dirimu dan yeah. Kau sosok sempurna yang aku pilih. Akan aku berikan ilmu kekebalan juga keabadian. Kau bisa hidup kekal, menguasai jagat raya,” terang Sawer Geni. “Aku tidak yakin kau lebih hebat dari guruk
Read more
PREV
123456
...
14
DMCA.com Protection Status