Ada rasa hangat yang menjalar, melihat ia sekhawatir ini pada kondisiku."Maaf ya, Dek, kalau Mbak sudah membuat kamu kuatir. Dan terima kasih sudah peduli sama Mbak," suaraku ikut parau saat berkata. Rasa haru menyerang begitu saja.Dokter Murni mulai memeriksa kondisiku setelah kami berjabat tangan. Kudengar beliau menghembuskan napas panjang."Hm ... ,Mbak Lisa, ini sepertinya lambung Mbak Lisa bermasalah. Tensi Mbak juga rendah, hanya 70/100. Panasnya juga tinggi ini, Mbak. Sepertinya Mbak Lisa kecapekan, ya?""Sepertinya begitu, Bu. Memang belakangan ini saya agak sibuk," jawabku merasa bersalah. "Coba diingat, apa ada yang salah dimasukkan ke perut? Sudah lama, lho, Mbak nggak pernah begini sebelumnya," ujar dokter Murni.Beliau benar. Hampir satu tahun aku di sini, belum sekali pun aku memeriksa kondisiku di ruang prakteknya. Sebelumnya, hampir tiap bulan aku langganan periksa di sana."Mungkinkah bubuk cabe dalam mi instant tadi pagi ya, Bu?
Read more