Semua Bab Acara tujuh bulanan di rumah mertua di wa story ipar: Bab 11 - Bab 20
140 Bab
Bab 11
Malam telah larut, Rara masih berlanjut pertengkarannya dengan Ridwan. Ridwan masih terus membujuk Rara untuk menerima keadaan, namun Rara masih teramat sakit untuk menerima kenyataan ini. Sungguh Ridwan benar-benar tak memikirkan perasaan Rara sedikit pun. "Sudah lah, Mas! Aku sudah capek dari tadi mendengar permintaanmu! jangan paksa aku untuk menerima keadaan ini. Kamu benar-benar ya! Nggak ada sedikitpun memikirkan perasaan aku! Dasar laki-laki egois!" hardik Rara. Rara mengambil posisi untuk segera tidur, sementara Ridwan hanya menatap istrinyaistrinya tanpa berbicara lagi. Ridwan pun hendak tidur, namun seketika Rara bangun dan meraih selimut dan bantal untuk tidur di sofa bawah. Ridwan yang menyadari istrinya turun pun tersentak bangun. Ridwan tau bahwa Rara saat ini kondisi hatinya sedang tidak baik-baik saja, bahkan tidur satu ranjang pun istrinya enggan. Padahal dua malam yang lalu mereka masih bercanda ria saat hendak tidur, namun sekarang sudah berbeda. "Bun, kenapa
Baca selengkapnya
Bab 12
"Bunda, Bunda nggak Papa?" tanya Iwan panik. Bagaimana tidak, Rara tiba-tiba seperti orang hilang tenaga, lemah lunglai ketika meluruhkan dirinya ke lantai. Rara terus memegang dadanya menahan sesak yang kian menghantam. Kenyataan yang didapati ternyata benar-benar membuat Rara tidak percaya. "Lalu Ardi? Bagaimana mungkin Ardi tidak tahu? Ardikan suaminya Eca?" di tengah keterpurukan Rara banyak pikiran-pikiran lain memutar di kepalanya. "Minum dulu, Bun." Iwan datang dari belakang menyodorkan segelas air putih. Rara menerimanya dan meneguk air itu hingga tandas. "Bagaimana, Bun? Udah enakkan belum?" tanya Iwan. Rara masih memegang dadanya, rasa sakit itu kian parah, seperti ada gumpalan yang menyumbat di ulu hati. Rara mengangguk kecil, meskipun tubuhnya gemetaran menahan sakit dan amarah. "Bunda tenang dulu, Bun. Maaf ya kalo ini bikin bunda jadi….""Nggak apa-apa, Wan." Rara memotong pembicaraan Iwan. "Hm, iya Bun," sahut Iwan tidak enak hati. Merasa bersalah melihat ma
Baca selengkapnya
Bab 13
Ca! Kamu belum bangun?" suara Rista dari luar kamar mengganggu Eca yang tengah rebahan di kamar.Tok tok tok! Lagi pintu kamar diketuk dari luar dengan cukup keras "Eca!" lagi Rista memanggil dari luar. Dengan malas Eca berdiri membukakan pintu kamar. "Iya, Ma, ada apa?" tanya Eca dengan wajah yang dibuat seperti habis bangun tidur. "Ya ampun Ca, kamu itu sudah hamil besar lho, kok yo bangun siang-siang begini. Bangun pagi, Ca! Banyak gerak biar nanti mau lahiran itu gampang. Gak cuma dibawa rebahan aja di kamar." Cerocos Rista dengan suara yang sedikit meninggi, yang sontak bikin kuping Eca panas mendengar ocehan Mamanya Ridwan tiap hari. "Maaf, Ma. Semalam aku nggak bisa tidur. Jadinya kesiangan." Alasan Eca. "Kenapa kamu nggak bisa tidur? Kepikiran Rara sudah tahu hubunganmu sama Ridwan?" sindir Rista yang sontak membuat Eca memerah mangan emosi. "Ngapain aku mikirin itu, Ma. Orang Mas Ridwan yang tergila-gila sama aku. Bukan aku yang merebut mas Ridwan." ujar Eca penuh per
Baca selengkapnya
Bab 14
Tok! Tok! Tok! "Assalamualaikum, Kak." Sapa Rara dari luar. Hanum berdiri membukakan pintu kamar untuk Rara. "Waalaikumsalam, Bun." Sahut Hanum saat menampakkan dirinya dari balik pintu. "Kakak nggak papa?" tanya Rara. "Seperti yang Bunda lihat, Bun." Jawab Hanum dengan muka yang masih ditekuk. "Bunda boleh masuk, Kak?" Rara meminta izin pada Hanum. "Boleh, Bun." Jawab Hanum dengan memberi anggukkan kecil. Rara melangkahkan kakinya masuk ke kamar Hanum. Mata Rara menelisik kamar itu, ternyata tidak ada yang harus dikhawatirkan, kamar Hanum terlihat biasa saja. Hanya tempat tidur yang sedikit berantakan, itu pasti dari semalam Hanum hanya berbaringan ditempat tidur.Hanum masih berdiri dibalik pintu. Rara yang sudah sampai di ranjang tidur Hanum menoleh kebelakang, "Kak, ayo sini!" titah Rara. Hanum mendekati Rara lalu memeluknya erat. Tangis Hanum pecah, dalam isak tangisnya dia berkata. "Kenapa Papa punya perempuan lain, Bun? Kenapa Papa jahat banget sama Kakak?" Celoteh Han
Baca selengkapnya
Bab 15
Hari ini Hanum menjelajahi tempat-tempat wisata yang ada di kota. Hanum sangat menikmati waktunya bersama Ridwan. Hanum bermain di wahana-wahana yang ada di tempat wisata tersebut bersama Ridwan. Melihat senyum Hanum yang lepas tanpa beban membuat Rara melupakan rasa sakitnya saat ini sejenak. Rara hanya menyaksikan anak dan papanya tengah menikmati waktu berdua. Rara merogoh HP nya dari dalam tas. Lalu Rara masuk ke aplikasi berlogo F itu. Rara melakukan siaran langsung. "Menikmati minggu bersama yang tersayang." Caption dari siaran langsung itu disematkan. Meskipun jijik! Rara terpaksa melakukan itu demi sebuah pembalasan sakit hatinya. Siaran langsung itu ditonton ratusan orang. Dan beragam komentar bermunculan dari siaran langsung tersebut. Rara menampilkan pemandangan dimana Ridwan tengah menikmati waktu bersama hanum. [Wah lagi jalan-jalan ya, Bun? Selamat bersenang-senang bunda.][Wih, Bunda Owner Hanum collection lagi quality time nih. Happy terus ya bun.][Ya ampu
Baca selengkapnya
Bab 16
"Untuk apa? Jawab!"Ada berapa kali kamu mengirim Mama uang dalam satu bulan? Kamu!" Hardik Rara penuh emosi. "Bun, dengerin Papa jelasin dulu." "cukup,Mas! Kamu benar-benar keterlaluan ternyata ya, Mas. Kamu tidak hanya bermain gila dengan wanita lain dibelakang aku! tetapi kamu juga bohongin aku soal uang Mama! Parah kamu! Mulai sekarang kamu tidak akan lagi pegang uang sepeserpun. titik!"Ridwan mengusap wajahnya kasar. Ridwan mengira liburan hari ini sudah membawa titik terang tentang hati Rara. Ternyata Ridwan salah. Bagaimana mungkin Ridwan jujur soal uang itu, sebab itu uang untuk biaya acara tujuh bulanan kemarin, yang lupa Ridwan buang struknya. "Tolong sekarang juga kamu pergi dari rumah ini, Mas! Aku lagi nggak ingin lihat kamu sekarang. Aku muak! Apa lagi harus sekamar denganmu." "Bun, jangan gitu donk Bun. Masa Papa diusir dari rumah Papa sendiri. Ini sudah malam, Bun. Ayolah." "Siapa suruh kamu pulang kesini? Kemarin aku sudah melarang kamu pulang. Sana kamu pula
Baca selengkapnya
bab 17
Bertepatan dengan Rara yang baru keluar dari rumah mewahnya menuju kantor, Ardi dan Eca pun baru sampai. Rara berbalik untuk mengajak Ridwan ke kantor bersamaan. "Mas, ayo ke kantor barengan."titah Rara lembut. Sikap Rara dari kemarin benar-benar membuat Ridwan bingung. Bentar-bentar Rara baik, nanti Rara berubah lagi. Selalu begitu. Ridwan hanya mengerutkan keningnya mendengar ajakan Rara. "Kok bengong, Mas? Ayok!" ajak Rara lagi. Setelah perdebatan barusan di kamar, di mana Rara masih sangat terlihat benci dan emosi. Sekarang justru berubah lebih lembut lagi seperti tak terjadi apa-apa. Semua sudah disita oleh Rara. Kecuali HP. Iya. Hanya HP yang saat ini yang Ridwan punya. Bahkan saat ridwan hendak ke butik, Rara mencegah Ridwan untuk tidak kesana lagi. Lagi Ridwan dibuat bingung. "Kenapa lagi ini bun, papa nggak boleh ke butik? Terus siapa yang ngurus butik?" tanya Ridwan."Tenang saja, ada karyawan disana kan? Jadi Mas nggak perlu repot-repot lagi ngurus butik. Mereka s
Baca selengkapnya
Bab 18
"Kamu memang pandai ya perempuan jalang. Membayar laki-laki lain untuk berpura-pura menjadi suamimu, tetapi suami sungguhanmu adalah Mas Ridwan." Gumam Rara dalam hati. "Iya Ca. Bun, Mas, saya pamit ya." "Oh iya, Di. Hati-hati, ya." Pesan Rara. Saat Ardi melangkah masuk Mobil. Tiba-tiba Rara berucap. "Kok nggak saliman gitu Ca sama Ardi. Kok kamu cuek banget kamu sama Ardi, ya?" Langkah Ardi terhenti mendengar itu. "Eh iya, Bun. Maaf lupa." Ardi mendekati Eca lalu mengulurkan tangannya untuk dicium. Dengan berat hati Eca menerima itu dan mencium tangan Ardi. Hal yang tidak pernah Eca lakukan selama ini selain pada Ridwan. Ardi melakukan lebih dari itu. Tanpa diduga Ardi mengecup lembut kening Eca. Dan berucap. "Kamu hati-hati ya kerjanya, jaga kandungan kamu. Jangan terlalu capek, ya." Pesan Ardi sambil mengusap perut Eca lembut. Eca yang diperlakukan seperti itu mendadak salah tingkah, sebab disaksikan suami sahnya. "Nah gitu donk. Kan, kelihatan seperti suami istri beneran.
Baca selengkapnya
Bab 19
"Semoga lancar-lancar nanti persalinannya ya, Ca. Hmm, mungkin kamu lahiran besok kita nggak di sini, Ca. Kita di bali liburan selama sepuluh hari. jadi kita jenguknya habis liburan aja ya." Ujar Rara memancing keributan. "Apa bun? Liburan?" tanya Ridwan dan Eca bersamaan dengan mimik muka yang seperti tidak percaya. Bola mata mereka membulat sempurna seperti hendak keluar dari tempatnya. Rara menatap Ridwan dan Eca bergantian. "Lho! kalian berdua ini kenapa?" tanya Rara berpura-pura. Terlihat sekali mereka berdua menjadi salah tingkah dengan pertanyaan Rara. "Bagus! Ini baru dimulai kalian sudah kalang kalang kabut, bagaimana jika aku lebih-lebih dari ini?" Rara mengukir senyum di balik pertanyaannya. "Nggak apa-apa, Bun." Ridwan dan Eca menjawab bersamaan. Rara mengerutkan dahinya menatap dua manusia yang sedang bersandiwara di dihadapannya saat ini. "Kalian berdua ini kompak sekali ya, menjawabnya. Seperti ada kontak batin yang saling bertautan." Sindir Rara. Rara mengu
Baca selengkapnya
Bab 20
"Bun, apa nggak baiknya Eca disuruh pulang saja? Kasian dia, nanti anaknya kenapa-napa." Ujar Ridwan. Rara menatap Ridwan pekat untuk melihat reaksi Ridwan akan seperti apa. "Mm, anu Bun. Kasian lihat Eca, Bun. Suruh pulang aja Istirahat ya, biar Papa antar." Hati Rara berkedut nyeri mendengar tawaran suaminya. Dasar laki-laki picik! Jerit Rara dalam hatinya. "Tapi sepertinya Eca masih bisa kuat itu Mas. Iya kan, Ca?" tanya Rara santai. Tidak bisa dibohongi, Eca benar-benar merasakan sakit di bagian perutnya. Dengan ragu Eca mengangguk kecil. Namun wajahnya terlihat sangat pucat akibat menahan sakit. Eca berjalan perlahan dengan tangan yang terus mengusap perutnya. Semetara aku hanya menyaksikan dari meja kerja tampa berminat untuk membantu. Dia membawa langkahnya terseok-seok masuk kamar. Di ruangan itu ada empat orang admin termasuk Eca. Mereka tidak berani ikut menyela atas apa yang mereka dengar dan mereka lihat barusan. Mereka fokus dengan pekerjaan masing-masing, meski
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
14
DMCA.com Protection Status