All Chapters of Bertahan dari Cacian Kakak Kandungku: Chapter 31 - Chapter 40
56 Chapters
Mencari Nining
-Lastri"Kalau aku … mau aja sih, Mah, Pah. Asal nanti setelah kita menikah, Mas Arman harus cepat-cepat menyingkirkan si Lastri. Aku mau jadi satu-satunya istri kamu." kini Irna menjawab dengan nada yang selembut mungkin dan dibuat-buat. Membuat aku semakin jijik padanya. Cuih! Dasar wanita j*l*ng! Awas saja kau, Ir! Aku akan membuat kalian semua menderita.Sebisa mungkin aku menetralkan perasaanku. Tak ingin semuanya menjadi kacau. Akan kususun rencana agar bisa menghancurkan mereka semua. Awas saja kau, Bang!****Aku kini tak tau mau kemana lagi. Sepanjang perjalanan hati ini terasa sangat kalut sekali. Ada rasa sesal, sedih, dan tak berguna sama sekali. Haruskah aku berpisah dari Bang Arman? Ataukah aku harus tetap bertahan demi anak-anak dan juga demi semuanya.Jujur saja, aku benar-benar belum siap untuk kembali seperti dulu. Menjadi orang miskin lagi, bukanlah tujuan hidupku. Aku ingin terus menjadi orang kaya, yang tak bisa diremehkan oleh siapapun.Tiba-tiba saja hati ini ke
Read more
Ke Toko Kue
Iya. Ya udah, kamu mau masuk dulu atau nggak? Biar enak ngobrol di dalem," tawarnya lagi."Aku langsung ke toko kue Nining aja, Bu. Boleh minta alamatnya kan?" Jawabku."Ok, sebentar ya?" Aku pun mengangguk. Dan Bu Rania menyuruh Pak Satpam untuk menuliskan alamat toko kue Nining di kertas selembar.Setelah menerima alamat toko kue Nining. Aku segera berpamitan pada Ibu berwajah teduh tersebut. Seketika hati ini merindukan Ibu kandungku yang telah lama pergi. Tekstur wajahnya mirip sekali dengan Ibu. Berwajah teduh dan menghangatkan. Dan juga ramah sekali. Tak ada kesan sombong di dalam dirinya, padahal dia mempunyai rumah yang begitu mewah.****Sepanjang perjalanan aku terus memikirkan tentang hidup adikku yang kini kunjung berubah, roda memang pasti akan berputar. Cepat atau lambat semua akan di masanya masing-masing. Semua akan berubah seiring dengan berjalannya waktu.Dulu, Nining selalu saja ku hina, bahkan saat dia ingin meminjam uang pun tak kuberikan. Entah kenapa aku begit
Read more
Nining Berubah
"Iya. Kamu kenapa sih nggak mau angkat telepon dariku? Mentang-mentang sekarang udah jadi orang kaya, terus jadi sombong ya?" Cercaku langsung. Karena entah kenapa hati ini langsung panas saat melihat penampilan adikku yang sudah berubah drastis.Nining yang berada di depanku sekarang, seperti seorang wanita karir yang profesional. Nining memakai rok plisket berwarna putih yang dipadukan dengan cardigan rajut berwarna hijau mint yang senada dengan pashmina yang menutupi kepalanya.Nining yang sekarang, tampak jauh lebih awet muda. Kulitnya juga tak terlalu coklat lagi. Agak berubah menjadi kuning langsat. Dia juga kini memakai kacamata yang menghiasi matanya. Benar-benar tampil beda sekali, adikku yang satu ini."Maaf Kak. Aku memang belakangan ini sedang sibuk sekali. Tadi itu bukannya aku nggak mau angkat telepon dari Kakak. Tapi karena aku memang sedang berada di dalam pabrik roti bersama Mbak Lila. Dan aku tak memegang hp, karena ponselku memang aku taruh di loker," jelasnya panja
Read more
Rumah yang Disita
Kini aku telah sampai di rumah. Aku memang memutuskan untuk pulang ke rumah saja. Untuk melepas penat dan lelah sebentar saja.Saat aku sedang memarkirkan mobil, tiba-tiba ada dua orang laki-laki berperawakan besar yang datang. Mereka menggunakan motor besar. Tampang mereka juga seram sekali, seperti mau makan orang. Hati ini bergidik ngeri, takut mereka akan berbuat macam-macam padaku."Permisi, Bu. Kami mau menagih pembayaran hutang-hutang atas nama Pak Arman. Apakah sudah ada uangnya?" Aku benar-benar bingung mau menjawab apa. Karena Bang Arman juga sedang tak ada di rumah.Ternyata mereka adalah debt collector yang waktu itu datang kemari. Bisa-bisanya aku sampai lupa. B*d*h!"Sebentar ya, Pak? Saya mau menelpon suami saya dulu." Lelaki itu mengangguk, dan aku buru-buru menelepon Bang Arman.Berulangkali aku menghubungi nomor ponsel suamiku itu, tapi tak kunjung diangkat olehnya. Arrgghh kesel! Bagaimana ini? Aku harus berbuat apa? Aku benar-benar bingung. "Bagaimana, Bu? Pak Arm
Read more
Tak Ada Orang di Rumah
"Aaaarrrrgggghhhh!!!" Teriakku sekencang mungkin, sambil menangis meratapi semua ini.Aku benar-benar bingung harus bagaimana. Kenapa semua cobaan datang bertubi-tubi padaku Ya Allah? Kenapa semua ini terasa berat sekali?Aku pun mencoba kembali menghubungi Bang Arman. Semoga saja dia mau mengangkat telepon dariku. Ttuuutt … ttuuuttt … panggilan tersambung, tapi tak diangkat oleh si pemilik telepon. Karena perasaan yang benar-benar kacau. Mau tak mau akhirnya kuputuskan untuk pergi ke rumah Mama mertuaku.Walaupun sejujurnya perasaan ini tak dapat dibohongi. Yaitu aku sangat muak sekali dengan sikapnya yang pura-pura baik. Padahal semua itu hanya kebohongan belaka.****Sesampainya disana, aku melihat rumah dalam keadaan sepi. Mungkin saja Mama mertua sedang tidur siang. Begitupun dengan anak-anakku.Tok! Tok! Tok!"Mah, Mama." Panggilku, sambil mengetuk pintu berulang kali.Tak lama pintu pun akhirnya dibuka. Dan ternyata yang membuka adalah Mbok Rum. Dia asisten rumah tangga yang b
Read more
Diusir Dari Rumah
"Ma-maaf, Mah. Aku tadi ngantuk banget," jawabku menunduk. Berharap wanita tua di depanku ini tak marah-marah lagi."Kamu kenal sama Bu Parni?" Sontak aku langsung terkejut, saat mendengar Mama menyebut Mbok Parni."Kenapa diam? Kamu kaget? Kamu shock? Kamu takut ketahuan belang kamu iya?" Hardiknya sinis."Maksud Mama apa?" "Alah! Udah nggak usah pura-pura! Saya udah tahu siapa kamu! Tega ya kamu, sudah sekian lama membohongi saya. Apa maksud kamu menikah dengan Arman? Sampai-sampai kamu berani-beraninya menyembunyikan jati diri kamu sendiri? Hah?!" Tanyanya murka. Wajahnya juga sudah memerah. Seketika nyali ini menciut saat melihat sikapnya."Maafin aku, Mah. Maafin aku. Aku mohon maafin aku. Aku benar-benar nggak ada maksud apa-apa. Dan nggak ada niat sedikitpun untuk membohongi Mama. Aku seperti ini atas saran Bang Arman. Katanya agar Mama dan Papa mau menerimaku sebagai menantu. Maafin aku, Mah. Hiks." Terpaksa aku merendahkan diri. Memohon di hadapannya. Dan juga berlutut di ka
Read more
Isi Hati Arman
Karena beban yang teramat berat yang kutanggung sendirian. Akhirnya tubuh ini merasa melayang dan rumah ini terasa berputar dengan kencangnya. Sampai akhirnya aku tak ingat apa-apa lagi.Hanya suara Mama saja yang terdengar sebentar, sebelum aku benar-benar tak sadarkan diri.****Pov ArmanSudah hampir dua hari aku sibuk mengurusi rencana pernikahanku dengan Irna. Cinta lamaku yang belum kelar. Kehadiran Irna membuat hati ini yang awalnya gersang, berubah menjadi subur kembali. Irna lebih segala-galanya daripada Lastri. Dia juga keturunan dari orang berada. Dan nanti setelah menikah, kami akan bekerja sama untuk memajukan perusahaanku.Semua berawal dari sifatku yang memang tak pernah puas dengan satu wanita saja. Saat aku sudah menikah dengan Lastri pun, aku masih ingin merasakan kehangatan-kehangatan wanita lainnya. Dan mungkin saja itu sudah menjadi kebiasaanku.Sampai pada akhirnya, aku tak sengaja menghamili Echa. Echa adalah kekasihku yang kesekian. Dan entah kenapa aku mala
Read more
Menemui Anak Pak Wijaya
(Hallo, Arman. Hari ini kita akan bertemu dengan Pak Wijaya lagi. Tapi kita akan bertemu di rumahnya Pak Wijaya. Karena beliau sedang tak enak badan.) "Ok, Baik Pak. Saya akan segera bersiap-siap untuk menjemput Bapak, lalu menuju ke rumah Pak Wijaya." Ini kali pertama aku akan berkunjung ke rumah Pak Wijaya. Orang yang mau bekerjasama denganku. Dan si penelepon tadi adalah partner kerjaku. Beliau benar-benar orang yang baik, dia mau menolongku disaat perusahaanku yang hampir kolaps. Kini, aku sedang menuju ke rumah Pak Wijaya. Karena kami akan melakukan kerjasama dan juga menandatangani perjanjian kontrak.Beberapa menit kemudian, akhirnya kami sampai di depan rumah Pak Wijaya. Rumahnya besar sekali, lebih besar dari rumah Mama. Dan ini membuktikan betapa tajirnya Pak Wijaya.Segera ku langkahkan kaki, diikuti oleh partner kerjaku, yaitu Pak Dimas. Kami berdua dipersilahkan masuk oleh asisten rumah tangganya. Dan kami pun duduk di ruang tamu yang nampak megah sekali. Sedangkan si
Read more
Kenyataan Yang Sebenarnya
Selama sedang berbincang-bincang dengan Pak Wijaya, aku sama sekali tak terlalu merespon. Karena pikiranku benar-benar terbagi pada kehadiran Nining barusan.Apa mungkin aku harus bekerjasama dengan Pak Wijaya? Apa dia mau untuk tetap bekerja sama denganku, saat dia tau kalau aku adalah orang yang telah menyakiti Adnan dan juga Lila? "Pak Arman? Kenapa? Sepertinya anda kurang memperhatikan saya berbicara?" Tiba-tiba tegur Pak Wijaya."Eh, hhmm ... Ma-maaf Pak. Sa-saya juga memang sedang tak enak badan," jawabku gugup, lalu menunduk. Karena Pak Wijaya menatapku dalam."Kalau sedang tak enak badan. Kenapa harus dipaksakan Pak? Kan bisa besok-besok kemarinya?" Ucapnya lagi."Ma-maaf Pak. Maaf sekali lagi." Jawabku pasrah. Karena aku tau sekali dengan karakter Pak Wijaya. Beliau paling tak suka kalau sedang berbicara dengan seseorang, tapi orang tersebut malah tak menyimaknya dengan baik.Kami pun akhirnya sama-sama terdiam. Hendra--partner kerjaku, dia juga hanya terdiam. Tak membelaku
Read more
Ketahuan Belangnya
Satu jam kemudian. Aku dan Hendra akhirnya berpamitan untuk pulang ke rumah. Karena urusan kami telah selesai. Untuk beberapa bulan kedepan, aku akan melakukan kerjasama dengan Pak Wijaya dan juga Adnan.Sikap Adnan sama sekali tak menunjukkan dendam padaku. Malah seakan dia bersikap tidak terjadi apa-apa. Jujur saja, dalam hati aku malu sekali, karena sikapku yang dulu-dulu pada Adnan dan Nining.****Waktu sudah menjelang senja. Aku kini sudah sampai di rumah Mama. "Assalamualaikum,""Waalaikumsalam, udah pulang kamu, Man? Gimana hasilnya?" Mama langsung mencercaku."Alhamdulillah Pak Wijaya mau kerjasama, Mah.""Syukurlah. Setelah ini kamu harus urus semua surat-surat perceraianmu dengan Lastri. Karena Mama sudah muak dengan anak itu. Kenapa dia sampai tega membohongi Mama dan menutupi jati dirinya sendiri?" Ujar Mama yang lagi-lagi membahas soal Lastri.Ya, Mama memang sudah mengetahui semuanya tentang jati diri istriku itu. Dan seperti yang sudah kuduga, bahwa Mama akan menyur
Read more
PREV
123456
DMCA.com Protection Status