Semua Bab Tamu yang Tak Diundang: Bab 11 - Bab 20
111 Bab
Bertengkar Lagi
"Bu." "Bu Medina." Kuusap kedua mata sambil menggeliat. Sayup terdengar ada yang memanggil namaku. "Bi Jum? Ada apa?" tanyaku setelah sadar Bi Jum lah yang memanggil namaku barusan. "Maaf, Bu, membangunkan. Sebaiknya Bu Medina tidur di sana. Biar Bi Jum yang duduk di sini jaga Den Malik," ujarnya memberi saran sambil berbisik karena posisi kami saat ini berada sangat dekat dengan Malik. Aku duduk di kursi yang menghadap Malik. Sorot mataku mengarah ke telunjuk Bi Jum yang menunjuk ke ranjang kosong dimana Bi Jum barusan tidur di sana atas permintaanku. Aku menggeleng. "Bibi saja. Kenapa Bi Jum bangun?" tanyaku seraya melirik ke arloji di pergelangan tangan. Sudah pukul dua subuh. Kalau dihitung dari jam sebelumnya, maka aku sudah ketiduran setengah jam lebih. "Ibu Medina tertidur sambil mengigau. Bi Jum kira itu Den Malik. Pas Bi Jum dekati, ternyata Ibu." Bi Jum menjelaskan perihal suara yang ia dengar. Mungkin itulah penyebab dia terbangun, karena-ku. "Saya ngigau, Bi?
Baca selengkapnya
Terluka
Sebuah sentuhan di bahu tak membuatku mengerjapkan mata. Aku tahu itu Mas Surya. Setelah masuk ke ruang rawat Malik, aku segera duduk dan menelungkupkan kepala diatas kasur Malik. Berpura tidur. Meski ini hanya pura-pura, kurasa Mas Surya tahu. Aku yakin dia tidak akan memaksaku bangun apalagi memarahiku karena di dalam sini selain ada Malik, ada Bi Jum juga. Aku memaksa Bi Jum tidur di kasur sebelah yang kosong, dan aku yang duduk di depan ranjang Malik. "Pak." Sebuah suara yang kukenal memanggil suamiku itu. "Bapak perlu sesuatu? Biar Bi Jum yang lakukan. Sepertinya Ibu sudah tidur. Kasihan Ibu tidak ada tidur sama sekali. Pasti kelelahan. Saya tidak tega membangunkannya untuk pindah ke sini, nanti Ibu nggak bisa tidur lagi." "Biarkan saja. Bibi tidurlah. Biar Saya yang jaga Malik.""Inggih, Pak. Tapi kalau Bapak mau istirahat juga, silakan Pak. Nanti biar Bi Jum yang jaga. Den Malik nggak rewel Pak. Sedari tadi tidur terus. Mungkin efek diberi obat, tapi alhamdulillah sudah m
Baca selengkapnya
Meminta penjelasan
Kupeluk Malik yang ikut menangis karenaku. Ada rasa penyesalan karena telah membuatnya terbangun. Kami menangis bersama dengan penyebab yang berbeda. "Na, tenang. Kamu harus tenang. Malik jadi ketakutan. Yang barusan itu cuma mimpi. Kamu baik-baik saja. Ada aku di sini," ujar Mas Surya yang menghampiri kami tanpa bisa kucegah. Ia mencoba menenangkanku. Ikut merangkul juga. Padahal tanpa disadari kesedihanku kali ini karena dia. Lalu bagaimana cara dia menjagaku? Setelah bisa menenangkan Malik dan menidurkannya kembali. Aku bergegas masuk ke kamar mandi ingin merapikan penampilanku bekas menangis. Lalu keluar setelahnya dan mengambil duduk di samping ranjang Malik. Kuedarkan pandangan menatap isi ruangan Malik dan tidak kutemukan keberadaan Mas Surya di sana. Hanya ada Bi Jum yang menatapku dengan sorot mata bingung. "Pak Surya keluar, Bu. Katanya sebentar saja." Tanpa kutanya, Bi Jum lebih dulu memberitahukan kemana perginya suamiku tersebut seolah mengerti dengan maksud tatapank
Baca selengkapnya
Status Mereka Apa?
"Hubungan kita? Bukankah jelas kalau selama ini kita adalah …." "Suami-istri. Iya kan? Kenapa dipertanyakan? Ada apa denganmu, Na? Apa kamu masih mencurigai hubunganku dengan Aurel? Begitu? Astaga Medina!" Mas Surya balik menyerangku dengan tudingannya yang merasa tak bersalah. Aku diam dan memalingkan muka. Bukan tak mampu bicara, tapi merasa heran kalau laki-laki di depanku ini mampu bertanya seperti itu. Seolah akulah yang salah karena terlalu mencurigainya. Wanita mana pun akan bersikap sepertiku kalau mendapati suaminya terlalu dekat dengan teman wanitanya. Apalagi wanita yang diakui sahabat itu tidak peka dan tak tahu malu. Belum sempat kujawab terdengar suara deru mobil yang sepertinya berhenti di depan rumah kami. Aku segera menengok ingin tahu siapa yang datang dari jendela depan samping pintu utama karena posisi kami masih berada di ruang tamu. Benar ada sebuah mobil yang berhenti di depan rumah kami dan aku tahu itu mobil siapa. "Ngapain dia datang kemari? Ini buka
Baca selengkapnya
Menemukan Bukti Masa Lalu
Kubuka ponsel Mas Surya untuk menyelidiki sesuatu. Mencari tahu apa saja yang selama ini disembunyikannya dariku. Siapa tahu ada rahasia yang selama ini ditutupinya dan tidak ingin diketahui. Selama berumah tangga, mungkin kami adalah pasangan teraneh karena saling tertutup dan tidak pernah berbagi banyak hal. Terutama untuk benda kepemilikan. Kami memiliki perjanjian dimana tidak boleh menyentuh barang pribadi masing-masing. Entah itu dompet, ponsel, dan lain sebagainya. Termasuk laci meja kerjanya. Aku dilarang mendekatinya. Alasannya karena ada barang kantor yang takutnya malah rusak kalau kusentuh. Masuk akal, tapi adanya perjanjian itu sebenarnya atas permintaan dari Mas Surya, bukan dariku. Ingin menolak tapi aku seperti tak punya kuasa karena saat itu, bisa menikah dengannya saja seperti mendapat durian runtuh. Aku kesenangan hingga lupa bahwa yang bahagia dengan pernikahan ini hanya dari pihakku. Sedang dia terlihat terpaksa menjalani. "Astaga, nomor pinnya berapa? Aku tak
Baca selengkapnya
Rasa Apa Ini? Harusnya Sudah Mati
Kucoba mencari benda lainnya yang mungkin memperjelas apa status hubungan Mas Surya dengan Aurel tidak hanya dari selembar foto tersebut. Apa benar memang hanya sahabat saja atau lebih dari itu. Sejak awal melihat kedekatan mereka sebenarnya aku sudah curiga. Namun penyangkalan Mas Surya selalu membuatku tak berdaya. Laki-laki itu akan memilih pergi sebelum menyelesaikan konflik diantara kami. "Bu." Aku menoleh ke asal suara yang memanggilku tersebut. Malik. Dia bangun. Kusempatkan memotret foto yang kutemukan tersebut untuk jadi bukti nantinya. Lalu kumasukkan kembali ke dalam laci meja kerjanya, dimana tempatnya berasal. "Iya, Sayang," jawabku dengan menghampiri anakku itu dan memeluknya kemudian. Sudah kuseka jejak air mata yang ada di pipi. Menyembunyikan dukaku pada anak semata wayang. "Anak ibu sudah bangun ya." Dengan memaksakan senyum aku mengacak rambutnya yang agak sedikit keriting. Mirip ayahnya. Malik mengangguk sambil mengucek matanya. "Malik masih ngantuk? At
Baca selengkapnya
Rahasia diantara mereka
Diam-diam aku memperhatikan Mas Surya. Mencuri pandang pada suami sendiri karena tidak ingin dicurigai. Sikapnya cukup aneh sejak pulang dari kantor. Dia seperti lebih perhatian padaku, tidak secuek dan sedatar biasanya, tapi jadi terasa janggal dan itu yang membuatku jadi penasaran. Apa maksud perhatiannya tersebut? Bukannya tidak bersyukur diperhatikan suami, tapi jadi terasa aneh bagiku diperlakukan tidak seperti biasanya. Sekarang kami berada di dalam kamar. Mas Surya seperti biasa setelah jam makan malam akan berada di kursi kebesarannya menghadap meja kerjanya dan larut dalam pekerjaan. Sedang aku duduk di tepi ranjang setelah selesai menidurkan Malik. Masih memperhatikannya dalam diam. Sambil berpikir keras bagaimana caranya bisa mengakses ponsel suamiku tersebut biar bisa mengetahui apa saja isi di dalamnya dan rahasia apa yang disembunyikannya di sana. "Kenapa belum tidur?" "Hah?!" Kaget, karena mendapatkan pertanyaan darinya. Dia bertanya tanpa menoleh padaku, masih fok
Baca selengkapnya
Sebuah Drama
Langkahku pasti menuju ruang tamu di mana ada sosok wanita yang kubenci akhir-akhir ini berada. Namun keningku mengernyit ketika sampai di sana mendapati wanita tersebut datang kemari membawa sebuah koper di sampingnya. Heran, apakah wanita ini mau pergi jauh dan maksud kedatangannya kemari ingin pamitan pada Mas Surya? Kalau memang demikian, aku takkan sungkan membangunkan suamiku itu untuk menemui sahabatnya tersebut saat ini juga. "Surya mana?" Wanita di hadapan ini tanpa basa-basi dulu menanyakan keberadaan suamiku dengan kepala celingukan mencari sosok tersebut di belakangku. "Tidur," jawabku singkat dengan melipat kedua tangan di dada. Masih dalam keadaan berdiri menatap tajam wanita di hadapanku. "Hm, bangunkan! Aku harus bicara padanya."Mataku membulat sempurna mendengar ucapannya yang terdengar mengesalkan. Harusnya sematkan kata tolong di depan kalimatnya agar aku tak merasa sedang diperintah. Lagipula belum tentu aku mau menuruti inginnya meskipun kata itu diucapkan
Baca selengkapnya
Kekecewaanku
"Kamu nggak papa?" Mas Surya menghampiri Aurel, bertanya khawatir. "Nggak papa Ya. Nggak ada yang lecet kok, cuma jatuh aja." Aurel tersenyum seringai ke arahku saat mengatakannya. Membuatku yakin dia sengaja mencari perhatian Mas Surya dan mengkambinghitamkan aku disini. Mas Surya lalu mengajak Aurel duduk di kursi ruang tamu. Aku ikut duduk di kursi seberangnya. "Bi, ambilkan air minum untuk Aurel," titah Mas Surya pada Bi Jum. Namun langkah Bi Jum tertahan. Tangannya kupegang erat mencegahnya pergi. "Nggak usah Bi, dia nggak haus. Tadi juga mau pergi," tandasku menatap tajam wanita di hadapanku ini. "Na, kamu …."Mas Surya berdecak kesal, tampak menahan amarahnya. Namun aku tak peduli. "Nggak papa, Ya. Benar kok, aku memang nggak haus." Aurel sangat pandai bermain peran. Di hadapan suamiku itu dia seolah terzalimi dengan muka sendunya."Kamu mau kemana Rel? Kenapa tidak menghubungiku?" "Sudah, tapi nggak diangkat. Kamu tidur kayaknya." Aurel bersungut manja. "Oh, iya ka
Baca selengkapnya
Sebuah Pengakuan
"Mas Surya," gumamku lirih. Suaraku sampai bergetar menyebut nama lelaki tersebut. Gambar yang kulihat ini berupa foto seorang laki-laki yang sedang tidur di sebuah ranjang dengan kasur bersprei putih. Dia mirip suamiku. Harapku cuma mirip, tapi hati mengatakan tidak, itu beneran memang dia. Mas Surya. Di foto itu ia hanya sendiri, tapi di foto yang kedua yang dikirim tampaklah seorang wanita yang sedang foto selfie bersandar pada dinding kaca besar, tersenyum semringah dengan latar belakang pemandangan gedung-gedung tinggi dibelakangnya. Hal ini mungkin memperjelas dimana foto tersebut diambil. Mungkin hotel atau apartemen. Yang pasti tempat itu gedung tinggi bertingkat. "Aurel!" pekikku setelah tahu dialah yang mengirimkan foto tersebut. Foto kedua yang menunjukkan siapa pengirim pesan tersebut. Wanita yang sebelumnya mengemis ingin menginap di rumah kami. Apa maksud wanita ini mengirim pesan seperti itu? Apa dia mau menunjukkan wujud aslinya sebagai seorang pelakor? Meminjam
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
12
DMCA.com Protection Status