Share

Bab 15.A

Naura menatap Bu Nani dengan pandangan penuh tanya, berbeda dengan Feri ia sudah merasakan sesuatu ketika pertama kali melihat mata ibu mertuanya itu.

"Ibu sakit apa, Bi?" tanya Naura.

Perempuan berdaster lusuh itu tersenyum. "Sebaiknya ngobrol di dalam yuk, di sini ga enak takut Eneng jijik."

Naura menggeleng cepat. "Engga, Bi, cerita di sini aja, aku ga jijik."

Bu Nani mengangguk.

"Teh Nendah depresi karena ditinggalkan bapakmu sekaligus berpisah dari Eneng, awalnya dia sering nangis sendiri terus melamun, makan ga mau, lama-lama Teh Nendah suka bicara sendiri, kadang nimang-nimang buntelan kain seolah itu anaknya yang dibawa pergi sama Endang."

Bu Nani menyeka pelan sudut matanya yang basah, orang tua Bu Nani telah lama tiada, selama ini ia bertanggung jawab mengurus kakaknya yang depresi, karena saudara yang lain tak ada yang sudi mengurusnya.

"Kata orang Teh Nendah gila, Neng, padahal enggak, Teh Nendah cuma kangen sama anaknya," lanjut Bu Nani sambil menangis.

Sedangkan wanita y
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status