All Chapters of Bos Arogan itu Mantan Pacarku: Chapter 31 - Chapter 40
127 Chapters
Bab. 31 Sepotong roti selai
Kali ini aku baru menyadari, bahwa semua yang dilakukan Haikal kepadaku dan bapak adalah ajang balas dendam. Aku kini terisak, bingung sendiri dengan hati yang kacau balau, bahkan untuk sekedar menyesalpun percuma. Andai saat itu bapak membiarkan orang tua Haikal begitu saja, mungkin tak akan ada bapak dan ibu yang meninggalkan aku dan alisa. Tak akan ada penghinaan dam kekejamannya Haikal. Andai saat itu bapak tidak mengedepankan hatinya, mungkin ini semua tak akan terjadi. Aku masih akan tetap menjadi gadis cantik yang bisa bermanja dengan ibu, dengan kekayaan yang ada. Tidak harus berkatung-katung, dan hidup dengan belas kasihan seperti iniPlakk Sebuah tamparan keras melayang ke arah pipi lelaki di depanku. Aku tak kuasa menahan amarah yang terus menumpuk di hatiku. Aku tak lagi peduli dengan apa yang akan terjadi padaku. Aku sudah tak memiliki gairah untuk hidup. Bahkan aku berharap Haikal melukai dan membuat aku meregang nyawa saat ini juga. Lelaki itu tak merespon, hanya dia
Read more
Bab. 32 POV Haikal
POV HaikalPlakkSebuah tamparan keras mendarat di pipiku. Aku menatap tajam ke arah wanita di depanku, wajah manis yang biasa terlihat ketakutan itu mendadak seperti harimau yang tengah melawan musuhnya. Tak terselip rasa takut walaupun sedikit.“Harusnya aku memaksa bapak, untuk meninggalkan bapak dan ibumu di lokasi kejadian. Hingga tak akan ada balas dendam darimu. Asal kamu tahu, dengan nuraninya bapakku, ia membawa orang lain yang tak ia kenal menuju rumah sakit, dan aku tak pernah menyangka jika justru bapakkulah yang terfitnah menjadi pelakunya. Dengan dua bola mataku ini, aku bersaksi, dan bahkan aku berani bersumpah atas nama kedua orang tuaku, bapakku tak bersalah.”Kalimat itu terdengar lantang, dengan penuh emosi, bahkan aku tahu sekali kalimat itu nyata dari dasar hatinya. Lalu? Apa yang kuanggap selama ini salah?Vivian berlalu, menyisakan tanda tanya besar dalam benakku. Aku kembali duduk di kursi goyang, menatap jauh ke langit yang bertebaran bintang-bintang. Entah, s
Read more
bab. 33 Percaya cinta?
“Vivian!”Suara lantang yang menyerukan namaku itu berhasil membuatku terpaku. Aku tak menoleh, dan terus bertahan di posisiku, berharap apa yang kudengar hanyalah mimpi, atau sekedar Haikal yang tengah mengigau. “Vivian, kamu dengar aku bukan?”‘Mati aku.’Aku menoleh dan menatap Haikal yang kini memandangku penuh murka, kubawa ponsel yang kupegang ke arah belakang, hingga ia tak melihatnya. Kalau ia melihat aku tengah mencuri ponselku sendiri bagaimana reaksinya? Apalagi wajahnya kini terlihat penuh amarah. “Apa yang kamu sembunyikan dariku?”Mati aku, kenapa Haikal harus serba tahu seperti ini? Atau jangan-jangan dari tadi dia hanya pura-pura tidur. Lalu ponsel ini? Itu hanya jebakan olehnya agar mempunyai alasan untuk memarahiku? “Tidak ada.”“Jangan bohong.”Lelaki itu mendekat, dan benar-benar berhasil menghadirkan keringat sebiji jagung di dahiku. Ia merampas barang yang kupegang begitu saja, sama seperti merampas harapan yang tengah kubangun. Dan aku benar-benar tak meny
Read more
bab. 34 Lamaran?
“Kak, ibu meminta kita untuk ikut bersamanya. Kata ibu, disurga begitu indah.”“Dunia ini juga tak kalah indah dari surga,” ucap Haikal yang kini merengkuh tubuh kecil itu. Tubuh kurus dengan lingkaran hitam di matanya, seperti kurang tidur.“Kata siapa, Kak? Nyatanya ibu dan bapak tidak suka di sini, lebih memilih pergi meninggalkan kita.”Wanita itu sesenggukan, dengan air mata yang terus mengalir Bahkan tangisnya pecah sepeti anak usia kecil yang tengah tantrum, hingga mereka menjadi pusat perhatian oleh orang-orang sekitar. Haikal dengan lembutnya menghapus air mata, dan mengecup ujung kepalanya, kembali merengkuh tubuh itu dan membelai rambut panjangnya. “Itu siapa, Kak? Bidadari?” tanya gadis kecil itu yang kini menatapku, hingga akhirnya Haikal melepas pelukan dan turut serta mengarahkan pandangan yang sama. Aku menengok ke sekeliling, dan tak kudapati siapapun. “Apa? Aku?” tanyaku aneh, sambil menunjuk hidungku sendiri. Dan dengan sabarnya, Haikal tersenyum mendapati per
Read more
bab. 35 obat
“Permintaan Tuan, Bi?”“Iya, Non. Ini itu kebiasaan tuan waktu muda, meminta dibuatkan banyak makanan lalu dibawa ke yayasan yatim piatu. Sayang kebiasaan ini mulai menghilang saat ibunya Tuan meninggal.”“Ha?” Aku melongo mendengar penuturan bibi, masih tak percaya dengan penjelasan yang baru ku dengar. “Hihi, nona kaget ya?” Wanita paruh baya itu tersenyum.“Sama, bibi juga,” imbuh bibi dengan senyuman yang makin melebar. “Semenjak kepulangan Tuan tadi siang bersama Nona, tuan senyum Mulu, bahkan semua pelayan tidak ada yang kena semprot sama sekali.”“Benarkah, Bi?”“Sepetinya obat dari Nona, bekerja sangat hebat kepada Tuan.”‘Obat? Apa maksud bibi? Seingatku, aku tak pernah memberi obat apapun Haikal, bahkan di saat aku membencinya dengan sangat, aku tak pernah berpikir ke arah itu. ‘“Obat apa, Bi?”.Aku masih penasaran dengan penjelasan bibi yang terkesan ambigu. “Ah, Nona. Kenapa susah pahamnya. Obat cinta, Non.” Wanita itu terkekeh sendiri. Sedangkan aku masih mencerna uc
Read more
bab. 36 Bebas
“Saya tidak bersalah, Pak!” Dua orang lelaki berpakaian seragam polisi itu memborgol kedua tangan Haikal, dan di belakangnya ada Alisa dan Reynan yang tengah tersenyum menatapku. Binar mata yang indah, dan begitu kurindukan. Alisa setengah berlari menghampiri, kupeluk tubuhnya yang sepertinya lebih berisi. Reynan tampaknya benar-benar menjaga adikku dengan baik, bahkan penjagaan ia lebih baik dari apa yang pernah aku lakukan. “Kak Vivian,” ucap wanita itu lirih dengan mata yang kini berkaca. “Its okay.”Aku menyeka air mata itu agar membasahi pipi alis yang mulai chubby. “Kamu jelaskan saja di kantor,” ucap salah satu polisi dengan membawa lelaki itu pergi. Saat berpapasan dengan Reynan, tampak sebuah senyum puas terbit dari bibirnya. Senyum yang mengantar Haikal ke jeruji besi, dan entah kenapa aku tidak bahagia melihat peristiwa ini. “Sa, itu kenapa Haikal di bawa ke kantor polisi?”“Sudahlah, Kak. Jangan pikirkan Kak Haikal, yang terpenting kita bisa berkumpul kembali, kakak
Read more
Bab. 37 Penawaran bos arogan
“Kenapa semenjak kakak pulang dari rumah kak Haikal, lebih sering melamun? Apa kakak gak bahagia di sini?”Aku membalikkan tubuhku, menghadap wanita cantik yang tengah menatapku, kubelai rambutnya yang indah. “Bukan seperti itu adikku yang bawel, Kakak hanya tidak ingin terus hutang budi tinggal di rumah ini,” dustaku. “Rumah kita sedang di renov, Kak. Aku juga minta sama Kak Reynan untuk dibuatkn kolam ikan kecil di depan rumah.”“Alisa?” aku mendelik menatap wanita itu. “Kak Reynan yang tanya, Kak, mau request apa rumahnya? Ya Alisa jawab saja.”Aku terus menatap tajam ke arahnya “Alisa mau mandi, Kak. Alisa sudah terlambat.” Tanpa menunggu jawabanku, gadis kecil itu langsung lari masuk ke dalam kamar mandi. **“Selamat pagi, Pak!”“Selamat pagi, Pak!” Ucapan salam yang terdengar dari beberapa staf kntor itu membuatku tersadar, di mana aku sudah mampu menghirup udara kebebasan. Suasana yang amat sangat aku rindukan. Aku mengekori Bos ku yang berjalan lurus tanpa menatap, sesek
Read more
Bab. 38 Bimbang
“Bukan karena itu, Pak.”“Lalu?”“Aku tidak ingin anak-anakku memiliki ayah yang arogan dan otoriter. Yang bertindak semena-mena tanpa peduli kasta di bawahnya.”Lelaki itu tersenyum. “Aku bisa buktikan kalau aku tidak sepeti itu, Viv!”“Aku tidak butuh ucapan. Permisi. Saya printkan datanya ulang.”Aku menunduk hormat dan meninggalkan, kembali ke meja kerjaku, dan membuat salinan laporan. Tidak lupa menghubungi petugas kebersihan untuk membersihkan ruangan Reynan. Sesaat setelah seorang lelaki bertubuh kurus itu masuk membawa alat pel, ponselku berdering, dan aku bergegas mengangkat panggilan tersebut. Ulah apalagi yang akan dilakukan Reynan? Memintaku kembali untuk membersihkan ruangannya? “Ada perlu apalagi, bos Reynan yang terhormat. Apa akan memintaku membersihkan ruanganku seperti dulu?”“Aku Haikal, Viv.”Suara yang tampak berbeda itu terdengar di indraku, hingga kulihat layar ponselku dan mendapati nama yang berbeda. “Haikal” bukankah ia sedang ditahan? “Viv, jangan matikan
Read more
bab. 39 Demi Lesta
[ Aku tunggu kamu di bawah]Kembali kubaca pesan yang beberapa saat kubiarkan begitu saja, berharap lelaki yang mengirim pesan tersebut sudah kembali dan mengurungkan niatnya.Aku kembali menyibak sedikit gordennya, terlihat mobil sedan hitam dengan warna mengkilat itu masih ada di parkiran. Bagaimana dengan Reynan? Apakah ia mau mengijinkanku untuk beberapa jam meninggalkan jam kantor? Jika harus jujur kepadanya tentang alasan aku ijin, sudah pasti aku tak akan mengantongi ijin tersebut. Lelaki yang tengah berjalan melewati ku, mendadak menghentikan langkahnya. Aku dibikin spot jantung dengan kedatangannya yang tiba-tiba.“Mau ikut makan siang, Viv?”Aku menggeleng. “ Terima kasih, aku sudah pesan makanan online.”“Ya sudah.”Tanpa banyak tanya lelaki itu melangkah pergi, dan aku bisa bernafas dengan sedikit lega. Mungkin ini cara semesta untuk mempertemukan ku kembali kepada Lesta. Gadis cantik yang tengah butuh banyak dukungan. Secepat kilat aku turun ke lantai bawah, sambil me
Read more
Bab. 40 Demi Lesta 2
Gadis kecil itu mengibaskan rambut panjangnya dan melakukan gerakan ala-ala kartun wanita cantik tersebut, hingga aku tersenyum senang melihatnya. Meskipun Lesta bukan adik kandungku, melihat ia tengah tersenyum bahagia pun, membawa energi positif tersendiri. “Aku pasti ikut dong.”“Hore !!!” Gadis kecil itu tampak bertepuk tangan riang, hingga beberapa saat kemudian ponselnya diraih seorang perawat, ia meminta ijin untuk mematikan panggilan, karena saatnya Lesta untuk makan siang. “Makan siang yang banyak yang sailor moon,” ucapku ketika panggilan itu hendak terputus. Lesta yang mendengar nama panggilan terbarunya itu sontak kembali kegirangan dengan binar mata yang sangat indah. Hingga beberapa saat kemudian panggilan terputus. Alangkah terkejutnya aku ketika ponsel tersebut, menampilkan layar depan, walpaper ponsel Haikal adalah foto gambar diriku, foto yang sama dengan saat 5 tahun lalu. Aku mengenakan gaun pernikahan putih nan indah, hingga beberapa saat kemudian Haikal data
Read more
PREV
123456
...
13
DMCA.com Protection Status