All Chapters of Bos Arogan itu Mantan Pacarku: Chapter 11 - Chapter 20
127 Chapters
bab. 11 Jatuhnya Harga diri
“Kenapa membeli sepatu saja kamu tak mampu? Sebenarnya apa yang terjadi denganmu, Viv? Kenapa kamu rendahkan dirimu seperti ini? Dimana harga diri kamu yang selalu kamu tinggikan itu? Dimana? Ha?”Lelaki itu memegang kedua pundakku, menggerakkan tubuhku dan menatapku dengan mata yang basah. “Apa yang terjadi padamu? Apa yang kamu sembunyikan dariku?” “Kamu tidak menjual dirimu untuk uang bukan?”Plakk ...Sebuah tamparan keras melayang begitu saja di pipi berwarna sawo matang itu. Aku memang rendah, tapi tak serendah yang ia pikir. Cukup sudah harga diri yang terus ia injak-injak. Lelaki itu memegang pipinya, bahkan bekas jari menempel merah memberikan tanda dari kesombongannya. Bos Arogan itu terkekeh. “Jangan muna kamu, Viv. Sebutkan hargamu untuk semalam. Aku akan membayar sepuluh kali lipat dari harga yang diberikan Haikal padamu.”‘Haikal? Apa maksudnya? Apa ia berbicara yang tidak-tidak pada Reynan? Tidak saat itu, maupun masa sekarang, Haikal terus membuat ulah.’Aku memici
Read more
bab. 12 Transferan Siapa?
Aku duduk bersandar ranjang kasur ini, terisak sendiri. Meratapi nasib yang semakin tak berpihak kepadaku. Aku melepas kehormatan hanya demi uang. Sungguh, aku tak pernah berpikir sejauh ini. Memegang kepala yang terasa semakin berat, sedangkan otak kembali memutar kejadian semalam. Benarkah? Aku menjambak-jambak rambutku sendiri frustasi. Hingga sesaat kemudian deringku terdengar, nama Alisa ada di dalamnya. Aku menghapus air mata, mengatur nafas yang yang tadinya tersengal. Menata diri setenang mungkin. “Kak Vivian !”“Iya, Sa.”“Makasih ya, Kak. Karena transferan kakak semalam, nyawa ibu tertolong. Keadaan ibu semakin membaik. Kak Viv gak jenguk ibu ke sini? Beliau nanyain kakak terus.”Aku kembali mengingat kejadian saat di ATM. Saat itu aku belum sempat mentransfer uang, karena masih ragu untuk melakukan ini semua. Lalu ... Siapa yang mentransfer uang untuk ibu? Aku bangkit dan mengambil tas yang tergeletak di sofa depan tv, mengambil dompet dan memastikan... ATM masih di t
Read more
Bab. 13 Ancaman Haikal
Pagi-pagi buta aku sudah mempersiapkan diri untuk berangkat, aku baru mengingat ada laporan yang belum ku selesaikan, padahal hari ini ada rapat intern, yang mengharuskan adanya laporan keuangan lengkap. Mendadak perasaan bahagia hari ini, entah karena apa? Yang pasti aku tak ingin terlambat hari ini. Mungkin karena kesehatan ibu yang tengah membaik, atau karena aku sudah libur hari kemarin. Atau mungkin... Karena nasi goreng yang kumakan kemarin? Nasi goreng dengan rasa yang masih terkenang sampai hari ini. “Kakak tumben jam segini sudah siap? Alisa saja belum mandi,” sapa adik kecilku, yang tengah berdiri dengan handuk di punggungnya.“Kakak kan rajin bekerja. Jadi tidak ingin terlambat.”“Iya, iya, rajin,” ucap Alisa meremehkan.“Gak percaya?”“Kan Lisa bilang iya rajin. Atau jangan-jangan ... Kak Viv lagi naksir temen kerja ya? Hayo ngaku?”“hust apaan si?” Aku berlalu setelah menyemprotkan parfum ke tubuhku. “Kak Viv kayak penjual minyak wangi aja, sudah wangi masih di semprot
Read more
bab. 14 POV. reynan
POV. ReynanAku tersenyum sendiri kala menunggu Vivian datang, aku harus pakai baju inikah? Ah, kurang cocok. Atau yang ini? Aku menghabiskan waktu seharian untuk mencoba semua pakaian di lemariku. Namun, aku kembali tersenyum kecil ketika mendapati sebuah boxer dan kaos putih ketat, kayaknya ini lebih meyakinkan Vivian kalau aku akan menidurinya. “Telat 5 menit 29 detik.” Kenapa mendadak aku gugup sekali seperti ini? Apa aku sanggup untuk tak menyentuh Vivian? Sedangkan yang aku tahu, aku begitu rindu kepadanya. Sepahit apapun perlakuan ia saat dulu, nyatanya belum mampu membuatku menghilangkan rasaku.Lalu tentang Haikal? Benarkah? Dari gaya tubuh wanita cantik ini, dia sepeti perempuan baik-baik, meskipun aku tahu dia berusaha menutupi kenyataan itu. Dia terlihat canggung sekali, bahkan untuk minum saja dahinya beruntusan dengan keringatnya. Aku yakin suhu ruang ini lebih dari cukup untuk mendinginkan tubuh. Aku tertawa kecil dalam hati, semoga yang aku pikirkan ini benar adany
Read more
bab. 15 POV reynan
POV. Reynan“Kak Reynan !”Aku menengok ke sumber suara, hingga gadis kecil yang dulu kupanggil Anabel itu menjadi fokusku. Rambut yang bergelombang, berbeda jauh dengan kakaknya, hingga nama itu terlintas begitu saja. Wajahnya tidak seburuk boneka jahat itu, namun jahilnya? Jangan ditanya . Dia anak periang, dan amat sangat super jail, dan selalu saja aku jadi korban dari kejailan gadis kecil itu. “Kak Reynan beneran kan? Atau Lisa salah lihat?”Gadis kecil itu mengucek matanya, dan sontak membuat kau terkekeh melihatnya. “Anabel?”“What? Anabel itu kutukan, Kak. Dan kutukan itu sudah pergi, jadilah Alisa yang kembali ke wujud asli, princess Barbie.”Wanita itu berceloteh manja, dengan mengangkat sedikit rok nya dan memutar. Aku kembali terkekeh melihat aksinya. “Kak Reynan!” Gadis itu mencubit lenganku, persis di sebelah jam tangan pemberian kakaknya. “Ini jam dari kak Vivian kan, Kak?” Gadis itu mengangkat tanganku, menatap jam yang kini melingkar indah di lenganku. Gadis yan
Read more
Bab. 16 pengiriman misterius
“Pecat saja aku sekarang!”“Ta-tapi ... A- apa.. maksudmu?” tanya bos arogan itu sedikit terbata.“Pecat aku sekarang, Pak! Atau .... Atau ...”Atau apa? Aku sendiri bingung harus melanjutkan kalimat tersebut dengan kata apa.“Atau apa, Viv?”“Atau ....” Aku terus menatap lelaki arogan itu, meskipun aku sendiri tak tahu dengan kalimat apa untuk melanjutkannya. Berani menatapnya sama dengan penyetaraan kasta bukan? Aku tak lagi harus menunduk , dan terus diinjak seperti biasanya.“Atau aku akan mengundurkan diri sekarang!”Lelaki itu terkekeh. “Viv, kamu mau mengundurkan diri? Yakin?” Lagi-lagi lelaki itu tertawa meremehkan.“Kamu tidak baca surat tanda tangan kontrak? Bahkan denda yang harus kamu bayar itu, melebihi dari uang yang kamu ambil dari ATM.”Aku kelimpungan, membahas tentang ATM seakan menelanjangiku dengan kejadian malam itu. Kehormatan yang bisa diukur dengan nominal uang. “Kamu....! Lelaki itu mendadak menatapku dengan genit, menyunggingkan senyum menyeringai, dan mend
Read more
bab. 17 bayar hutang
Aku tak lagi protes, memilih menurut dan kembali berlalu, meskipun hatiku begitu dongkol, merasa dimainkan seperti ini. Baru saja aku duduk dikursiku, sebuah panggilan kembali masuk.“Viv ke ruanganku sekarang!”Belum sempat aku menjawab, panggilan tersebut sudah tersebut. Aku menggertakkan gigi-gigiku, kesal merasa dipermainkan. Namun, lagi-lagi aku tak berdaya dengan perintah bos dinginku. Kembali bangkit dan masuk ke ruangan. “Ada yang bisa saya bantu, Pak?” tanyaku selembut mungkin. “Keluar dari ruanganku sekarang!”“Tapi, Pak. Saya ...”“Keluar sekarang, Viv. Kamu dengarkan suaraku?” ucap Reyhan dengan nada meninggi. “Iya, iya, aku ke luar.”Dengan separuh hati aku kembali melangkah, dan benar seperti dugaanku, belum juga aku duduk di ruangan, bos Aroganku itu kembali memerintahkan untuk datang ke ruangannya. Aku mengepalkan tanganku erat, jika ini dalam film kartun, kupastikan sekarang wajahku memerah dengan dua tanduk besar di atasnya. Kuhentakkan kaki, kembali menuju rua
Read more
bab. 18 Mengaku cinta
“Apa kamu ingin, aku merusak keperawananmu? Betul kan kamu masih virgin?” Aku tersenyum mengejek sambil mendorong tubuhnya. “Kamu pikir aku masih virgin? Apa kamu lupa kalau aku ini sudah bersuami? Bahkan aku wanita panggilan bukan?”Lelaki itu terkekeh. “Suami mana yang kamu maksud? Suami yang sudah kamu gugat cerai di usia pernikahan tiga hari? Suami yang melakukan tindakan kekerasan karena kelainan seks?”Aku tersentak kaget, bagaimana mungkin Reynan bisa mengetahui segalanya? “Aku wanita panggilan, bukankah kamu ingat Haikal? Benar katamu, dia adalah pelanggan setiaku!” Aku terus berdusta.“Pelanggan setia?” lagi-lagi Reynan terkekeh. “Pelanggan yang membuatmu ketakutan jika bersamanya? Bahkan untuk melihatnya saja, tubuhmu bergetar hebat bukan?” Lagi-lagi aku tersentak kaget, bagaimana Reynan bisa mengetahui segalanya. Sedangkan selama ini aku menutupi semua darinya. “Jujurlah, Viv. Kamu masih cinta denganku kan?” Lelaki itu kembali melangkah maju, terus maju, hingga aku ter
Read more
Bab. 19 Surat Pengunduran diri
“Kak Vivian, ini nama perusahaan kakak kenapa sama dengan perusahaan kak Reynan?” tanya Alisa yang tidak sengaja melihat surat pengunduran diri buatanku. “Apa bos galak yang pak De dan kak Vivian maksud itu kak Reynan?” Aku mengangkat kedua tanganku mengudara, sepeti anak kecil yang melambaikan tangannya hendak di tinggal kerja. “E-enggak.”Alisa terkekeh. “Alisa hanya bercanda kok, Kak. Alisa gak tahu nama perusahaannya Kak Reynan apa.”Alisa meringis sok imut, menyebalkan sekali, aku dibuat jantungan karenanya.Gadis cantik berlesung Pipit itu kembali ke kamarnya, begitupun aku yang kini tidur terlentang menatap langit kamar, kayu-kayu penopang genteng yang mulai lusuh terlihat jelas, kayu tua yang menjadi saksi bisu bagaimana perjuangan bapak dan ibu dulunya. Ini adalah rumah peninggalan orang tua bapak, di sini lah dulu orang tuaku merintis usaha mereka, memulai bisnis dari nol, hingga ibu mulai mengandungku, perusahaan bapak berkembang pesat, bapak dan ibu bisa membeli rumah b
Read more
bab. 20 Tukar sekertaris
Krekk...Terdengar suara pintu yang terbuka.“Permisi.”Kami menoleh ke sumber suara, dan mendapati OB yang kini canggung menatap kami. Sesaat aku menjauhkan diri dari Reynan yang tengah berdiri dan hanya berjarak beberapa centi dariku.“Ma-maaf, Pak. Saya hanya membawa kopi yang bapak pesan," ucap lelaki setengah baya dengan terbata. “Kenapa tidak ketuk pintu dulu? Ha?” Mata Reynan melotot menatap ob tersebut.“Maaf, Pak. Kopinya panas sekali, jadi harus dipegang pakai 2 tangan, tidak bisa ketuk pintu."“Kenapa gak bawa nampan?”“A-aku..., Maaf, Pak. Saya OB baru.”“Becus tidak sih bekerja, kalau tidak becus, aku -!”“Pecat sekarang juga,” ucapku lirih, menyambung ucapan Reynan. "Selalu kebiasaan bersikap arogan dan semena-mena," imbuhku lagi.Reynan menatap ke arahku, sedangkan aku memandangnya malas, kembali dihadapkan situasi seperti ini. “Letakkan kopinya di sini, Pak!”ucapku santun sambil menunjuk meja di depanku. Sedangkan lelaki yang membawa segelas kopi itu mendekat, mel
Read more
PREV
123456
...
13
DMCA.com Protection Status