Share

Mata Air

Seiring menghilangnya lintah-lintah itu suasana hutan semakin terang. Wira sudah tidak lagi menggunakan bola energinya. Apa yang dilihat Nay adalah apa yang dipikirkannya. Di samping kanan-kiri jalan Nay membayangkan tumbuhan mawar berwarna-warni, kicau burung yang bersahutan dan kupu-kupu terbang bebas mengikuti mereka. Hutan itu terlihat indah dan tidak suram lagi.

Nay berteriak. Kakinya seperti mengenai sebuah batu besar.

“Ada anergi pelapis, Nay.”

“Iya, Wira. Mata air di bawah sana terlindungi energi besar. Kita sudah tidak jauh lagi. Kau bisa melihatnya bukan?”

“Iya, ceruk air di bawah itu sangat jernih dan tenang.”

“Selubungnya sangat luas dan menjulang. Seperti kubah yang menaunginya.”

“Aku akan memeriksanya dari atas.” Wira langsung melesat ke udara. “Setinggi ini, Nay.” Wira memberitahu Nay yang masih mendongak memperhatikannya. Dengan aba-aba tangan, Nay meminta Wira turun.

“Kau dengar itu, Wira?”

“Ada sesuatu yang datang, Nay,” jawab Wira.

“Sepertinya tidak hanya satu
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status