Semua Bab Video Mertua Menggosipkanku dalam Acara Keluarga Suamiku : Bab 11 - Bab 20
147 Bab
Bab 11
"Sumpah ya Ma, nyebelin banget wanita soal*n itu. Masa kita disuruh makan petai, jengkol, ih ...! Ikan teri, ikan asin, sama apa tadi sayur kolor?""Kelor.""Ya itu, namanya aja aneh apalagi rasanya coba? Semua itu 'kan makanan orang miskin Mama! Enggak banget pokoknya kalau lidahku harus turun kasta! Nyium baunya saja aku pengen muntah, nggak kebayang deh kalau sampe harus makan! Langsung pingsan mungkin aku!" Mawar menutup mulutnya seperti orang yang mau muntah.Tidak mau kalah sang ibu pun meluapkan amarahnya."Iya, kurang ajar emang itu si janda burik! Bisa-bisanya ngerjain kita sampai seperti ini! Pagi-pagi perut lapar, bukannya masak yang bener, malah menyajikan makanan kampungan begitu. Apa dia nggak mikir, pantes nggak menyajikan makanan seperti itu? Jelas-jelas sama sekali nggak layak. Dia nggak tahu apa kalau meja tempat naruh makanan itu harganya sangat mahal? Dia benar-benar menghancurkam nilai kemewahan meja makan kita, rumah kita, harga diri kita!""Belum lagi itu Ma, ju
Baca selengkapnya
Bab 12
Sekitar pukul 13.00 Mama dan Mawar pulang. Jika biasanya saat mereka pulang dengan segala cacian yang diberikan padaku; rumah baulah, kotorlah, apalah, kali ini mereka pulang membawa senyum. Bahkan, Mama membelikan roti bakar untukku."Mawar sakit apa, Ma? Lalu, apa ... ini semua obat Mawar?" tanyaku pura-pura tidak tahu kalau iparku itu tidak sakit. Dan untuk tas-tas kertas yang mereka bawa, tentu saja itu bukan obat melainkan belanjaan mereka. Entah berapa banyak uang yang sudah mereka habiskan sepanjang pagi sampai siang ini saja."Aduh!" Mawar langsung melenguh sambil memegangi perutnya."Em, paperbag ini hadiah untuk Tante Mita."Hadiah? Tante Mita ulang tahun? Memang harus sebanyak itu? Alasan!"Dan ... untuk Mawar, kata dokter, adikmu tidak boleh makan makanan yang berbau menyengat. Perutnya menjadi sakit karena mencium bau petai dan jengkol, Nak."Apa? Sungguh aku ingin sekali tertawa mendengar dalih Mama. Jadi yang bermasalah itu perut atau hidung Mawar? Jelas-jelas Mawar bel
Baca selengkapnya
Bab 13
Selepas Aji berangkat ke kantor, Retno bersiap untuk pergi ke rumah Mita, adik kedua mertuanya. Dia mengenakan pakaian terbaiknya dengan riasan minimalis, tetapi berkelas. Meski dia tahu mertuanya memiliki maksud terselubung mengajak dirinya turut hadir dalam acara perayaan ulang tahun itu, setidaknya dia ingin tampak cantik dan elegan."Mas Aji, aku tidak tahu apa yang akan terjadi nanti. Tapi demi kamu, aku akan menghadapi semua ini." Retno menghela napas panjang sambil terus menatap bayangannya di dalam cermin. "Jangankan keluargamu, sarang harimau pun akan aku masuki jika itu perlu, demi kamu." Retno tertawa kecil, membayangkan sang suami yang pasti akan terkekeh jika mendengar ucapannya itu.Tok, tok, tok!Terdengar suara pintu dilketuk. Lantas diikuti oleh sebuah panggilan. "Mbak, sudah siap?""Sudah, Mawar.""Kami tunggu di bawah ya.""Oke!"Retno bersicepat memasukkan barang yang perlu dibawa ke dalam tas. Dia tersenyum melihat tasnya sendiri, membayangkan bagaimana orang-oran
Baca selengkapnya
Bab 14
Seperti tidak ingin sang adik terus-menerus memujiku, Mama kemudian mendekat dan merangkul Tante Santi. Tampak tangannya sedikit meremas lengan perempuan itu hingga menoleh ke arahnya."Ini Retno. Istrinya Aji. Sudah, apa kamu akan membiarkan kami berdiri terus di sini?""Te-tentu saja tidak. Ayo masuk! Semua orang sudah menunggu di dalam."Tante Santi menggandeng Mama dan Mawar untuk masuk bersama, tanpa melihatku sama sekali. Padahal, tadi matanya menempel erat padaku seperti tidak mau berpaling.Tidak masalah. Aku sudah siap dikeroyok!Aku menghela napas panjang sebelum tersenyum lebar, lantas berjalan mengikuti mereka.Ketika kakiku menginjak ruang tamu kediaman Tante Mita, tampak semua orang memang telah berkumpul, persis seperti yang dikatakan oleh Tante Santi. Aku berdiri cukup lama mengamati orang-orang yang mungkin tidak lama lagi akan mengejekku.Aku melihat tas berukuran cukup besar yang terkalung di bahuku. Aku tersenyum lagi menyadari bahwa sebenarnya tas ini kurang pas ji
Baca selengkapnya
Bab 15
"Sudah pasti nggak bawa kado! Orang yang dibawa cuman tas buluk segede lemari. Aku kira itu tadi karung goni, ternyata tas." Tante Santi menjawab pertanyaannya sendiri sembari tertawa.Tidak mengerti mengapa dia harus tertawa. Mungkin Tante Santi mendapat kebahagiaan dengan menghina orang lain. Biasanya, orang jadi seperti itu lantaran belum pernah merasa terhina oleh ucapan dan sikap orang lain. Menarik! Sepertinya aku bisa mencoba menjadi orang pertama yang memberikan pelajaran padanya."Siapa tahu dia menyimpan kado di dalamnya, Ma." Rico mulai mengimbangi ibunya. Aku tahu, meski ucapannya terkesan membela, dia hanya ingin membuatku tenggelam lebih dalam ke dasar kehinaan."Halah, nggak mungkin itu. Kalaupun bener dia bawa kado, kadonya pasti murahan. Wong tasnya aja murahan begitu. Heran aku, pelit banget jadi orang. Padahal dia pegang semua uang Aji. Bisa pake baju sebagus itu tapi nggak bisa beli kado yang bagusan. Kalau Aji tahu, pasti dia akan beli kado istimewa untuk tanteny
Baca selengkapnya
Bab 16
Orang-orang yang tadi mem-bully-ku kini menganga melihat kotak kado yang kuberikan. Jika saja mereka tahu isinya, sudah pasti rahang mereka akan jatuh ke lantai."Terima kasih, Retno. Sebenarnya kamu tidak perlu repot begini.""Sama-sama, Tante. Aku sama sekali tidak repot. Aku harap Tante tidak kecewa dengan isinya."Melihat Tante Mita memelukku, wajah Mama dan Mawar langsung masam. Begitu pula dengan Tante Santi beserta antek-anteknya. Mereka seperti tidak terima melihatku memberikan kado. Terutama tentu saja mertua dan iparku yang sejak awal telah berniat memojokkanku sebab mengira aku berangkat dengan tangan kosong.Mawar yang masih lebih labil pun protes, "Mbak Retno tadi katanya belum menyiapkan kado untuk Tante Mita?"Mama memejamkan mata cukup lama mendengar putrinya seperti tidak terima kalau aku membawa kado juga. "Em ... maksud adikmu, jika kamu membawa kado untuk dirimu sendiri itu sangat baik Nak, tapi akan lebih baik kalau kamu mengatakannya sejak tadi sehingga tidak aka
Baca selengkapnya
Bab 17
Semua orang bergeming sesaat melihat kado dariku sebelum menoleh pada orang yang ada di sisi kanan dan kiri. Lantas, dengan kompak mereka menahan tawa. Namun, sepertinya hadiah dariku terlampau lucu hingga pada akhirnya mereka pun tertawa keras. Benar, yang terdengar dalam ruang tamu keluarga Tante Mita kini hanya suara tawa. Mereka menertawakanku.Mama yang tampak puas tertawa kemudian menarik napas panjang-panjang untuk bisa mengendalikan dirinya. "Mita, tolong jangan tersinggung. Aku benar-benar tidak tahu jika Retno memberikan kado seperti itu padamu. Aku sungguh minta maaf atas kado yang sangat-"Belum sampai Mama menyelesaikan kalimatnya sudah dipotong oleh Tante Mita yang berkata, "Sempurna."Satu kata dari Tante Mita benar-benar membuat rahang orang-orang julid itu jatuh ke lantai. Buk!Sungguh aku ingin tertawa, tapi cukuplah memasang wajah tenang dan berjingkrak-jingkrak di hati saja."Mita, apa aku tidak salah dengar? Kamu tadi bilang kado dari Retno sempurna?" Tante Santi
Baca selengkapnya
Bab 18
Aku mengeluarkan dua lembar kertas dari dalam tas bulukku. Lantas dengan senyum kuulurkan pada Tante Mita."Ini ada empat voucher makan malam di restoran."Tante Mita menerima voucher dariku dan membaca tulisannya. "Sky Hill Paradise, sebagai tamu VVIP? Ya Tuhan!" Kedua matanya membesar menatapku selagi tangannya berpindah ke depan mulut. "Retno, a-apa ini restoran baru yang sangat terkenal itu? Restoran mewah empat tingkat dengan puncak yang katanya menyuguhkan pemandangan seperti di surga?!"Aku tertawa. "Apa seperti itu yang orang katakan tentang restoran itu, Tante?" Tante Mita mengangguk cepat. Aku pun mengoreksi. "Sepertinya itu sedikit berlebihan. Kita bahkan masih ada di dunia dan belum tahu bagaimana wujud surga.""Benar-benar. Tapi, apa pun itu, apa kamu serius memberikan ini pada kami? Maksud Tante ... bukan sembarang orang yang bisa masuk ke dalam puncak restoran itu. Tamu VVIP adalah orang-orang terpilih saja.""Kalau begitu, Tante dan keluarga adalah orang-orang terpilih,
Baca selengkapnya
Bab 19
"Benar Ji, kamu keren banget. Masih muda, karier cemerlang, tampan, berkharisma. Kalau Tante seusia kamu pasti sudah klepek-klepek terpesona. Hahaha, tentu banyak wanita cantik dan sukses di luar sana yang suka sama kamu."Ucapan Tante Santi terdengar sebagai pujian hebat untuk suamiku, sekaligus terasa sebagai 'teguran' untukku supaya aku sadar diri dan insecure, bahwa ada banyak perempuan yang lebih pantas untuk suamiku. Tapi tak apa, aku cuek. Sejak awal, pandangan Tante Santi sama sekali tidak mempengaruhi pikiran dan perasaanku.Namun, hal berbeda ditunjukkan suamiku. Dalam diamnya kini, aku membaca raut kemarahan di wajahnya.Dan benar.Usai meletakkan cangkir kosong yang sebelumnya diisi teh oleh Susan, Mas Aji melontarkan kalimat yang terdengar begitu sarkas."Tante Santi, lama tidak bertemu, aku lihat Tante semakin tua. Wajah Tante mulai dipenuhi kerutan. Jadi, alangkah baiknya jika Tante lebih bijak dalam berkata ataupun bersikap."Mas Aji menutup tuturannya dengan senyum pu
Baca selengkapnya
Bab 20
Setibanya kami di rumah, Mas Aji langsung duduk dan bersandar di sofa ruang tamu. Dia memejamkan mata dengan senyum yang terukir di wajah."Capek, Mas? Aku pijitin ya," ujarku.""Tidak usah, Sayang. Kamu pasti capek juga."Aku berjalan ke belakang sofa. Tanpa mengindahkan larangan Mas Aji, aku langsung memijat kepalanya. "Enak?""Hem, kamu memang ... luar biasa." Senyum Mas Aji semakin lebar.Dari otot-otot di pelipisnya yang berdenyut kuat, aku tahu Mas Aji sedang pening. Pikirku, mungkin dia lelah memikirkan sikap ibu dan adiknya."Mau aku buatkan teh hangat, Mas?"Mas Aji menggeleng dan menarik kedua tanganku hingga kini aku terlihat seperti memeluknya dari belakang. "Jangan pergi."Dahiku mengernyit. "Apa?""Berjanjilah, apa pun yang terjadi, jangan pernah pergi dariku.""Jangan berlebihan Mas, aku hanya akan ke dapur sebentar lalu kembali lagi. Apa yang membuatmu berpikir aku bisa meninggalkanmu lebih lama?"Mas Aji mengecup pipiku lembut. "Pokoknya jangan pernah berpikir untuk p
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
15
DMCA.com Protection Status