All Chapters of Terjebak Gairah Tuan El: Chapter 11 - Chapter 20
134 Chapters
Sebelas
Bella mendorong tubuh besar Tuan El sekuat tenaga, tapi pria itu terlalu kuat. Tubuhnya terhimpit Tuan El yang memaksa mencium lehernya. Tangan Tuan El mulai merapikan rambut Bella yang berantakan. Bella mengerjapkan mata saat terasa tubuh bagian lengan mulai tersentuh. Bulir bening membasahi pipi wanita yang menjadi tahanan Tuan El itu. Kali ia pasrah jika tubuhnya terjamah oleh pria yang bukan suaminya. Namun, tiba-tiba tubuhnya terasa lega saat pria dengan jambang tipis itu beranjak dari ranjang. “Aku tidak suka dengan wanita cengeng. Ingat satu hal, kali ini kamu lolos. Ingat, jika berani kabur lagi, jangan harap tubuhmu masih suci!” Ancaman Tuan El membuat Bella bergidik ngeri.Pintu tertutup dengan keras, Bella pun turun dari ranjang dan langsung menguncinya agar Tuan El tak sembarangan masuk lagi. Tubuhnya luruh ke lantai mengingat kejadian mencengkam tadi. Hampir saja ia tak suci saat Tuan El menginginkannya.Bella menatap langit-langit dari jendela kamar, ia berpikir
Read more
Dua Belas
Sebuah tamparan keras mengenai pipi Elvaro. Melanie tak menyangka sebuah kalimat pertama kali di keluarkan sang suami saat sampai di rumah bukan kalimat cinta atau rindu. Akan tetapi, sebuah kata yang membuat hidupnya hancur.“Gila kamu!” Elvaro mengelus pipinya, mungkin ia pantas menerima perlakuan seperti ini dari sang istri. Bukannya datang memadu kasih, ia malah memberikan sebuah kejutan yang menyayat hati.“Iya aku memang gila!” “Apa kamu menemukan wanita lain sehingga kamu meminta cerai dariku?” “Kalau pun iya, apa pedulimu? Selama ini apa kamu memedulikan aku? Aku butuh kamu, tapi tidak pernah ada waktu sedikit pun kita bersama. Apa aku harus bertahan dengan wanita sepeti kamu?” Bibir Melanie bergetar hebat mendengar semua pengakuan sang suami. Ia selalu berpikir Elvaro begitu sayang dan cinta hingga membiarkannya bebas melakukan apa pun yang diinginkannya. Namun, bagaimana bisa prahara ini terjadi pikirnya. “Tapi aku selama ini setia padamu,” ujar Melanie.“Mungki
Read more
Tiga Belas
Elevaro menggeleng, ia beranjak dari tempat tidur dan mengambil baju lalu memakainya. Sama halnya dengan sang istri, Melanie pun menghampiri sang suami. Dia kembali mencoba menahan Elvaro. “Mau kemana?” tanya Melanie.“Aku ada janji sama Papa. Maaf aku harus pergi,” ujar Elvaro “El, tinggal sebentar saja. Kenapa kamu malah tidak mau berlama-lama di sini?” tanya Melanie.Elvaro diam saja, ia malah sibuk berkemas baju juga beberapa keperluan dirinya. Setelah itu ia pamit dan gegas melangkah ke luar kamar.Melanie mencoba mengejarnya, tapi sang suami langsung masuk ke mobil. Baju tidur tipis itu kembali hanya dirinya yang melihat. Sementara, bersama dengan Elvaro pun belum terasa nikmat dan lama. Sang suami sudah pergi entah merasa bosan atau memang benar ada keperluan pikirnya.“Apa ini yang dirasakan olehnya selama ini. Aku datang, lalu kembali pergi.” Melanie bergumam sendiri.Melanie melangkah ke dapur, ia kembali menyeduh teh hangat untuk sedikit menenangkan diri. Walau sud
Read more
Empat Belas
Bella semakin takut, ia berharap tidak sampai pintu terdobrak dari luar. Sementara, Tuan El seperti sudah kehabisan energi karena ia memang sedang tidak sadarkan diri. Suara itu lama-lama menghilang dan tidak terdengar lagi. Namun, Bella masih ketakutan jika tiba-tiba Tuan El kembali berteriak. Mendengar suara gaduh, Bu Siti yang berada di kamar pun ke luar lalu menghampiri sumber suara. Ia terkejut melihat Tuan El yang sudah kacau menggedor pintu kamar Bella. “Astagfirullah Tuan El,” ujar Bu Siti. Wanita Tuan itu mencoba membantu sang tuan yang sudah tertidur. “Non, buka dulu.”Mendengar suara Bu Siti, Bella pun beranjak dari tempat tidur dan menghampiri pintu. “Bu, aku takus sama Tuan El,” ujar Bella.“Dia sudah tertidur. Buka saja,” ucap Bu Siti.Dengan ragu, Bella membuka pintu kamar. Ia melirik tubuh besar yang menerkamnya tadi kini sudah tertidur. “Bantu Ibu, angkat ke kamar kamu.”“Hah, jangan, aku takut kalau Tuan El sadar.”“Ya ampun, kamu jangan tidur di sin
Read more
Lima Belas
“Kamu tetap di sini, Bella.” Bella menoleh ke arah Tuan El, ada Bu Siti saja ia merasa ketakutan, apalagi tidak ada. Ia bergidik ngeri jika membayangkan beringasnya pria itu saat menciuminya. Apalagi saat sedang mabuk, ia bahkan menarik kasar baju yang dikenakannya. “Tuan, saya takut kalau enggak ada Tuan.” Bella kembali protes. Bu Siti pun hanya bergeming, ia tidak bisa menjawab karena semua keputusan ada di tangan sang tuan. “Bu, apa tidak bisa di batalkan saja?” tanya Bella.“Maaf, Non Bella. Tidak bisa,” ujar Bu Siti.Bella melirik kembali Tuan El yang santai dengan makanannya. Ia sedikit masam karena sudah pasti pria itu menyiapkan sebuah pikiran kotor setelah ini. Apalagi mengingat keberingasannya malam itu.Tuan El terlihat tenang, ia pun langsung pamit untuk pergi ke perusahaan kembali. Sementara Bella sedang berpikir bagaimana ia harus menjalani hidup sendiri tanpa Bu Siti.Pria dengan jambang tipis itu melirik ke arah rumahnya, ia sedikit bimbang dengan kebersama
Read more
Enam Belas
Bella langsung menunduk agar tidak terlihat oleh penjaga. Ia bertahan di pojok yang sangat bau. Ia satpam celingukan lalu setelah memeriksa tidak ada orang, mereka pun kembali ke tempatnya. Bela mengelus dada, ia bangkit dari jongkok lalu mencoba memindik lagi. Tangannya meraih tembok dan mencoba naik. Untung saja ada akar pohon hingga ia bisa menaikinya untuk memanjat. Bella agak oleng saat melihat ke bawah, ia takut jika turun melompat dalam posisi yang salah. Pelan tapi pasti, ia pun memilih untuk meloncat. “Ya Tuhan, aduh hampir saja kaki ini terkilir. Dengan modal uang yang aku ambil dari jaket Tuan El yang ada di gantungan kamar, lumayan untuk aku kabur.” Bella bergumam sendiri.Bella berjalan dengan cepat walau kakinya masih sangat sakit. Ia menaiki ojek yang sedang mangkal dan memintanya mengantarkan ke rumah sang ibu. Hatinya merasa gelisah, walau ia tahu kapan pun Tuan El bisa menemukannya. Hanya saja kali ini ia butuh bertemu dengan sang ibu. Akhirnya Bella sampai
Read more
Tujuh Belas
Mobil melesat begitu kencang, Bella tak bisa berkutik karena obat bius. Suruhan Tuan El terpaksa membungkam mulutnya agar Bella tak banyak bergerak yang akan membuat sopir tidak berkonsentrasi. Mereka langsung menelepon dan mengabari Tuan El. Setelah itu melajukan mobil kembali ke titik di mana kini Tuan El berada. Sementara, Tuan El pun kini menyendiri di sebuah hotel. Pria itu tidak mengerti dengan apa yang kini dirasakannya. Sebuah rasa tidak ingin kehilangan Bella, muncul begitu besar. Bahkan, saat sang istri menghubungi pun ia tidak membalasnya. Hari ini ada sebuah pertemuan dengan beberapa rekan bisnis gelapnya di hotel yang akan melangsungkan acara itu. Sudah berulang kali ia mengatakan ingin mundur, tapi tetap saja mendapat undangan. Apalagi dengan adanya Lady, wanita yang mengejar-ngejar dirinya.Sebuah pesan masuk dari Lady membuatnya sedikit menyunggingkan senyum.[Hari ini kau harus datang]“Lady, apa maumu. Sudah aku katakan, seleraku bukan kamu.” Tuan El kemba
Read more
Delapan Belas
Bella berada di ranjang, sedangkan Tuan El duduk di sofa menatap keheranan wanita yang ada di hadapannya. Apalagi sejak tadi Bella seperti sedang menahan hasratnya. Dia menggeliat, lalu menutup seluruh tubuh dengan selimut.“Bella katakan, kenapa kamu sepeti ini?” tanya Tuan El.“Tuan, aku juga enggak tahu.” Tiba-tiba dia membuka bajunya. Bella pun tidak mengerti kenapa dengan dirinya. Hawa panas kian menjalar ke seluruh tubuh.Tuan El merasa bingung, apalagi Bella sudah dalam keadaan tak berbusana di dalam selimut. Tangannya meremas seprei sepeti sedang menahan hawa napsu.“Tadi saya melihat wanita yang mendekati Tuan. Saya lihat dari menaburkan sesuatu ke gelas Tuan. Makanya saya pikir dia akan meracuni Tuan, jadi saya takut Tuan mati.” “Lalu kamu sengaja meminumnya agar kamu saja yang mati?”Bella bergeming, ia kembali mengeliat di kasur. Melihat Tuan El, rasanya ingin sekali ia menyentuhnya. Tuan El menepuk keningnya, ia paham kenapa Bella seperti itu. “Itu bukan racun, t
Read more
Sembilan Belas
“Terima kasih. Saya tahu sepetinya di mana rumah itu.”“Tuan El sekarang berada di hotel Marsa. Sepertinya memang sudah beberapa hari di sana.”“Baik, pembayaran sudah saya transfer. Jika ada kelanjutannya, bisa hubungi saya.”“Baik, Bu.”Pria itu pamit dan meninggalkan rumah Melanie. Sementara, Marta menenangkan sang anak. Namun, tetap saja Melanie tak bisa tenang. Selama ini ia berpikir jika suaminya setia. Tidak pernah bermain api dengan siapa pun. Akan tetapi, kenyataannya berbeda. Kini, ia merasa terhantam batu yang jatuh menimpa kepalanya.“Sudah seperti ini, apa yang akan kau lakukan?” “Aku akan merebut suamiku kembali.”“Bagaimana bisa kamu melakukan hal itu. Dia itu sudah memiliki pengganti kamu. Mungkin dia bisa mendapatkan anak dari wanita itu.”Tidak ada jawaban dari Melanie. Wanita dengan wajah cantik itu kian memanas saat kembali menatap foto keduanya. Perubahan sang suami seharusnya ia sadari sejak lama, tapi ia terlalu sibuk memikirkan karier ke artisannya.
Read more
Dua Puluh
Tuan El menatap dengan tajam, ia tak suka dengan wanita yang agresif. Apalagi dengan sengaja ingin menjebak dirinya. Pria itu melempar kertas yang berisi sebuah pembatalan kerja sama dengan perusahaan Lady. “Jangan pernah bergerak seenak hati Anda. Jika berilah lagi, kupastikan akan mengusut semua kejahatanmu!” Tuan El melangkah keluar kamar Lady, sedangkan Lady dengan keras memukul ranjang. Wanita itu kesal karena sebuah pembatalan kerja sama dengan perusahaan besar milik Elvaro. Terutama kegagalan dirinya untuk mendapatkan pria tampan dan kaya raya itu.“Kenapa dia bisa tahu? Tapi, kenapa tidak berefek obat itu?” Lady bertanya-tanya sendiri. Wanita itu sudah menunggu lama untuk bisa bermesraan dengan Elvaro. Namun, ia tak menduga jika semuanya malah sia-sia dan gagal total. “Sial, kenapa gagal! Licin sekali pria itu.”Lady pun menatap cermin, ia mematut diri. Apa dirinya tidak cantik hingga mendapat penolakan dari Elvaro, pikirnya. Akan tetapi, banyak pria yang menginginka
Read more
PREV
123456
...
14
DMCA.com Protection Status