Lahat ng Kabanata ng Karena Bau Terasi : Kabanata 51 - Kabanata 60
81 Kabanata
kemarahan Lyan
....Lyan tak habis pikir. Kenapa dia harus berurusan dengan lelaki berkepala batu seperti Zidan. Setelah kasus ini dilaporkan pada pengacaranya, ia juga harus menjelaskan pada keluarganya terkait ini.Dia sengaja izin satu hari pada Almira tidak di apartemen, sengaja ia akan ke rumah ayahnya untuk menjelaskan semua terkait hal ini. Siap tak siap, resiko sebagai artis adalah masalah sekecil apapun akan menjadi besar jika media sudah berbondong-bondong ikut meramaikan. Apalagi pihak-pihak terkait yang ikut membuat berita palsu untuk memperkeruh situasi.“Ayah ada, Mang?” tanya Lyan saat mobilnya masuk ke pekarangan rumah yang dijaga satpam.“Ada. Baru pulang, Tuan.”Lyan gegas masuk dan menemui sang ayah. Meski hatinya begitu takut akan hal yang akan terjadi, setidaknya dia sudah mencoba untuk menjelaskan pada sang ayah kronologi kejadian. “Ayah.”Lyan memanggil sang ayah yang sedang menyantap makan siangnya.“Lyan sayang? Kamu datang nggak bilang-bilang mama. Ayo! Makan siang bareng.
Magbasa pa
Lyan
Suaka terperanjat kaget saat sang kakak masuk ruangannya dalam keadaan merah padan. Lyan menghajar Suaka hingga ia terdorong ke lantai. Suster yang ada padanya gegas keluar ruangan untuk memanggil satpam namun dicegah Suaka."Gak usah panggil satpam, Sus. Ini hanya salah paham. Suster bisa menunggu di luar!" perintah Suaka sambil mencoba berdiri dan mengusap darah yang merembes dari ujung bibirnya.Setelah Suster pergi, Lyan membantu Suaka berdiri dan mencengkram kerah baju Suaka lalu menatapnya tajam."Kurang baik apa saya sama kamu, hah? Saya rasa kamu adik yang bisa dipercaya, nyatanya kamu lelaki bermuka dua yang pandai membual sana sini," teriak Lyan. Suaka nampak bingung, tetapi dia mencoba menguasai keadaan. "Apa yang Abang katakan?"Lyan melepas cengkramannya lalu duduk di kursi dengan jari yang diketuk dengan keras di atas meja."Kamu kenapa bilang ke Ayah kalau saya membawa Almira ke apartemen?" tanya Lyan mulai melunak nada bicaranya. Ia yakin, berbicara dengan emosi akan
Magbasa pa
lebih baik
...Ibarat sebuah bom peledak. Sinyal dan waktu yang sudah siap menghabiskan seluruh alam yang ada dalam genggaman. Lyan melajukan mobilnya menuju rumah pengacaranya dan ia sangat ingin menyelesaikan masalahnya ini tanpa bantuan siapapun. Kepercayaan dirinya mulai memudar pada semua orang, termasuk keluarganya sendiri. Masa Lalu kelam yang ia rasakan, kini ia rasakan kembali. Disudutkan dan dibenci, sudah menjadi makanan sehari-hari. Bagi Lyan, kepercayaan adalah hal terpenting dalam segala hal. Baik ayah, adik, keluarga maupun kerabatnya sudah tak ada yang ia percaya sepenuhnya. Dia mulai kembali merasakan terpuruk, putus asa, marah, benci dan juga sakit hati."Tak bisakah kamu atur jadwal dulu ketika datang? Jadi tidak sampai menungguku selama ini," ucap Abbas mencebik. Abbas yang baru pulang setelah mengurus kliennya, kaget dengan datangnya Lyan di rumahnya.Lyan yang sudah sampai di rumah Abbas 4 jam yang lalu, hanya dapat tersenyum getir. "Sepertinya kopi yang disajikan maid ru
Magbasa pa
nyaman
...."Semalam pulang jam berapa, Bee?" tanya Almira yang pagi ini bangun lebih awal.Lyan yang sedang menenggak air putih, melirik sekilas pada Almira lalu duduk dengan menopang dagunya. Andai wanita di depannya ini adalah istrinya, pastilah senang karena sepagi ini sudah disuguhi kopi dan pisang goreng."Bee?"Lyan kembali tersadar dari lamunannya dan bersikap biasa. "Yang jelas sangat malam. Saya sudah bilang, bukan?"Almira merenges dan ikut duduk di depan Lyan. "Hari ini jadi ke butik?""Nggak. Besok!""Oh. Lalu hari ini aku kerja apa?""Di rumah saja temani saya makan, minum, tidur, mandi," kelakar Lyan."Eh.""Hari ini kita ada acara di luar.Kita harus menghadiri sidang kasus yang kita laporkan jam 10 nanti," jawab Lyan. Tangan kanannya hendak mencomot pisang goreng di depannya. Namun karena panas, ia urung dan Almira yang melihatnya terpaksa membantunya. Almira mengambil piring kecil dan garpu untuk menyuapkan pisang goreng kepada Lyan."Sebenarnya aku takut, Bee. Aku takut ba
Magbasa pa
Sidang Pertama
..."Nggak usah anggap dia ada. Biarkan saja! Anggap dirimu lebih mulia daripada raja dan presiden di hadapan lelaki baji*ngan itu," ucap Lyan saat sedang mengemudikan mobilnya menuju pengadilan."Jantungku deg-degan, Bee. Serius! Aku takut," ucap Almira sambil mengeratkan genggaman pada kedua tangannya sendiri. "Pasti nanti juga akan banyak media yang ngeliput, deh.""Nggak apa. Anggap ini simulasi," jawab Lyan."Simulasi apaan?""Simulasi jadi artis dadakan. Mantan suami kamu juga dah jadi artis dadakan dia. Pemberitaan media gencar memburu mereka. Untung saya cerdas! Jadi kamu aman dari serbuan wartawan.""Cerdas! Tapi kelewatan cerdas, sampai aku nggak bisa menebak apa yang kamu pikirkan.""Itulah plot twins. Sulit ditebak endingnya," kelakar Lyan.Masih dalam kondisi seserius ini, Lyan masih sempat saja bercanda. Almira membatin. Baru saja mobil sampai di depan gedung pengadilan, wartawan berbondong-bondong menuju mobil Lyan. Bahkan saat keduanya turun, dirinya sangat kesulitan
Magbasa pa
Kesalahan
..."Rasanya aku kek pengin pindah ke planet mars kalau kayak gini, Bee. Nggak enak banget jadi artis. Mau jalan aja susah," keluh Almira saat keduanya memutuskan pulang.Lyan tampak diam tak menanggapi. Pikirannya dipenuhi dengan sidang minggu besok yang mengharuskan dirnya meminta Suaka datang. Namun, ia tak mungkin mengatakan dengan gamblag jika dirinya butuh kesaksian adiknya itu."Bee."Karena tak ada respon membuat Almira ikut diam dan memilih memainkan gawainya. Ia membuka pesan yang dikirim oleh Meysila tadi pagi karena ia baru sempat membukanya setelah hp disita Lyan saat hendak sarapan tadi.Meysila menggerutu mengenai sikap Lyan yang tadi memutuskan panggilannya. Almira juga mengirimkan jawaban dari pesan yang dikirim sahabatnya itu.Baru saja ponselnya hendak dimasukkan tas kembali, ponsel itu kembali bergetar. Almira kira adalah balasan pesan dari Meysila, ternyata itu dari Suaka. "Bagaimana pesidangannya, Ra?" "Alhamdulillah. Lancar sih. Tapi, dilanjutkan minggu depan
Magbasa pa
kalah telak
....Sejak kejadian itu, Lyan tak kembali. Bahkan, hingga hari menjelang persidangan, Lyan sama sekali tak datang ke apartemen. Hal itu membuat Almira terpukul dan bersedih. Bahkan ia merutuki diri sendiri yang tak bisa membuat benteng pertahanan hati. Selama ini, Lyan selalu ada untuknya dan saat dia tak nampak, hati Almira terasa kosong. Ada yang patah di dalam sana saat Almira tahu, Lyan tak pernah nampak setelah itu."Ka, Lyan ke mana ya? Seminggu ini tak pulang," tanya Almira sendu."Aku juga nggak tahu. Dia tidak mengaktifkan nomornya. Mungkin nanti dia datang di persidangan."Hari ini, sidang putusan digelar. Lyan yang memberikan kepercayaan pada pengacaranya, hanya bisa memantau dari jauh. Bukti yang kali ini Farhan dan Abbas berikan sebagai banding, cukup membuat Zidan kalah telak. Ditambah datangnya Suaka dan Iriana, membuat Zidan mati kutu di depan majelis hakim karena kedapatan memalsukan bukti. Bahkan dia diancam pidana 6 tahun dan denda 1 miliar karena sudah terbukti be
Magbasa pa
kemarahan Suaka
..."Dek, Mas mau ngomong," ajak Suaka saat dirinya baru sampai di rumah.Desy mengikuti suaminya ke kamar dengan rasa yang penasaran. Wajah suaminya terlihat datar dan menakutkan."Bagaimana persidangan tadi pagi, Mas?" Desy berkata dengan nada gugupnya. "Ba-ik?" tanya Desy mengurai rasa gugupnya."Baik, jika kamu bisa menjelaskan pada Mas. Tentang apa yang sudah kamu katakan pada media dan juga pada keluarga Mas," ucap Suaka.Desy kaget. Dia kira Suaka tidak akan tahu apa yang ia lakukan, tetapi kenyataannya Desy salah. Suaminya kini terlihat marah."Jawab!" Suaka sedikit meninggikan suara membuat Desy sangat takut."Mak-sud Mas apa? Desy nggak paham," kilah Desy.Ia tak bisa lagi bersabar. Kepergian Lyan yang sampai saat ini tidak pernah kembali, juga kemarahan ayah pada Lyan yang berimbas pada masalah keluarga yang bertambah runyam juga pemberitaan media yang pastinya kini membuatnya semakin pusing.Suaka menatap lekat wanita yang baru beberapa minggu ini ia nikahi. Bahkan pernika
Magbasa pa
hati hati
..Suaka mendapati Desy yang sudah lelap di dalam dekapannya. Sengaja ia bangun tengah malam untuk melakukan Qiyamul Lail. Meminta petunjuk pada Sang Pencipta agar memudahkan jalannya yang terjal itu. Setelah berwudhu dan menggelar sajadah, Suaka mencoba khusyu ketika beribadah. Tetap saja, sholatnya begitu banyak masalah yang melintas. Barulah saat berdoa, dia bisa meneteskan air mata hingga bisa merasakan nikmatnya Qiyamul Lail yang dia lakukan kali ini.Entah kenapa selepas sholat, Suaka penasaran ingin membuka ponsel Desy yang tergeletak di atas meja. Diraihnya ponsel itu dan saat ingin membukanya, ternyata ponsel terkunci. Suaka mencoba memasukkan nomor sandi tanggal lahir, pernikahan dan juga hari bahagia mereka, namun sayangnya tak bisa terbuka. Akhirnya Suaka memiliki ide, membukanya dengan sidik jari Desy.Suaka meraih jari telunjuk dengan pelan dan menempelkannya pada ponsel Desy. Seketika ponselnya terbuka dan menampakan walpaper Desy saat menikah dengannya. Suaka membuka p
Magbasa pa
Dilema
..."Kenapa mengajakku bertemu?" tanya Desy saat ia baru sampai di tempat yang sudah dijanjikan sebelumnya."Kenapa nada bicara kamu aneh sekali? Bosan dengan permainan yang sedang kita lakukan?" tanya Raisa dengan senyum menyeringainya. "Kamu mau menyerah?" tawar Raisa sekali lagi.Desy yang baru saja duduk merasa aneh dengan sekeliling tempat yang sepi dan juga lengang. Resto yang seharusnya ramai pengunjung itu, terlihat aneh dengan hanya ada dia dan Raisa seorang."Resto ini sengaja saya booking dia jam ini biar kita sama-sama aman. Tenang saja, saya selalu melakukan semuanya dengan rapi," ucap Raisa seakan sudah tahu kegelisahan yang dirasakan Desy."Apa yang ingin kita bahas di sini?" tanya Desy."Sepertinya kamu sudah tidak sabar mendengar apa ingin saya datang mengajakmu. Tentu saja ini tak lain tentang Lyan dan janda gatel itu. Saya mau, kamu membantu saya menyingkirkan janda itu dari kehidupan Suaka dan Lyan. Apa kamu tidak sadar? Selama ini dia hanya memanfaatkan kebaikan L
Magbasa pa
PREV
1
...
456789
DMCA.com Protection Status