Semua Bab Ketegaran Cinta Seorang Istri: Bab 31 - Bab 40
148 Bab
31. Warisan
“Rencananya mau buat rumah makan di sini?” tanya Cinta saat melihat-lihat keadaan ruko milik keluarga Bella.“Ya, ya ukurannya memang hanya segini,” jawab Bella yang sepertinya tidak yakin Cinta bisa mendesain ruko kecil itu menjadi menjadi tempat usaha.“Untuk di depan itu boleh di beri meja kursi, nggak?”Cinta melihat-lihat sekitar ruko yang memang sudah ada banyak ruko yang digunakan untuk perkantoran. Untuk usaha kuliner memang belum banyak, baru ada beberapa ruko diantaranya menjual bakso dan seblak.“Nggak, Ta! Itu untuk parkir.”“Kalau model masakan rumahan kaya ibu, berarti ada kemungkinan untuk membuat nasi box.”“Ya, Ta! Rencananya memang mau ke sana, kalau bisa sih sekalian catering.”“Kalau rumah makannya sudah buka, saya boleh kerja ikut ibu saja, Bell?”“Apa?” tanya Bella yang terkaget tidak percaya dengan apa yang baru saja terlontar dari mulut Cinta. “Kenapa, Ta? Gaji kamu di sana kan gede, belum lagi kalau desainmu laku, pasti bonusnya juga gede.”“Saya rasa kamu tah
Baca selengkapnya
32. Patah Hati Terdalam
“Tidak ada.”Jawaban tegas yang keluar dari mulut Adnan menghancurkan harapan Tegar untuk bisa menjadi menjadi lelaki yang pantas di hadapan Aura. Tegar meraih cangkir lalu menyesap kopinya yang sudah dingin untuk menutupi rasa kecewa di hatinya. Bukan hanya harta dan kekayaan, kini Tegar sadar pembeda paling jelas antara dirinya dengan Damar. Damar terlahir dari rahim istri yang dinikahi secara sah, sedangkan dirinya hanyalah anak haram yang lahir dari hubungan terlarang.“Sebenarnya waktu itu Dharma sudah membicarakan akan memberikan beberapa aset yang dia miliki untukmu, tapi sebelum itu terjadi … takdir berkehendak lain.”Dua pria yang berbeda generasi itu terdiam, baik Tegar dan Adnan kembali teringat dengan peristiwa naas yang telah merenggut nyawa Dharma Sanjaya dengan tragis.“Apa yang sebenarnya membuatmu tiba-tiba bertanya tentang warisan, jika kau butuh uang, aku bisa mempertemukanmu dengan …”“Tidak perlu!” sergah Tegar yang terlihat tidak berminat lagi membicarakan tentan
Baca selengkapnya
33. Putus Asa
“Sejak kapan mereka dekat?” tanya Adnan kepada Damar saat melihat Cinta dan Tegar berjalan bersama. Dengan berat hati Damar mengalihkan pandangannya ke arah yang sama dengan Adnan. Dilihatnya gadis yang masih menjadi pemilik hatinya itu kini sedang berjalan bersama dengan lain. Meskipun dapat dilihatnya dengan jelas, Cinta yang terlihat sangat kesal dengan sikap tengil Tegar, tetapi rasa cemburu itu seakan tak bisa terbendung menyusup ke renungan hati Damar. “Saya kira hubungan antara Tegar dan Cinta hanya sebatas rekan kerja saja, saya lihat tidak ada kedekatan yang istimewa di antara mereka,” jawab Damar yang masih berusaha untuk meredam api cemburu di dalan hatinya, bahkan setelah menyaksikan dengan mata kepalanya sendiri bagaimana Cinta dan Tegar saling berpelukan di roof top. “Sejak awal saya sudah bilang, dia bukan gadis baik-baik, itu sebabnya saya tidak menyukai Cinta. Dia seperti benalu yang akan selalu mencari inang untuk mendapatkan kesenangan. Dan sepertinya saat ini di
Baca selengkapnya
34. Berbagi Tugas
Tak ada lagi tangis untuk menyesali sesuatu yang sudah diniati dalam hati, hanya berusaha menikmati apa yang sudah menjadi konsekuensi dari pilihan yang diambil. Seperti apa yang dilakukan oleh Aura saat ini, wanita yang sedang berbadan dua itu memanjakan dirinya dengan membelanjakan uang transferan dari Damar. Selain memberi nafkah rutin setiap bulannya, Damar akan mentransfer sejumlah uang setelah menikmati malam panjang bersama istrinya. Uang dan kemewahan, itulah yang menjadi tujuan utama Aura menikah dengan Damar, dan kini dia sedang menikmatinya. “Saya mau cincin yang ini,” ucap Aura di depan gadis yang menjadi penjaga toko perhiasan. Tidak perlu bertanya harga lagi, asal suka Aura hanya tingga menunjuk saja.Dengan senang hati penjaga toko itu melayani Aura, tanpa harus berlama-lama melayani, transaksi pun langsung terjadi. Tentu bonus sudah menunggu saat gajian nanti.Setelah dari toko perhiasan Aura pun melanjutkan pesta belanjanya ke gerai pakaian, yang sudah tentu bermere
Baca selengkapnya
35. Dua Saudara
Dengan bantuan Adnan, akhirnya Tegar bisa menghubungi Hesti dan memaksanya untuk membicarakan masalah yang saat ini sedang dihadapi oleh Sanjaya Furniture. Bahkan dengan berbaik hati, Adnan menyediakan tempat di kantornya untuk menjadi tempat pertemuan antara Tegar dengan Hesti. Sebagai sahabat dan juga pengacara, Adnan berusaha untuk selalu ada saat keluarga Sanjaya membutuhkan dirinya. Setelah melihat kedatangan Hesti, Adnan pun bergegas keluar dari ruangan yang biasanya digunakan untuk rapat oleh Adnan dan koleganya. Adnan memberi waktu kepada Tegar dan Hesti untuk menyelesaikan masalah yang sedang mereka hadapi.Duduk berhadapan dan dalam jarak yang begitu dekat dengan orang yang sangat dia benci, membuat Hesti sering memalingkan muka karena tidak ingin menatap wajah Tegar. Tidak bisa dipungkiri jika Hesti terlihat enggan untuk menatap wajah Tegar, wajah yang sangat mirip dengan suaminya, wajah yang menjadi bukti pengkhianatan yang pernah dilakukan oleh orang yang sangat dia cinta
Baca selengkapnya
36. Lelah
Hesti memasuki rumah hampir bersamaan dengan Aura yang baru pulang dari jalan-jalan di mall. Dengan tatapan mata yang tajam Hesti menatap ke arah menantunya. Setelah berdiri saling berhadapan, Hesti berjalan mengitari Aura dan memandanginya dari ujung kaki hingga ujung kepala, tak luput beberapa paper bag yang masih menggantung di tangan menantunya tersebut.“Seperti inikah definisi seorang istri menurut otakmu yang kopong itu?”Berdesir nyeri rasa hati Aura kala mendengar pertanyaan yang terlontar dari mulut Hesti. Aura meyakinkan dirinya untuk tetap kuat berada di tengah-tengah Keluarga Sanjaya. Dimarahi, dihardik atau bahkan dicaci maki sudah hal biasa bagi Aura, setiap ada pekerjaan yang tidak beres Bulik Sari akan memarahinya, dan sebagai anak yang dititipkan Aura hanya bisa menelan sendiri luka tersebut.“Di saat perusahaan suamimu dalam keadaan di ambang kebangkrutan, kau masih saja menghambur-hamburkan uang sesuka hatimu.”Aura terdiam, ingin mengabaikannya begitu saja ucapan
Baca selengkapnya
37. Untuk yang Disayang
Terdengar suara notifikasi dari ponsel Tegar yang dia simpan di saku celana. Untuk mengalihkan perhatian Damar dari pertanyaan yang belum terjawab, Tegar pun bergegas untuk membuka pesan tersebut.“Tampaknya kita harus segera melanjutkan meeting!” ajak Tegar setelah membaca pesan di ponselnya.Seolah tanpa kompromi Tegar segera melangkah meninggalkan Damar. Didahului dengan hembusan napas kasar yang memperlihatkan keengganan, akhirnya Damar pun mengikuti langkah Tegar.Kembali memasuki ruang rapat, Tegar dan Damar dikejutkan kehadiran dua orang yang sebelumnya tidak ada. Ya, Hesti akhirnya datang, begitu juga Adnan yang menjadi perwakilan dari Mulia Abadi yang merupakan rekanan utama bagi Sanjaya Furniture.Damar menyadari kesalahannya, dan saat ini seluruh mata sedang melemparkan pandangan ke arah dirinya.“Lakukan pekerjaan kalian seperti biasa!” perintah Damar kepada beberapa kepala bagian yang saat ini berada di ruang rapat. Sebuah perintah yang diartikan jika Damar telah membatal
Baca selengkapnya
38. Cerai
Layaknya merayakan sebuah kemenangan, Tegar merogoh kantongnya yang sebenarnya pas-pasan untuk mentraktir karyawan Sanjaya Furniture untuk makan siang bersama di kantin. Lega dan bahagia saat perusahaan yang dirintis oleh sang ayah masih bisa untuk diselamatkan meskipun dirinya tetap tidak akan menjadi mewarisi sepeserpun.Tatapan mata Tegar menyapu ke seluruh ruangan di kantin, tak ditemukannya Cinta di sana. Sebagai salah satu orang yang dianggap turut berjasa, tentu tegar sangat berharap Cinta pun ikut menikmati makan bersama kali ini.Tegar tidak menemukan Cinta di meja kerjanya, di ruang sholat pun tidak dia temukan. Tegar pun melanjutkan pencarian ke ruang administrasi, mungkin saat ini Cinta sedang menemui Bella. Tetapi tampaknya Tegar harus menelan kekecewaan karena Cinta tidak juga dia temukan.Menaiki tangga dengan setengah berlari, berharap bisa bertemu dengan Cinta di sana. Sepi, hanya semilir angin yang menyambutnya kehadiran Tegar di roof top. Dengan napas yang sedikit n
Baca selengkapnya
39. Tangis Aura
Setelah Damar menikah dengan Aura, Cinta tidak pernah lagi makan siang di luar. Jika tidak makan siang di kantin, sudah pasti Cinta akan makan enak dengan bekal makan siang yang di bawa oleh Bella. Dan siang ini, seolah mendapatkan durian runtuh, Cinta kembali melangkahkan kakinya memasuki sebuah restaurant mewah yang letaknya tidak jauh dari tempatnya bekerja.Cinta yang dahulu sering datang bersama Damar ke restaurant tersebut akan dengan mudah menemukan Aura yang sudah memberi tahu nomor meja kepadanya. Cinta meyakini ada masalah yang sangat penting hingga adiknya itu mengajaknya bertemu di luar.“Sudah menunggu lama?” tanya Cinta sambil menjatuhkan bobot tubuhnya di kursi yang tepat berada di depan Aura.“Tidak,” jawab singkat Aura.“Kenapa?” tanya Cinta tiba-tiba, karena tidak bisa menyembunyikan kekhawatirannya melihat mata sembab Aura.Sejak menikah dengan Damar, hanya kebahagiaan yang selama ini ditunjukkan oleh Aura di depan kakak dan ibunya, tapi kali ini Aura tidak bisa men
Baca selengkapnya
40. Keguguran
Pagi yang cerah, matahari menyinari bumi membawa kehangatan, kicau burung pun terdengar sangat merdu, tetapi semua itu tetap tidak bisa membuat sirna mendung yang bergelayut di hati Cinta dan Utari.Dua wanita yang berbeda generasi itu melangkahkan kakinya dengan terburu-buru menyusuri lorong rumah sakit. Pandangan Cinta tidak luput pada nomor ruangan yang tertulis di atas pintu, hingga akhirnya mereka sampai pada ruangan yang nomornya sama dengan yang tertulis pada pesan di ponsel Cinta.Dengan perlahan Cinta menggerakkan handle pintu ruang rawat inap kelas VIP. Setelah pintu terbuka, Cinta dan Utari melihat Aura yang sedang terbaring lemah tak berdaya di atas brankar. Utari tidak bisa menahan kesedihan melihat putri bungsunya yang masih dalam keadaan tak sadarkan diri, wanita paruh baya itu tidak bisa lagi menahan air matanya yang jatuh berderaian. Cinta memapah sang ibu yang sepertinya sudah mulai tidak kuat untuk melanjutkan langkahnya. Dengan terseok-seok akhirnya Utari bisa menc
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
15
DMCA.com Protection Status