Semua Bab Istri yang Kabur di Malam Pertama: Bab 21 - Bab 30
183 Bab
Bab 15A Menghindar
Bab 15A Menghindar Hati yang terluka lebih terasa sayatannya daripada fisik yang tersakiti. Andai waktu bisa diputar ulang, Gita akan memilih tinggal dan patuh pada suaminya. Kini penyesalan yang tersisa, hanya akan menambah dosa jika dia tak mampu bertaubat memperbaikinya. "Ta, jadi ke Sunday Morning, yuk!" Suara penuh semangat dari seberang yang melakukan panggilan ke ponsel Gita "Maaf, El. Aku demam nih. Tolong bilangin Toni lain kali saja ya!" "Astaga, kamu sakit. Share loc, Ta. Kita nggak jadi jalan-jalan aja. Aku dan Toni yang kesitu." Panggilan berakhir, Gita resah dengan kondisinya. Remuk badannya belum pulih benar. Mengirimkan lokasinya, Gita merasa dengan bertemu dua sahabatnya mampu meredam kesakitannya. "Ras, boleh masuk?" Suara maskulin itu mengagetkan Gita. Jiwanya terbang entah kemana. Tubuhnya meremang kala mengingat perbuatan tak ampun tuannya. Dia tak sanggup menatap wajah lawan bicaranya. "Gimana kondisimu sekarang?" tanya Ardi dengan intonasi rendah. "Al
Baca selengkapnya
Bab 15B
Bab 15B Menghindar  "Ckk, sejak kapan kamu mengakui istrimu. Bukankah kamu mau balas dendam dengan menghancurkannya?"Sejatinya itu hanya alasan Ardi supaya Jessy tidak melakukan hal buruk pada Laras. Kalau terjadi apa-apa pada Laras, persahabatannya dengan Revan pasti hancur."Kamu mau menemaniku ketemu Pak Robert atau tidak? Kalau masih mau berdebat, lebih baik aku tinggal," ancam Ardi membuat Jessy mencebik kesal."Aku ikut."Di luar rumah tampak muda mudi bertanya pada satpam penjaga rumah."Pak, apa benar Gita tinggal di sini?"Ela mencoba bertanya sembari melongok ke arah rumah bergaya modern dengan taman kecil asri menghiasi halaman depan."Maaf, mbak. Di sini rumahnya Tuan Ardi. Tidak ada penghuni rumah bernama Gita. Adanya Bi Irah dan Non Laras yang perempuan."Ela dan Toni saling berpandangan."Non Laras itu masih kuliah ya?""Iya barusan masuk kuliah tahun ini.
Baca selengkapnya
Bab 16A Tamparan Fakta
Bab 16A Tamparan Fakta Setelah tiga hari menghindar, Gita mulai bersikap biasa saat bertemu Tuan Ardi. Dia tidak ingin mengundang curiga jika terlalu lama dalam kecanggungan. Biarlah waktu tergerus dengan sendirinya yang akan menghapus kenangan penuh duka."Hari ini ke kampus jam berapa, Ras?" Ardi berdiri di belakang Gita yang sedang membereskan alat masak, sementara Bi Irah menjemur baju di teras belakang."Saya berangkat siang, karena pagi jadwal kuliah kosong, Tuan.""Ya sudah, nanti berangkat naik taksi saja! Ini gajimu bulan ini, lebihannya untuk ongkos perjalanan."Gita terkejut melihat amplop coklat diletakkan di meja oleh Tuan Ardi. Mencoba mengambil lalu mengintip isinya. Berlembar-lembar uang ratusan ribu tersimpan disana."Tapi, Tuan, saya belum genap sebulan di sini.""Anggap saja, bayaran mingguan.""Kalau mingguan, ini terlalu banyak.""Yang memberi gaji kan saya, nggak usah protes, kamu tinggal terima saja, mengerti!" Nada tegas dengan intonasi tinggi membuat Gita ter
Baca selengkapnya
Bab 16B Tamparan Fakta
Bab 16B Tamparan Fakta  Akhirnya, satu dari sekian sertifikat bertuliskan lengkap Bintang Lazuardi Atmaja."Hah, jadi nama belakangnya Atmaja."Seketika Gita syok, kepalanya bagai dihantam palu. Tanganya pun gemetar memegang sertifikat itu. Mendaratkan pant*tnya ke kursi, mulut Gita menganga tak percaya seraya tangan kanan menutupinya.Dari sekian banyak nama kenapa bisa sama persis. Gita masih berharap ini hanya sebuah kebetulan. Namun bagaimana kalau ini nyata. Tuan Ardi anak tiri atau justru suami. Seperti orang linglung, dadanya tiba-tiba terasa sesak. Gita segera mengambil nafas dalam dan berulang."Ya Rabb, cobaan apalagi ini. Kalau dia suamiku, aku sangat bersyukur dosa malam itu berpeluang menjadi pahala. Namun kalau dia anak tiriku, sungguh dosa itu tak bisa termaafkan. Apa yang harus aku lakukan." Mondar-mandir memutar otak, tidak hanya tangan, sekarang tubuhnya pun ikut gemetar. Mengingat malam panjang
Baca selengkapnya
Bab 17A Mampukah Bertahan
Bab 17A Mampukah Bertahan Gita mengangguk, lalu mereka berniat langsung ke kampus karena kawatir terlambat. Menyadari Gita berjalan sedikit sempoyongan, Toni berniat membantu memapahnya menuju taksi yang sudah menunggu."Serius, mau ke kampus, Ta?""Iya, takut ketinggalan materi.""Ya sudah, ayo!"Tanpa disadari mereka, ada pasang mata menangkap pergerakan keduanya."Si*l, ngapain Laras berdua sama cowok?"Tangan terkepal sempurna. Ardi sudah tidak fokus dengan klien yang mengajaknya meeting dadakan di kafe. Melihat reaksi Ardi yang berlebihan, Jessy bukannya menenangkan justru membuat darah Ardi makin mendidih."Ar, sepertinya Laras sudah punya pacar. Baru juga masuk kuliah belum ada sebulan. Berani merangkul di depan umum lagi. Dasar anak zaman sekarang.""Diamlah, Jess! Suaramu membuatku pusing."Seringai licik terukir di bibir Jessy yang berhasil membuat hati Ardi kian memanas. Jessy semakin yakin kalau pria yang dipujanya sekarang punya tambatan hati yang lain. Sejenak kecewa me
Baca selengkapnya
Bab 17B Mampukah Bertahan
Bab 17B Mampukah Bertahan  "Cewek atau cowok?" "Cowok, Mas," jawab Ela mantab. Namun saat melihat raut wajah Ardi berubah masam, Ela merasa menyesal mengucapkannya.Ela dibuat heran, pertanyaan macam apa ini? Yang benar saja, majikan Gita bukan sembaran majikan. Kenapa Tuan Ardi justru keliahatan seperti seorang pacar atau suami yang mengkawatirkan pasangannya. Ardi berterima kasih, lalu kembali mengemudikan mobil mewahnya membelah jalanan yang macet karena bersamaan jam pulang kerja."Si*l terlambat. Aargh." Ardi memukul stir kemudinya. Dia tak paham dengan apa yang dirasakan sekarang. Mengingat kejadian di kafe membuat hatinya kembali panas. Nyeri dan sesak di rongga dada begitu terasa. Ditambah lagi beberapa motor yang menyelip sembarangan membuatnya mengumpat tak beraturan. Sekedar meluapkan emosinya pada Gita."Masuk dulu, Ton! Aku buatkan minum.""Tidak usah, Ta. Terima kasih banyak. Nanti kala
Baca selengkapnya
Bab 18A Bucin
Bab 18A Bucin "Aku baru mau memintanya," ucap Ardi lirih. Mencoba mengangkat wajah, Gita terbelalak saat sorot mata tajam Ardi mengunci manik matanya. "Tuan....!" Hening tak ada suara. Ardi sudah membungkam Gita hingga tak mampu melanjutkan protesnya. Mata Gita membelalak sempurna, sungguh dia merasa malu jika sampai Bi Irah melihatnya. "Maaf Tuan, sesungguhnya saya takut Allah...." "Marah?" sahut Ardi dengan muka bersalah. Gita hanya mengangguk malu sambil mengusap bibirnya. Sebenarnya kalimat terakhir menggantung itu tidak diucapkan dari lubuk hatinya karena dia tahu kemesraan hubungan suami istri justru mendatangkan pahala. Namun pria di depannya ini belum tau hubungan mereka, bahkan suaminya sangat membenci istrinya. Apa jadinya kalau suaminya tahu dia istrinya saat ini juga. Gita tak mampu membayangkannya. Memilih bertahan di rumah ini, Gita berusaha mengajak suaminya menjadi pribadi yang baik dan bisa jauh dari Jessy. "Maaf, aku tidak bisa menahan diri. Buatkan omelet yang
Baca selengkapnya
Bab 18B Bucin
Bab 18B Bucin Gita merasa tertampar. Suaminya melakukan perbuatan buruk juga sebagian karena andilnya. Meninggalkannya saat malam pertama hingga sekarang. Seharusnya sebagai istri dia bisa menjaga suaminya agar tidak mengumbar hawa nafsu dengan wanita lain. Kalau sedari awal Gita tahu suaminya masih single pasti dia akan memikirkan ulang untuk tidak kabur. Setidaknya Gita bisa meminta izin tetap melanjutkan kuliah saat sudah menjadi seorang istri."Menurut ustadz saat mengisi tausiyahnya. Sebaik-baik manusia adalah yang bertaubat dan memohon ampun kepada Allah atas kesalahan yang dilakukan. Tidak ada dosa yang tidak diampuni Allah sebesar apapun itu, Tuan. Karena Allah Maha Pengampun kepada siapa saja umatNya yang bertaubat. Bertaubat dalam artian tidak akan mengulangi lagi kesalahannya dan bersungguh-sungguh untuk kembali ke jalan yang diridhoi Allah. Maafkan saya, jika terkesan menggurui!"Gita menunduk, rasa takut menghantui dirinya manatahu suaminya tak terima dengan penjelasanny
Baca selengkapnya
Bab 19A Salah Paham
Bab 19A Salah Paham  Gita sudah tak tahan lagi mendengar kemesraan mereka di dalam ruang kerja. Ingin rasanya mendobrak pintu di depannya."Mas Bintang, awas ya!" Giginya saling menggertak menahan cemburu.Tanpa aba-aba, pintu pun menjadi saksi bisu sasaran kecemburuannya.Brakk,Ardi tersentak, pun juga Jessy yang tengah memegang penggaris dengan posisi menunduk dan tangan di atas meja desain."Apa yang kalian la...lakukan?" Teriakan diakhiri suara terbata Gita membuat keduanya heran."Ada apa, Ras?"tanya Ardi penuh selidik. Tangan kanannya memegang pensil khusus untuk mendesain.Dia mendekati Gita yang terpaku di tempatnya.Betapa Gita ingin menenggelamkan wajahnya di bawah bantal sekarang juga. Bisa-bisanya dia berpikir terjadi hal yang tidak-tidak di ruang kerja. Jam dinding yang berdetak jarumnya seakan menertawakan tingkah konyolnya. Ternyata mereka berdua sedang menggambar desai
Baca selengkapnya
Bab 19B Salah Paham
Bab 19B Salah Paham  "Sudah sampai, Tuan." Gita mengucap sambil menoleh ke arah Ardi.Ardi terdiam menatap lekat manik mata gadis berjilbab marun di depannya. Gita tertegun saat Ardi mulai mengikis jarak dengannya.Aroma mint bisa dirasakan sampai ke indra penciuman Gita."Tuan, sudah sam...."Tanpa persiapan, bibir merah Gita sudah menjadi sasaran pria di depannya. Gita hanya tercengang dibuatnya dan tak berniat membalasnya."Aku menyukaimu, Ras. Sungguh, aku tidak bisa berbohong. Aku benar-benar tertarik padamu."Deg,"Tapi, Tuan?"Ardi melakukannya lagi dengan lembut, pun juga Gita tak bisa menolaknya. Mengingat dia tidak berdosa melakukannya bersama Ardi, Gita mencoba membalas.Ardi terkesiap dengan apa yang dilakukan Gita. Dalam hati bertanya-tanya kenapa Gita dengan senang hati melakukannya.Tidak bisa dipercaya oleh logikanya. Mereka larut dalam kenikmatan. Sesaat
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
19
DMCA.com Protection Status