Lahat ng Kabanata ng SETELAH 15 TAHUN PERNIKAHAN : Kabanata 31 - Kabanata 40
176 Kabanata
Wanita yang Ikut Sakit
Melihat bagaimana liciknya Pak karim menjerat suaminya dulu, sampai terjebak dalam pernikahan dengan Inggit, Salma meyakini, kalau Ibu Inggit pun kini punya niat tak baik dengan menikamnya dari belakang. Ya, kalau memang mereka punya i’tikad baik, sejak awal sebelum terjadi pernikahan, mereka akan baik –baik membicarakannya dengan Salma. Ini malah tak sekali pun bertemu, dan bahkan mereka bergerliya di belakangnya mempengaruhi almarhum Bapak Salma.Lalu bahkan ... juga meminta Haris agar merahasiakan pernikahan mereka di belakang Salma.Dan sekarang, setelah kebusukan mereka terbongkar, dan Salma ingin meminta pertanggung jawaban, malah mereka terus menghindar dan bahkan tak mau bicara walau pun sekadar dalam telepon. Ibu Inggit malah pergi menemui Ustaz Fawwas. Salma penasaran, apa yang dibicarakan wanita tua itu, sampai Umi Ameena menelepon dan tahu kalau suaminya telah menjalani pernikahan poligami.Padahal, Farhan masih tidur siang. Namun, karena dia tak mungkin meninggalkannya se
Magbasa pa
Tamparan Keras
“Astagfirullah. Mama nggak nyangka kamu akan melakukan ini Haris!” Suara sang Mama meninggi, setelah tahu betapa kejam perbuatan putera sulungnya pada Salma. Menantu yang selama ini disayangi seperti puterinya sendiri.Ibu Haris bertanya –tanya, seperti apa sosok wanita yang sudah berhasil memalingkan Haris dari Salma?“Usianya baru 17 tahun, Ma. Dia masih terlalu belia untuk menanggung kebencian semua orang.” Haris tiba –tiba teringat Inggit. Tampak dari wajah Mamanya, dia tidak mau menerima kehadiran perempuan muda itu.“Aku merasa bersalah pada Salma, tapi juga merasa bersalah pada Inggit.” Suara Haris terdengar lemah.Mama geleng –geleng merespon ucapan Haris. Pria itu benar –benar sudah dibutakan cinta.Bahkan dari Salma –lah, Haris banyak berubah. Sifat bandelnya di waktu muda juga berangsur hilang ketika pria itu mengenal dan jatuh cinta pada Salma. Tentu saja hal itu menjadi hadiah terindah dari Salma untuk ke dua orang tua Haris. Mereka nyaris menyerah menasehati dan meminta
Magbasa pa
Bertanggung Jawab
Haris pulang dari rumah orang tuanya dengan hati hancur. Mobil yang membawanya terus bergerak menuju rumah yang ditinggalinya dengan Salma selama ini. Mengingat semua ucapan sang Mama, Haris seolah tak diberi pilihan selain kembali dan melupakan Inggit. Meski hal itu sebenarnya menyakitkan.Namun, bukankah sebaiknya Haris juga memberi kepastian pada Inggit dan keluarganya, agar mereka tidak melihatnya sebagai lelaki pengecut yang tak punya tanggung jawab setelah menikahi anak orang. Setidaknya dia harus datang pada Pak karim untuk minta maaf tidak bisa melanjutkan hubungan ini.Atas pikiran –pikiran itu, Haris akhirnya memutar setir mobil sehingga arah yang ditujunya berganti. Ia kini menuju rumah di mana Pak Karim dan keluarganya tinggal. Kota Bandung.______________________________“Umi ....” Suara sedih Farhan terdengar di sampaing Salma.Anak kecil itu bingung, kenapa Uminya tampak begitu sedih dan terlihat kesakitan. Padahal, menurutnya wanita itu baik –baik saja. Juga tidak seda
Magbasa pa
Wanita yang Harus Tahu Diri
Inggit tersentak mendengar ucapan pembawa berita. Berbeda dengan Karim yang kelelahan sejak semalam. Dia bahkan tidak tidur karena mencari solusi atas masalah yang menimpa pernikahan anaknya. Sampai akhirnya sekarang tidak bisa lagi menahan matanya dan tidur di perjalanan.Ketika melihat ke arah sang Bapak, pria tua itu rupanya tidur. Padahal dia ingin Bapaknya itu tahu, dan menimbang ulang rencananya bertemu tabib. Inggit seolah sedang melihat masa depannya nanti, kala Haris tahu semuanya. Tapi bahkan, dia sendiri sudah mengkhianati suaminya dengan bertemu pria lain, walau tidak sampai melakukan hubungan suami istri, pria bernama Albi itu sudah menyentuh semua miliknya. Mau bagaimana lagi, itu cara satu –satunya memuaskan diri sebagai seorang perempuan yang jarang dibelai suami.Sering kali kerinduannya membuncah. Namun, bahkan Haris tak mau datang dan menuntaskan keinginannya sebagai seorang istri. ‘Salah siapa? Dia yang sudah mengajari aku semuanya, tapi malah lebih lama dengan wan
Magbasa pa
Mencuri itu Kejahatan
Haris pun berinisiatif membisiki orang yang sedang bicara dengan mertuanya, untuk bertanya tabib siapa yang dihubungi?“Pak, tanyakan di tabib mana?” Haris mengucap dengan hati –hati agar tidak terdengar oleh orang di ujung telepon.Dia juga tidak mau kalau sampai Pak Karim tahu dia mencarinya, sebelum dia sendiri tahu ke mana perginya orang itu? Yang lebih membuatnya kepikiran, kenapa mereka harus pergi bertiga. Kenapa tidak dengan ibunya saja? Lagi pula apa Inggit tidak merasakan apa pun saat berpisah dengannya semalam? Apa cuma Haris yang merasakan itu?Pemilik kost mengerti. Dengan nada suara dan ekspresi Haris, pria itu tampaknya tidak mau diketahui mertuanya sedang di sini dan sangat ingin tahu keberadaannya tanpa disadari mereka. Entah, apa sebabnya? Yang jelas, setelah yang terjadi tadi malam, pria itu mengerti situasi keluarga mereka tidak sedang baik –baik saja.“Halo?” Pak Karim memanggil, karena suara induk semangnya terjeda. Dia sampai berpikir kalau panggilan telah berak
Magbasa pa
Terpaksa Melakukan
Sementara itu ....Di lereng gunug Lembang Batu, ritual akan segera dimulai.Inggit menarik napas panjang dengan dua kelopak mata yang melebar. Terkejut melihat sosok pria yang harus dilayani di tempat tidur nanti.Gadis itu pun melayangkan protes pada Bapaknya, dengan menarik pria itu ke luar. Inggit terlalu memaksa hingga Karim tak ada pilihan lain selain mengikutinya.“Pak ikut aku!” ucapnya di kala lengannya sudah berhasil mengamit lengan Pak Karim.Melihat itu Mbah Wono yang berada di seberang meja dengan berbagai sesajen yang telah disiapkan asisten, menatap dengan kesal. Gadis yang akan memberikan mahar, berlaku tak sopan padanya. Pria yang selama ini dimulyakan oleh masyarakat. Baru kali ini ia dipandang rendah oleh anak ingusan tepat di hadapan.“Inggit! Apa yang kamu lakukan?” Karim bertanya dengan menahan emosi dalam dadanya. “Kamu bisa kualat,” tekannya dengan menarik tangannya menjauh dari anaknya itu.“Ayok kita kembali ke dalam!” Kini Pak Karim bergantian menarik lengan
Magbasa pa
Ingin Memperbaiki
“Hanya ini?” tanya Inggit keheranan. Membayangkan hanya memakai sehelai kain menutup tubuh.“Tutup mulutmu dan pakailah!” Karim mengucap gemas.Dengan terpaksa Inggit pun berjalan masuk membawa sarung tersebut untuk dikenakan, lalu menemui Mbah Wono, menyerahkan tubuhnya sebagai mahar syir yang mengikat hati Haris sepenuhnya.Inggit sudah mengenakan pakaian yang diminta sang dukun. Seorang perempuan dengan mengenakan kebaya lalu menuntunnya untuk melakukan sesuatu.“Jangan membawa benda berharga apa pun,” ucap wanita berkebaya merah sembari melepaskan anting, kalung, cincin dan gelang yang melekat di tubuh Inggit.Inggit pun hanya pasrah. Tetap melakukannya meski ada kecemasan, kalau –kalau di tengah ritual dia ikut kesurupan dan mati.“Mbak. Benar Cuma tidur saja kan? Gak sampai dijadikan tumbal?” tanya Inggit memastikan. Setidaknya dia perlu tenang agar berani melangkah lebih jauh lagi.Asisten tabib mengangguk. Wajahnya pucatnya tak sekali pun tersenyum, hingga membuat Inggit meras
Magbasa pa
Pelukan Erat
Ustaz Fawwas menatap ke arah Ibu Inggit yang tampak gelisah. Wanita itu tengah sibuk menghubungi orang melalui ponsel yang digenggam. Namun, sepertinya tidak juga mendapat jawaban sampai raut wajahnya kesal begitu.“Bu, nggak pulang?!” tanya Ustaz Fawwas.“Ah, ya. Ini Ustaz. Saya menunggu Wawan. Ke mana dia pergi? Saya hubungi berkali –kali tapi tidak juga diangkat.” Ibu Inggit mengeluh. Sesekali ia melihat ke arah ponsel. Siapa tahu tiba tiba ada panggilan atau pesan dari adiknya yang menghilang entah ke mana itu?“Oh ya benar .... ke mana perginya Pak Wawan?” Ustaz Fawwas celingukan mencari –cari sosok Wawan yang seharusnya tidak jauh –jauh dari area majlis. “Beliau seperti ditelan bumi saja.” Ustaz Fawwas geleng –geleng.Ustaz muda itu tersenyum, karena tahu apa yang membuat pria paruh baya itu menghilang dalam sekejap mata. Apa dia baru sadar sekarang bahwa emak –emak itu sebenarnya menakutkan. Itu kenapa harusnya dia berpikir ketika akan mencari gara –gara.“Bi!” panggil Ameena y
Magbasa pa
Telur Angsa
Mendengar suara mobil Ustaz Fawwas meninggalkan area Majlis, Wawan akhirnya ke luar. Ia celingukan memastikan bahwa ustaz muda dan istrinya benar –benar sudah pulang.“Wawan!” teriak Ibu Inggit mendekat. Wanita itu langsung memukuli tubuh adiknya dengan tas karena merasa kesal. Dia tak juga muncul di saat –saat dibutuhkan.“Auh, Mbak sabar. Maaf.” Pria itu mengaduh. “Aku bisa jelaskan.”“Heleh, mau jelaskan apa kamu? Dasar!”“Mbak, maaf tadi perutku tiba –tiba ndak enak. Jadi aku berjaga di toilet. Takut cepirit. Mau ajak pulang Mbak kan juga nggak mungkin.” Wawan mencari –cari alasan, walau alasannya itu konyol. Setidaknya dia tidak berdusta bahwa perutnya dari semalam memang bermasalah.“O ya, Mbak apa kata Ustaz tadi? Lalu apa istrinya Mas Haris ada menyebut namaku?” tanya Wawan penasaran.“Nah, itu aku heran. Kenapa mereka tidak menyebut namamu.” Ibu Inggit menjawab dengan dahi mengerut memikirkannya.“Alhamdulillah. Allah tahu niatku dari awal baik, Mbak. Jadi ....” Ucapan itu me
Magbasa pa
Tidak Ada yang Gratis
Inggit dan Bapaknya akhirnya pulang. Setelah berusaha keras inilah hasilnya. Tetap saja Karim harus merelakan harta senilai lebih dari 30 juta pada Mbah Wono. Hal yang tak diinginkan lain pun muncul. Pria itu semakin geram saja dibuatnya.“Haiss, apa lagi ini?” gumamnya ketika melihat sang sopir babak belur. Pria tua itu menghela napas berat lagi dan lagi.Pemuda yang menunggu mereka itu meringis menahan sakit. Albi masih beruntung karena dua algojo itu tidak mematahkan ke dua lengan dan kakinya, sehingga mereka masih bisa pulang dengan selamat. Karena tak ada orang lain yang bisa menyetir selain pemuda itu.Karim masuk mobil begitu saja. Dia tak habis pikir kenapa sopir taksi itu terlalu penasaran dan ingin tahu urusan orang lain. Sekarang dia harus menanggung sendiri akibatnya. Namun, melihat itu, Karim juga jadi berpikir, mungkin kalau tadi dia menahan emas di tangan Inggit, bisa jadi mereka bertiga bernasib lebih buruk dari sopir taksi itu.“Kamu baik –baik aja, kan?” Inggit mengh
Magbasa pa
PREV
123456
...
18
DMCA.com Protection Status