Lahat ng Kabanata ng Tertawan Pesona Mantan: Kabanata 11 - Kabanata 20
128 Kabanata
11. Pulang ke Rumah
Sudah lima hari ruangan dengan segala fasilitas mewah ini kutempati bersama suami. Bukan hotel, tetapi ruang rawat inap. Walau kelas VVIP, tetap saja rumah sakit. Tidak ada acara sakral seperti pasangan pengantin baru pada umumnya. Dibantu asisten dokter juga perawat, aku pun ikut membantu dan mendampingi pemulihan Mas Vino dengan berjalan dan melakukan gerakan-gerakan kecil untuk memastikan perkembangannya.Alhamdulillah, setidaknya korban ketidaksengajaanku itu sudah membaik. Aku tersenyum saat ia kembali dari teras samping usai menikmati sinar mentari pagi dari lantai dua ini.“Kal, kita harus adakan pesta untuk pernikahan kita ini.”“Hmm, boleh. Tapi, apa enggak sebaiknya nunggu Mas Vino benar-benar sembuh?”“Kalau itu pasti, Sayang,” jawabnya. “Rencananya di Semarang juga akan diadakan pesta nantinya. Kerabat Ibu banyak yang di sana.”Aku hanya mengangguk dengan mengulas senyum.“Kalau untuk honeymoon, kamu maunya ke mana?Keningku berkerut. “Harus, ya, Mas?”“Iya, dong!”“Kita h
Magbasa pa
12. Kang Bucin
Aroma wangi yang sangat lembut menyambut hangat begitu pintu kamar kudorong ke dalam. Ruang favoritku telah didekorasi sangat cantik. Kelambu tipis transparan diikat ke empat tiang yang mengelilingi kasur berukuran jumbo. Sentuhan bunga segar yang dirangkai cantik pada area kelambu juga terlihat sangat pas, sesuai kesukaanku.“Uwaaah ....” Aku membuka mulut. Takjub dengan dekorasi kamar sendiri.Kelopak mawar yang ditabur di lantai begitu teduh memanjakan mata, ditambah lilin cantik dalam wadah kristal yang sengaja dibentuk serupa jalan hingga menuju ke ranjang. Gorden putih yang terpajang full menutupi jendela kamar juga menambah kesan elegan, hangat, nan romantis.Aku tersenyum. Kedatangan kami penuh penyambutan yang hangat. Pasti Mama minta bantuan Yumna–salah satu tim dekorasi hotel–untuk mendesain semua ini.“Ini kamar kamu, Kal?”Aku mengangguk. “Kamar kita, Mas. Yuk, masuk!” ajakku.Pandangan lelaki yang lengannya masih kugamit itu terlihat berkeliling. Mengitari tiap keindaha
Magbasa pa
13. Menyelami Kehidupannya
Gombalan Mas Vino tak ada habisnya. Kami terus menyelesaikan pekerjaan masing-masing walau sesekali bercanda.“Jadi, Mas Vino ini arsitek freelance?”“Ya ... bisa dibilang begitu.”“Kalau usaha Ayah siapa yang handle?”“Aku juga,” jawabnya. “Kalau ini murni hobiku yang akhirnya jadi usaha sampingan sampai saat ini. Kalau gerai kuliner ‘kan usaha warisan.”Aku mengangguk. “Kalau kakak perempuanmu, Mas?”“Mbak Vera juga handle gerai kuliner Ayah yang ada di Malaysia dan Hong Kong. Dia, suami, dan ketiga anaknya menetap di Kuala Lumpur.”Aku mengangguk-angguk dan kembali menekuri layar laptop. Malam kian larut, membuatku menguap berkali-kali. Namun, kami berdua belum melaksanakan salat Isya. Akhirnya, aku dan Mas Vino sama-sama menyudahi audit pekerjaan untuk segera melepas penat.“Mas Vino wudu dulu aja. Biar aku siapin sarung sama kokonya.”Mas Vino masih harus mengerjakan salat dengan duduk berselonjor dan punggung menyandar. Untuk sementara kami memilih untuk salat sendiri-sendiri du
Magbasa pa
14. Kepulangan Mas Alan
Hari-hari sebagai pengantin baru memang terasa begitu syahdu. Walau belum sempurna secara menyeluruh, tetapi diam-diam aku mulai kecanduan dengan kissing yang selalu Mas Vino tawarkan. Terasa hangat dan menyenangkan. Setidaknya, biar ia merasa bahagia agar proses pemulihannya juga cepat. Aku bahagia, enggak? Woiya, jelas. Eh.Papa dan Mama juga tampak bahagia dengan pernikahan mendadak putrinya sebab insiden waktu itu. Papa rutin mengajak menantunya berolahraga ringan. Pun dengan Mama, menu masakan dengan berbagai macam olahan sayur dan ikan laut selalu memenuhi meja makan. Bahkan, mereka berdua melarang putrinya ini untuk kembali mengurus hotel beberapa waktu agar bisa penuh merawat dan melayani suami.“Rawat dan bahagiakan suamimu, Nak. Papa dan Mama ingin segera dipanggil Opa dan Oma,” ujarnya.Aku hanya tersenyum. Semoga mereka tidak tahu bahwa kami masih kembali ingin mengenal lagi. Belum langsung main tempur seperti Ratu dan Wisnu.“Maafin Kalila, Ma, Pa. Biarkan kami kembali n
Magbasa pa
15. Cemburu
"Hey! Ada apa?” tanyaku lirih.Suamiku hanya tersenyum dan menggeleng pelan. Papa izin ke kamar duluan, sementara Mama hendak menuju dapur. Mungkin mau menyiapkan makan malam untuk keponakannya itu. Menyisakan kami berdua yang ditemani acara di layar kaca.“Dia belum nikah?”Aku memiringkan kepala. “Siapa?”“Mas Alan.”“Oh, belum.”“Usianya berapa?”“Tiga puluh lima tahun.”“Kenapa belum menikah?”“Jodohnya nyasar. Enggak pakai Google Maps soalnya,” jawabku asal sembari memasukkan camilan keriuk ke dalam mulut.Sebuah cubitan lembut di perut menjadi hadiah dari jawaban asal yang kuberikan. Aku menggeliat. Bukan sakit, tapi geli. Kembali kami berbincang tentang apa saja dengan sesekali saling bercanda.“Ke kamar, yuk!” ajaknya.“Belum ngantuk,” jawabku.“Di kamar kita juga ada TV, kan? Lihat di dalam aja.”“Lihat apa?”“Lihat aku buka baju,” jawabnya santai.Namun, kalimat seperti itu lagi-lagi membuatku bergetar. Kucoba menetralisirnya dengan bertanya, “Mau ngapain?” “Minta kerokin.
Magbasa pa
16. Info Mengejutkan
Akhirnya, aku tidak hanya menjadi tamu undangan saja, tetapi kali ini benar-benar mendapat giliran menjadi ratu di samping sang raja. Ya, menjadi raja dan ratu sehari dalam pesta megah penuh euforia. Ternyata, rasanya benar-benar bahagia bisa bersanding dengan orang yang kita cinta.Jajaran orang penting, kolega, relasi, keluarga, sahabat, dan teman bergantian menyalami kami dengan wajah berseri. Tentu saja pengantin tak mau kalah. Walaupun awalnya aku merasa terpaksa akan pernikahan ini, tetapi pada dasarnya diriku pun tak mampu menolak pesona mantan yang ingin kembali memperbaiki hubungan.Ya, mantan memang masa lalu. Namun, jika ia kembali atas petunjuk Tuhan dan kita ditakdirkan kembali bersama dalam sebuah ikatan yang halal, kita bisa apa? Bukankah hidup ini hanya sekadar menjalankan? Selebihnya kita tetap berusaha untuk memupuk jalan takdir agar lebih indah untuk dinikmati.“Jangan disebut mantan, Kal. Sebut saja alumni hati. Sengaja atau enggak, kalian pasti akan reuni. Terbuk
Magbasa pa
17. Mulai Berani
“Apa?” pekikku kaget. “Kamu yakin, Ma, itu Mas Alan? Tamu kali.”“Yakin banget, Bu. Siapa, sih, yang enggak kenal sama wajah gantengnya Pak Alan?”Anganku kembali terbang. “Bentar, itu kejadiannya kapan?”“Kayaknya waktu Pak Alan baru balik dari dinas itu, deh, Bu.”Apa jangan-jangan ... waktu malam itu dia pamit keluar, dia mabuk? Apa dia stres terlalu lama mengurus semua pembangunan resort baru kami? Aku menggeleng kuat-kuat. Itu sama sekali bukan kebiasaannya. Mas Alan salah satu lelaki yang aku kagumi karena akhlak dan kecerdasannya. Dia anti main wanita, apalagi minum alkohol.“Bentar! Kamu masih inget dia pakai baju warna apa? Takutnya kamu salah orang, Ma.”Salma tampak berpikir. “Kalau enggak salah, pakai kaus warna biru terus pakai jaket denim. Bawahannya celana jeans. Iya, itu. Saya masih inget banget, kok, Bu.”Benar. Itu warna kaus yang Mas Alan pakai saat berpamitan ingin keluar sebentar. Aku memang tidak tahu dia pulang jam berapa. Paginya pun, aku dan Mas Vino sarapan a
Magbasa pa
18. Dilema
PoV VinoTak pernah terlintas dalam benak, bahwa semesta masih menjaganya untukku. Wanita pertama yang dulu pernah bergelar pacar saat kami masih berseragam putih abu-abu. Ternyata dia adalah putri dari teman ayahku.Di antara kami tak pernah ada kata putus. Dia hanya mundur dan memutus komunikasi sepihak lantaran kesalahpahaman yang belum sempat aku jelaskan. Ya, bagaimana mau menjelaskan, kalau bertemu saja sudah menghindar.Tidak ada momen yang pas hanya sekadar untuk menjelaskan yang sebenarnya. Selain karena dia yang cuek dan terkesan bodoh amat plus tak mau berurusan lagi denganku, ujian kelulusan sangat menyita waktu belajar. Juga persiapan pesta perpisahan kelas XII waktu itu membuatku benar-benar sibuk.Dinyatakan lulus dengan nilai tertinggi nomor dua di sekolah favorit juga tak menggerakkan hati Kalila untuk mengucapkan selamat untukku. Sementara Nindi dan adik-adik kelas seangkatan begitu antusias bergantian memberi ucapan selamat, bahkan tak jarang memberiku hadiah hanya
Magbasa pa
19. Ingin Dijodohkan
Aku melongo, kemudian terkekeh. Sadar kalau dia sedang menggombaliku dengan sebuah pertanyaan absurd.“Kamu nanyea? Kamu bertanyea-tanyea? Oke, aku kasih tahu yea,” jawabku dengan meniru video viral yang sering dilafalkan anak-anak zaman now.Gendis sendiri malah terkikik.“Ih, Kak Vino lucu, pengen nyulik, karungin, terus aku bawa ke KUA.”"Mau ngapain ke KUA?""Mau nebus buku couple yang ada gambar lambang garudanya.""Emang ada?" tanyaku. Kura-kura dalam periuk. Eh, perahu. "Ada, dong. Tapi nebusnya pakai mahar dibayar tunai," jawab Gendhis malu-malu.Aku hanya terkekeh dengan menggeleng-geleng. Di saat yang bersamaan, Nawang keluar membawa beberapa gelas minum. Wajahnya terlihat tidak enak dengan melirik Gendis.“Gak usah nyuri start, kamu itu enggak boleh ngelangkahin Kakak,” ucap Nawang sedikit pedas.“Dih, kenapa? Gendis, kan, emang punya cita-cita nikah muda.”“Iya, tapi enggak sama Mas Vino juga.”“Lah? Kenapa emang?”“Mas Vino udah ada yang punya,” jawab Nawang sok tahu.“
Magbasa pa
20. Gelisah
“Vin, kamu tahu resepsi pernikahan Wisnu dan istrinya di mana?” tanya Ayah.“Wisnu bilang di aula salah satu hotel milik Pak Nazeem, Yah,” jawabku.“Betul. Mungkin kamu bisa mulai pendekatan dan bertemu lagi sama Kalila pas nanti resepsinya si Wisnu. Kamu pasti ikut ke sana, kan?”Iyalah. Awas saja kalau aku enggak diajak. Aku bikin si Nawang sama Gendis beneran perang nanti. Wisnu adalah sosok kakak yang baik. Dia sangat menyayangi dan melindungi kedua adik perempuannya.“Nazeem bilang, akhir-akhir ini anaknya sibuk sekali dengan urusan hotel, ditambah ikut mempersiapkan acara resepsinya Wisnu dan Ratu, jadi agak sulit mengajaknya bertemu kalau enggak curi-curi waktu. Nazeem juga bilang, buat acara perjodohan ini jangan terkesan terlalu formal. Buat senatural mungkin, biar Kalila santai.”“Jadi, Pak Nazeem juga setuju dengan rencana kita, Yah?” tanyaku antusias.Ayah mengangguk mantap.“Enggak ada salahnya lebih mengakrabkan hubungan baik kami dengan menjodohkan kalian. Ayah juga uda
Magbasa pa
PREV
123456
...
13
DMCA.com Protection Status