All Chapters of Suami Wasiat Kakek : Chapter 11 - Chapter 20
115 Chapters
Sudut Cafe lencana ungu
“Atalas, kamu beneran gak papa? Kakinya lebam dibawa ke dokter saja bagaimana? Atau mau dipanggilkan dokter aja?” tanya Katarina panjang lebar.“Kak, ini hanya lebam biasa. Dikompres juga nanti mendingan,” jawab Atalas dengan tangan kanan mengusap pipi Katarina.Katarina membelalakkan matanya, kini ia merasakan pipinya diusap oleh lelaki yang notabene saudara sepupu Rafka. Tanpa basa-basi ia menepis tangan Atalas, mengulas senyum yang sangat ia paksakan.“Atalas, maaf aku tidak nyaman.” Katarina beranjak meninggalkan Atalas.“Kak, maaf! Aku tadi reflek mengusap pipi ranummu, duh,” kelit Atalas keceplosan.“Kak Kata,” panggil Elegi yang baru saja datang dengan senyum ramahnya.“Hei, Elegi. Temani aku yuk,” ajak Katarina menarik tubuh adik iparnya itu.“Eh, Kak. Ada apa?” tanya Elegi sembari mengikuti langkah Katarina.Katarina hanya diam tanpa menjawab pertanyaan Elegi, langkahnya tidak terhenti begitu saja. Ia dengan sigap mengambil tas dan ponselnya.“Kita ke cafe sebentar,” bisik Ka
Read more
Sebuah Foto Bersama Refaldy
Langkah Katarina dan Elegi terhenti di depan pintu rumah yang masih tertutup, keduanya masih saling diam bertatapan. “Tumben banget ayah tutup pintu sore-sore,” Elegi bertanya-tanya dengan menaikkan sebelah alisnya. “Kamu mikir apa memangnya? Ayahmu memang aneh dari pertama aku ke rumah ini!” Katarina membuka pintu rumah dengan perlahan. “Ngawur kamu, Kak!” gertak Elegi. Sepi dan sunyi dirasakan Katarina, ‘Untuk apa ayah meminta kami pulang kalau dia saja tidak di rumah?’ Katarina menggumam. Katarina masih berdiri tegak di depan pintu yang sudah terbuka, ia tidak kunjung masuk ke dalam rumah yang terlihat sangat sepi itu. “Ayo masuk, ngapain berdiri depan pintu! Pamali kak!” Elegi hari ini suka sekali mengoceh panjang lebar. “Katarina,” panggil Pramana lirih. Pramana berjalan dari ruang keluarga dengan pelan, tangannya yang dilipat di depan dada itu memberikan pandangan yang berbeda dalam dirinya. Tatapannya nyalang seperti singa yang siap menerkam siapa saja mangsanya. “I-iy
Read more
Kepulangan Rafka Secara Tiba-tiba
“Mas, kamu ini maunya apa sih?” gumam Katarina pelan. Dua pesan Rafka yang membuatnya menggelengkan kepala berulang, tidak biasanya lelaki itu mengirimkan pesan seperti itu. Jika dipikir-pikir dulu Rafka tidak peduli dengan Katarina yang jalan berdua dengan lelaki. Atau tanpa sengaja bertemu dengan laki-laki, seperti saat di cafe waktu itu. ‘Memangnya dia melihat aku saat itu? Sampai-sampai aku percaya kalau dia begitu peduli?’ tanyanya dalam hati. Kamar dengan nuansa biru itu sunyi tanpa adanya Rafka, biasanya Katarina sudah mendengar suara keyboard bersahutan. Mata itu mulai menilik ke arah meja kerja Rafka yang tidak ada orangnya, langkah kaki yang pelan menuju meja kerja. Ia mendudukkan dirinya di kursi itu, mencoba seberapa nyaman kursi itu hingga Rafka betah berlama-lama. “Pantas saja Mas Rafka nyaman di sini, kursinya empuk banget. Ha ha ha,” gurau Katarina terkekeh norak. “Norak kamu, Katarina!” hardiknya kepada diri sendiri. Katarina menikmati duduk di kursi kerja Rafka
Read more
Kegaduhan di meja makan
“Ngapain kamu? Teriak malam-malam, nanti orang pada curiga sama kamu!” hardik Rafka keras.Katarina masih diam dan berharap Rafka akan mendekatinya, merasakan indahnya hubungan keduanya. Dekapan Rafka yang hangat dengan tatapan teduh bak kutub itu. Sepertinya Katarina terlalu berkhayal dengan suaminya yang seperti kutub utara yang enggan mencair itu. “Katarina!” teriak Rafka keras.“Kamu ini ditanya malah melamun! Jangan berisik aku mau tidur!” pekiknya keras.Katarina masih asik dengan khayalannya, tidak peduli Rafka sudah berteriak kencang pagi itu. Kehalusannya sudah tidak dapat dihentikan begitu saja. Harapannya pupus saat ia teringat jika Rafka memang se-dingin itu kata Elegi.“Kalau halu jangan ketinggian! Jatuhnya sakit,” gerutu Katarina lirih.Kini ia menarik selimut hingga setinggi dada, beberapa kali ia mengalihkan pandangannya dari atap kamar ke arah Rafka. Lelaki yang napasnya terlihat teratur itu membuat Katarina tidak mampu berkata-kata. Seorang lelaki tampan itu kenapa
Read more
Atalas pahlawan kesiangan
‘Dasar laki-laki gak punya hati nurani!’ gerutunya dalam hati.Katarina keluar dari mobil yang ia naiki bersama Rafka, ia turun di tepi jembatan penghubung di Kota Malang yang sepi. Ada rasa takut yang melekat ditubuhnya saat ini, ia sangat merutuki kelakuan Rafka yang tidak berpikir kembali dengan ucapannya.“Tapi, memang aku yang cari masalah dengan minta turun di sini!” keluh Katarina.Ia berjalan melewati trotoar dengan pelan, ia sudah seperti istri terbuang. Yang dengan sengaja ditinggal atau pun dibuang oleh suaminya. Sepanjang jalan ia hanya diam, sesekali berpikir panjang kemana ia akan berhenti.Atalas [08.09] : Kak, di mana?Satu pesan Atalas yang sempat ia lihat di layar ponselnya, terkadang Katarina merasa bingung dengan sikap Atalas yang manis. Jika dia bukan saudara sepupu Rafka, mungkin Katarina akan dengan mudah tertarik dengan Atalas.Atalas [08.13] : Kak, di mana?Pesan itu masuk lagi di ponsel Katarina, ia merasa enggan membalas pesan dari Atalas. Ia sangat tidak en
Read more
Atalas Bawa Cewek?
“Gila!” pekik Atalas keras.Atalas berteriak saat melihat sebuah pesan yang dikirimkan Rafka belum lama itu. Sebuah foto yang menampakkan dirinya dan Katarina. Ia tersenyum simpul, sebuah rencana yang ia buat berhasil membuat Rafka murka.“Ada apa?” tanya Katarina kaget melihat Atalas secara tiba-tiba berteriak.“Gak apa, Kak. Sepertinya Rafka salah paham, dia mengirimkan foto kita,” jawab Atalas tanpa basa-basi.Katarina melongo, ia merasa terancam dengan adanya foto. Katarina takut jika Rafka berpikir macam-macam, padahal tidak seperti itu sebenarnya. Ia bermain dengan isi kepalanya sendiri, ada rasa takut dan kesal.“Terus kamu jawab apa, Ata?” tanya Katarina dengan suara meninggi.“Memangnya aku harus jawab apa, Kak? Belum aku jawab pesan dari Rafka,” Atalas kini menatap Katarina dengan lembut.Katarina diam, banyak rasa takut yang bersarang dihati dan pikirannya. Dia ingin pulang, pergi dari hadapan Atalas. Menyendiri dan diam di kamar, ia tidak ingin keluar bahkan entahlah.“Seb
Read more
Alasan Panjang Rafka
Katarina memilih diam dan menarik ucapannya, Rafka sempat menatapnya lekat. Memastikan Katarina melanjutkan ucapannya. Namun, wanita itu tetap kekeh untuk diam tanpa sepatah kata pun.“Dari mana saja?” Rafka mulai memecahkan keheningan di antara keduanya.“Cafe di Batu,” singkat jawaban Katarina yang hanya dibalas senyum simpul oleh Rafka.“Mas,” panggilnya lirih.“Hm,” Rafka masih fokus pada layar laptopnya.Katarina kembali diam, enggan memberikan pertanyaan yang sama pada Rafka yang jawabannya sudah bisa ditebak. Suasana kamar saat itu kembali hening dan saling diam. Sejenak Rafka mengalihkan pandangannya dari laptop, menatap Katarina yang kini diam memandang ke arah luar selebrit'Kata, tetaplah menjadi wanita baik-baik saja,' batin Rafka.Dua orang yang saling menyimpan rasa, namun enggan mengutarakan secara nyata. Mungkin itu ungkapan yang tepat untuk keduanya. Rafka yang masih sangat gengsi untuk mengakui kalau iya juga merasakan jatuh cinta, dan Katarina yang enggan mengatakan
Read more
Ketahuan
“Ngapain kesini?” tanya Katarina terkejut.Atalas yang tiba-tiba muncul begitu saja membuat Katarina kaget, dari mana ia tahu kalau Katarina ada di sini. Padahal ia sama sekali tidak memberi kabar siapa pun saat berangkat, hanya meminta Pak Didin mengantarnya begitu saja.“Mau nongkrong, Kak. Sama kamu,” jawabannya lirih.“Kok tahu aku di sini?” tanya Katarina lagi.Atalas terlihat menggaruk tengkuknya pelan, lelaki itu terlihat gugup saat akan menjawab pertanyaan Katarina. Entah apa yang ada dipikiranya saat ini, Katarina mulai geram karena rencananya gagal.“Atalas!” seru Katarina keras.“Gak tahu, Kak. Aku asal aja tadi ke sini, kebetulan tadi pulang dari kantor paman,” jelas Atalas yang terlihat berbohong itu.“Oh, oke.” Singkat jawaban Katarina tidak ingin memperpanjang masalah.Katarina mulai menatap ke arah meja Rafka, lagi-lagi suaminya asik berbincang dengan Rengga. Kenapa saat bersama Katarina suaminya itu tidak bisa diajak ngobrol bak sepatah atau dua patah kata? Ia masih t
Read more
Maafkan aku, Mas
“Kamu harus memaafkan aku!” pekik Katarina keras.Rafka menoleh ke arah Katarina, saat mobil itu sampai di halaman rumah makan padang. Katarina menatap lekat suaminya yang sedang menatapnya. Hatinya seperti merasakan sensasi yang berbeda.“Turun, kamu belum makan kan?” tanya Rafka dengan wajah datar.Katarina hanya mengangguk pelan, ia tidak begitu merasa lapar sebenarnya. Namun, lebih baik makan bersama Rafka daripada harus makan satu meja dengan Pramana. Katarina terlalu asik melamun sampai ia ditinggal Rafka masuk ke rumah makan padang itu.‘Ini suami gak punya perikeistrian!’ gerutu Katarina dalam batinnya.Dengan segera ia turun dari mobil, mencari di mana keberadaan Rafka. Hingga matanya menemukan satu lelaki yang cukup ia kenal, ya suaminya itu duduk sendirian di sudut pojok paling belakang sebuah rumah makan padang.“Mas, kamu ini masuk ke sini kenapa gak nunggu aku? Aku udah kek orang hilang pas nyariin kamu gak ada!” gerutu Katarina merutuki sikap Rafka yang meninggalkannya
Read more
Akar Kecemburuan Rafka
“Aku tidak berminat ngopi dengan siapa pun saat ini,” Rafka menolak kedatangan siapa pun yang ingin mengganggu ngopi senjanya.Tidak berselang lama dari itu, tanpa persetujuan Rafka sepupunya itu asal duduk di kursi di sebelah Rafka. Dengan senyum merekah dan sangat bersemangat yang membuat Rafka sangat muak.“Rafka, masa kamu nolak aku buat ikut ngopi di sini, ini kan halaman rumah harusnya siapa saja boleh ikutan,” gerutu Atalas dengan terkekeh.“Terserah,” ujar Rafka singkat.Rafka memilih menatap langit senja yang indah daripada melihat sepupu laki-lakinya yang sangat caper itu. Tanpa basa-basi panjang, Atalas mulai membuka percakapan yang arahnya tidak jelas.“Raf, Katarina cantik ya!” ucapnya dengan nada menggoda.“Maksudmu apa?” tanya Rafka dengan ketus.Rafka menatap mata Atalas lekat, kini ia mulai dibuat naik darah oleh sepupunya sendiri. Beraninya ia memuji istrinya seperti itu! Cueknya Rafka hanya untuk Katarina, bukan karena tidak cinta. Ia hanya tidak tahu cara mengungka
Read more
PREV
123456
...
12
DMCA.com Protection Status