All Chapters of Aku dan Ayahku Super Tajir Melintir: Chapter 31 - Chapter 40
107 Chapters
Penjara Keputusan Terbaik
"Ana ditangkap. Saya menemukan obat-obatan terlarang di dalam tasnya, dan dia sekarang harus ikut kami menuju Kantor Polisi," ucap kepala polisi dengan berkacak pinggang, kemudian mengamati Anggara tanpa takut dan segan sama sekali."Apa buktinya jika memang anakku yang membawa obat-obatan itu?" Anggara bertanya dengan suara lantang.Pen tidak terima. Dia berdiri tepat di hadapan polisi itu yang kini merapikan kumisnya yang cukup lebat itu."Aku tidak pernah membawa obat-obatan dan kalian sudah salah menuduhku. Dari tadi aku tidak pernah ke sekolah. Kenapa kalian menuduh seperti itu?" ucapnya kemudian mendorong polisi itu dan membuat beberapa polisi lainnya yang berjaga di sebelah sangat panik. Mereka ingin menyentuh Pen, namun Anggara spontan menarik mereka. Begitu juga dengan Joko."Ini tidak baik!" Mawar juga ikut marah. Dia berkacak pinggang di hadapan polisi itu yang seketika tersenyum menggoda."Dasar playboy! Kamu itu ya, kalau nuduh jangan sembarangan. Nggak mungkin anak yang
Read more
Rencana Joko
Semua orang tentu saja terkejut. Tiba-tiba Pen menyerahkan dirinya. Ana tidak mau hal itu. Dia tidak ingin ibunya masuk ke dalam ruangan yang sangat mengerikan itu. Apalagi banyak penjahat yang berada di dalam. Ana menarik Pen kemudian memeluknya dan menangis. Anggara benar-benar tidak tega melihatnya."Ibu," ucapnya berjalan mendekati sang ibu kemudian menatapnya dengan tatapan sayu. Namun Nyai masih saja bersikukuh untuk memisahkan Pen dan Ana. Wanita itu akan menerima Ana karena memang darah daging dari Anggara dan merupakan pewaris pertama. Tapi dia tidak akan pernah menerima Pen dalam kondisi apa pun. Semua itu adalah peraturan mutlak yang harus dilakukan oleh Anggara."Ibu apa kau tidak memiliki hati sama sekali? Lihatlah. Bagaimana jika kau dipisahkan dengan anakmu, kemudian tidak bertemu sangat lama. Bagaimana jika aku berada dalam kondisi itu, Ibu. Aku minta kau merubah pikiran. Tolonglah." Anggara masih memohon."Sayangnya ibumu tidak dalam kondisi seperti itu. Jadi kau jang
Read more
Meminta Bantuan
"Hah, kabur? Caranya?"Ana semakin terkejut dan menatap lelaki tua itu yang sudah memandangnya. Dia juragan burung walet yang sangat kaya. Masih selalu terobsesi dengan Pen. Menganggap dia adalah pasangan yang tepat untuk Pen. Ana semakin kesal saat lelaki tua itu mengedipkan salah satu matanya. Terlihat jelas tukang mesum yang sangat menjijikkan."Kenapa mereka ke sini? Emangnya ada apa mereka bersama dengan tante berengsek itu? Aduh, aku harus memanggilnya nenek. Karena memang dia tante ibuku. Otomatis dia nenekku. Dasar wanita tua tidak tahu diri. Kenapa dia membawa lelaki tua itu?"Tanpa berpikir panjang Ana berjalan mendekati mereka kemudian bersedekap. Joko tidak bisa menahannya. Ana menatap dengan sangat tajam. Pen yang dari kejauhan melihat hal itu sangat cemas. Dia sangat tahu Ana adalah wanita yang sangat nekat dan dia tidak peduli jika menginginkan sesuatu."Katakan, kalian mau apa? Mencuriku lagi dan memaksa menikah dengan lelaki tua yang tidak tahu diri ini? Gendut sekal
Read more
Pelaku Utama Kejahatan
Ana masih saja kebingungan. Bambang yang berada di sebelahnya pun mengamatinya. Dia juga dengar jika Brian sudah menghubunginya."Dia mau ngomong apa? Aku kok nggak percaya sama lelaki itu. Udah berkali-kali dia melakukan hal bodoh yang membuat kamu, eh maksud aku Ibu Pen. Ah, tapi sepertinya ibumu menyukai dia. Apa karena dia tampan, ya?" ucap Bambang membuat Ana menolehkan pandangan ke arahnya dengan mengeryit. Tentu saja Pen menyukai Brian karena super tampan, tinggi, dan dia adalah pemain basket yang sangat handal. Setiap kali di sekolah pemuda itu selalu tersenyum tampan. Pen saat melihat lelaki itu, tanpa dia sadar membayangkan Ana dengannya. Namun, senyumannya malah membuat Brian semakin senang. Baru kali ini Brian mencintai wanita dan itu adalah Ana."Aku tidak tahu apa yang terjadi di sekolah. Ah, pasti ibuku sudah caper atau cari perhatian di depan lelaki tampan yang sangat berengsek itu. Jika aku mengingatnya, aku benar-benar sangat membencinya. Dia sudah mencuri sesuatu da
Read more
Membicarakan Sebuah Rencana
Mereka semua tidak percaya ketika Anggara ternyata berhasil kabur dari kediaman yang sangat ketat itu. Padahal Joko yakin pasti puluhan pengawal akan menghadangnya. Entah mobil siapa yang sudah dipakai Anggara. Joko tidak peduli dan segera membuka pintu kemudian menyusulnya."Raden untung sekali bisa kabur dari sana. Padahal aku ingin membantu Raden setelah mengantarkan mereka pulang." Joko kemudian menarik Anggara untuk menuju mobilnya. Kali ini Raden duduk di kursi belakang bersama Ana dan Bambang."Mobil ini sangat bau sekali. Aku ingin sekali ganti. Tapi gimana lagi. Mobilmu sudah aku serahkan kepada dia." Anggara mengusap hidungnya berkali-kali. Joko hanya menghela napas dan mengingat mobil kesayangannya."Sekarang kita akan pergi ke mana? Kamu tahu tidak. Ah, untung saja beberapa pengawal itu bisa aku bujuk dan mereka membantuku. Jika tidak, aku pasti akan berada di sana dan tidak tenang." Anggara menatap Ana dengan tersenyum, kemudian memeluknya. Kali ini dia benar-benar menjag
Read more
Memiliki Bukti
Ana terkejut mendengar perkataan Brian barusan. Mau tidak mau sebenarnya dia harus mengakui semuanya. Tapi bagaimana caranya? Apakah Brian bisa mengerti? Hingga akhirnya Ana terkejut saat Anggara menarik lengannya, kemudian menggerakkan kepala ke arah kursi yang terletak di sebelah jendela."Kau duduk saja di sana dan menjauh darinya. Lebih baik hal itu kau lakukan. Jika tidak, nanti bagaimana saat dia mengetahui ini semua? Nanti bisa jadi dia akan shock karena kau tahu sendiri perbuatannya kepada ibumu," bisik Anggara membuat Ana menjauh dari pria yang masih mengamatinya dengan sangat tajam. Sementara Bambang segera mengikuti Ana dan duduk di sebelahnya. Brian sedikit tidak suka ketika melihat keakraban Ana yang dia kira Pen dengan Bambang.Brian berjalan mendekati Ana dan masih menatap Bambang dengan seperti itu. Dia ingin sekali mendekati Pen dan menarik perhatian Pen agar bisa diperbolehkan untuk bersama Ana."Kenapa kau mendekati dia? Kamu mendekati ibunya juga?" sela Anggara cem
Read more
Membuka Rahasia
"Aku tidak mengerti. Ada apa ini sebenarnya?" Brian sekarang yang menjadi frustasi. Dia mendekati Pen menatap tubuh wanita itu dari atas sampai bawah. Tentu saja Anggara tidak menyukainya. Dia menarik pemuda itu, lalu sedikit mendorongnya. Sebenarnya tinggi mereka hampir sama. Brian adalah sosok yang sangat tampan dan persis seperti seorang artis."Kamu jangan mengamati wanita yang ada di hadapanmu seperti itu. Bagaimanapun juga dia wanita yang lebih tua, walaupun di dalam tubuhnya ada tubuh Ana." Anggara dengan tegas berkata kepada Brian sambil berkacak pinggang. Pemuda itu masih tidak mengerti semua yang dikatakan oleh Ana dan Anggara. Semua hanya ada di film saja. Namun, kenapa sekarang menjadi kenyataan?"Maksud kamu ... kalian tukar tubuh seperti itu?" tanya Brian memastikan sambil menunjuk Ana yang perlahan menganggukkan kepala. "Tidak mungkin. Itu hal yang sangat mustahil. Semuanya bisa terjadi hanya di dalam film, bukan di kehidupan nyata. Tidak mungkin itu terjadi," lanjutnya
Read more
Ingin Membawa Kabur
Entah kenapa Ana merasakan getaran hebat di dalam tubuhnya. Yang dia lihat memang benar-benar tulus. Brian terus mengejarnya, namun dia menolak karena Ana menganggap Brian sudah kurang ajar saat itu. Tapi ternyata dia sekarang berubah menjadi sangat romantis sekali, memperlihatkan cintanya yang tulus.Ana berusaha untuk untuk tidak memperlihatkan dirinya yang terus bergetar itu. Walaupun Brian sedikit meliriknya dan berusaha mengoreksi semua perkataan Ana sebelumnya. Jika di dalam dirinya itu memang benar Ana dan memang terlihat sekali. Brian selalu saja mengamatinya dari atas sampai bawah. Namun, pemuda itu segera berpaling ketika Anggara mengamatinya."Sekarang apa yang harus kita lakukan? Apakah kembali ke kantor polisi?" ucap Joko membuat mereka semua menghentikan langkah di lobby lantai bawah. Pemilik losmen heran melihat tamu spesialnya dengan cepat keluar ruangan. Tapi lelaki itu diam saja saat Anggara melotot tajam."Tentu saja kita harus pergi ke kantor polisi itu, karena aku
Read more
Menolak Permintaan Anggara
Mereka semua mengambil kesempatan itu dan segera mendekati pintu sel dengan diam-diam. Dua petugas yang berjaga di sana tiba-tiba terlelap begitu saja. Itu sesuatu yang tidak penting untuk mereka ketahui. Yang paling penting sekarang adalah membuka pintu jeruji itu dan mengambil kunci. Namun, Anggara semakin terkejut karena Pen tidak ada di dalam!"Di mana Pen? Dia tidak ada di dalam." Anggara mengedarkan pandangan ke semua sudut di dalam sel itu dan memang dia tidak menemukan Pen. "Dia benar-benar tidak ada. Ke mana mereka sudah membawanya? Ini benar-benar tidak bisa aku biarkan." Hingga lamunannya teralihkan, ketika ponselnya berdering. Dia segera menerimanya dan tidak percaya Brian yang menghubungi."Kau ini ke mana? Dari tadi berpisah sendiri dan sekarang menghubungiku. Apa kau tidak tahu suara ponsel ini bisa membangunkan semua petugas itu? Gimana sih." Anggara terus mengomel. Tapi dia terkejut setelah mendengar perkataan Brian.Mereka semua tidak percaya ketika Anggara menarik m
Read more
Putus Hubungan
Pen tetap menolak. Dia memiliki alasan tertentu untuk tidak menerima tawaran Anggara. Keluarganya sangat kuat. Tidak mungkin dirinya akan kabur dan itu bisa membahayakan Ana. Pen tidak mau mengambil resiko itu. Kehidupan Ana adalah yang terbaik untuknya. Dia hanya ingin hidup bahagia dan tidak berada dalam bayang-bayang situasi atau kondisi yang sangat mengerikan seperti ini.Pen keluar dari mobil diikuti Anggara, Bambang, dan semua orang. Sementara Ana mendekati Bambang dan hanya mengamati sang ibu yang kebingungan seperti itu. Dia paham dan tidak akan pernah memutuskan situasi yang sangat sulit seperti ini. Ana paham sang ibu dan ayahnya adalah sesuatu yang sangat berbeda bagai bumi dan langit."Aku tidak harus menerimanya. Kau pergi saja dan tinggalkan kami. Jika aku menerima, maka resikonya akan sangat tinggi dan aku tidak ingin Ana menjadi korban dari semuanya.""Omong kosong apa ini, Pen. Aku bisa melawan semuanya. Mereka semua segan denganku. Kenapa kau menjadi penakut seperti
Read more
PREV
123456
...
11
DMCA.com Protection Status